Home » Gangguan Psikologi » gejala » 7 Gejala Mythomania, Tukang Bohong dengan Gangguan Psikis

7 Gejala Mythomania, Tukang Bohong dengan Gangguan Psikis

by Gendis Hanum Gumintang

Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir setiap manusia pasti pernah berbohong atau setidaknya semua orang mengetahui bahwa menyampaikan kebohongan merupakan perbuatan yang tercela. Sekalipun kebohongan tersebut disampaikan untuk kebaikan, pada dasarnya perilaku berbohong harus dihindari.

Terdapat berbagai alasan individu menyampaikan kebohongan, seperti ingin mendapatkan hadiah atau imbalan, ingin menghindar dari hukuman, mendapatkan perhatian atau rasa hormat dari orang lain, menghindari perasaan malu, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada umumnya seseorang berbohong dilakukan pada situasi-situasi tertentu dan dapat dilihat dengan cara mengetahui orang berbohong menurut psikologi.

Akan tetapi, pada beberapa orang perilaku berbohong ini justru memiliki sifat kompulsif, impulsif, dan tidak terkendali, bahkan dipegang teguh sehingga baik dalam situasi tertentu maupun situasi normal, individu tersebut akan tetap berbohong. Hal ini sudah menunjukkan perilaku berbohong yang termasuk dalam patologi atau gangguan dan disebut dengan mythomania.

Gangguan perilaku mythomania atau disebut juga dengan pseudologia fantastica ini dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika individu mempunyai kebiasaan berbohong yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi tidak ada tujuan khusus yang ingin dicapai.  Terdapat beberapa gejala mythomania yang menjadi bagian dari ciri-ciri mythomania. Berikut adalah gejala-gejala individu yang memiliki gangguan mythomania.

1. Tidak Ada Motif atau Alasan yang Jelas untuk Berbohong

Salah satu hal yang membedakan individu berbohong karena memiliki gangguan mythomania dan memang seorang pembohong adalah tujuannya. Individu dengan gangguan mythomania biasanya tidak mempunyai motif tertentu ketika berbohong. Hal ini dikarenakan gangguan yang mereka alami terjadi mungkin karena peristiwa di masa lalu yang membuat mereka hanya ingin melindungi dirinya.

Berbeda dengan individu yang memang seorang pembohong, biasanya mereka cenderung memiliki tujuan yang khusus mengapa mereka memilih untuk berbohong. Bahkan pada beberapa orang kebohongan tersebut digunakan untuk menipu orang lain sehingga mendapatkan keuntungan secara pribadi dan bisa saja berbentuk materil, seperti uang atau benda serta berbentuk nonmateril, seperti untuk menjatuhkan orang lain.

2. Cenderung Berbohong dalam Segala Situasi

Pada umumnya, individu yang normal melakukan kebohongan ketika mereka berada dalam situasi yang mendesak atau mengancam. Namun, pada individu dengan gangguan mythomania, mereka berbohong tidak hanya ketika terancam, tetapi cenderung berbohong di setiap kesempatan secara otomatis.

Hal tersebut dikarenakan mereka sudah terlalu terbiasa membuat cerita-cerita bohong, sehingga ketika sedang tidak ada apa-apa pun mereka kemungkinan besar tetap berbohong untuk mendapatkan atensi atau rasa percaya yang lebih besar dari orang lain. Perilaku ini juga menunjukkan bahwa individu dengan mythomania memang sebenarnya tidak memiliki motif tertentu untuk berbohong, seperti orang berbohong pada umumnya.

3. Biasanya Menceritakan Sesuatu dengan Rumit, Rinci, dan Dramatis tetapi Bersifat Permanen 

Individu dengan gangguan mythomania dikenal sebagai orang yang pandai dalam berbohong. Mereka mampu menceritakan sesuatu dengan detail dan terkadang terlihat berlebihan, tetapi pembawaan dan rangkaian ceritanya disampaikan dengan sangat meyakinkan sehingga orang lain bisa saja langsung percaya dengan kebohongannya.

Tidak hanya itu, cerita yang disampaikan juga memiliki sifat permanen dan stabil. Artinya, meskipun ceritanya terdengar rumit dan kompleks, tetapi tidak ada celah yang membuatnya terasa tidak nyambung atau hanya asal-asalan. Justru semakin kompleks rangkaian ceritanya, semakin stabil isi cerita tersebut karena setiap halnya memiliki penjelasan atau keterangan. 

4. Pandai Menggabungkan Kenyataan dan Fantasi

Meskipun tidak memiliki tujuan khusus, kebanyakan individu yang memiliki gangguan mythomania berbohong cenderung untuk mendapatkan simpati, rasa hormat, atau perhatian dari orang lain. Untuk mendapatkan ketiga hal tersebut, tentu diperlukan cerita dan penyampaian yang terdengar nyata atau memang benar-benar terjadi.

Oleh sebab itu, individu dengan gangguan mythomania akan menggabungkan cerita-cerita nyata dengan imajinasi yang sesuai dengan dirinya atau penyebab ia berbohong. Pada orang biasa, hal ini akan sulit karena ketika mereka tidak merasakannya sendiri, mungkin akan ada bagian cerita yang janggal. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada orang yang mempunyai mythomania, sebab mereka bisa mensintesiskan cerita fakta dan fiksi dengan sangat baik.

5. Suka Menggambarkan Diri sebagai Pahlawan atau Korban

Masih berkaitan dengan keinginan mendapatkan perhatian pada individu yang memiliki gangguan mythomania, individu tersebut tidak akan diperhatikan ketika cerita yang ia miliki biasa saja atau tidak menarik. Hal itu membuat penderita akan menyusun cerita yang membuat dirinya seperti menjadi karakter utama, baik itu sebagai pahlawannya atau sebagai korbannya.

Contohnya, pada beberapa orang, mereka akan menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan institusi penting, seperti kepolisian, tentara angkatan darat, pejabat pemerintahan, dan sebagainya. Dalam cerita di institusi tersebut, mereka merasa memiliki peran yang penting dengan sudut pandang positif atau sebagai tokoh penyelamatnya.

6. Sangat Menyukai Perhatian dari Orang Lain

Kebanyakan individu yang memiliki gangguan mythomania sangat ingin diperhatikan orang lain. Hal tersebut membuatnya akan melakukan apa pun untuk mendapat perhatian, khususnya dengan cara berbohong. Cerita bohong digunakan karena mereka sadar bahwa kebohongan yang mereka sampaikan akan mendatangkan perhatian dari orang lain. Maka dari itu, agar terus diperhatikan, mereka terus-menerus berbohong sepanjang waktu.

7. Tidak Mampu Mengetahui Perbedaan antara Fakta dan Fiksi

Penderita mythomania sudah terbiasa berbohong dalam segala situasi yang dihadapi. Akibatnya, mereka justru lama-kelamaan menikmati kebohongan yang mereka buat. Hal tersebut jika sudah dilakukan dalam waktu cukup lama dapat membuat individu tersebut juga tidak dapat lagi membedakan hal yang fakta maupun fiksi.

Apabila sudah sampai ke taraf ini, individu cenderung akan sulit untuk kembali lagi menyadari adanya fakta dan fiksi. Oleh sebab itu, diperlukan proses treatment atau cara menyembuhkan mythomania seperti terapi psikologi yang dapat melatih mereka untuk memperbaiki pola pikirnya agar kembali rasional dan mengetahui bahwa berbohong bukanlah merupakan hal yang baik.

You may also like