Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Cinta » 7 Fakta Dibalik Perpisahan Menurut Psikologi

7 Fakta Dibalik Perpisahan Menurut Psikologi

by Rini Sabarini

Pasangan mana yang tidak menginginkan tali kasih yang terjalin dengan langgeng dan harmonis.

Tentu menjadi dambaan setiap pasangan untuk memiliki hal tersebut, namun kenyataannya banyak pasangan muda atau baru menikah mengalami perpisahan dengan alasan tertentu.

Hal ini menjadi momok dan menjadi tren kehidupan berpasangan di zaman masa kini. Berikut ini cara mengatasi trauma dalam rumah tangga yang patut diperhatikan.

Oleh sebab itu pentingnya untuk mempertahankan hubungan tersebut apalagi hubungan sudah dikarunia buah hasil kasih dan sayang yaitu anak.

Untuk mengetahui dampak dan apa saja fakta dibalik perpisahan menurut psikologi, berikut ini beberapa contohnya :

1. Meninggalkan Perasaan Sedih

Setiap perpisahan pasti meninggalkan bekas luka dan perasaan yang sedih, bahkan teramat sedih.

Apapun perpisahan itu baik bercerai, meninggal atau ditinggalkan tanpa sebab pastinya membuat perasaan pasangan hancur, sedih dan kecewa. Ada yang meninggalkan tanpa penjelasan pasti dan ada juga dengan alasan tertentu memilih berpisah.

Perasaan sedih sering terjadi akibat rasa kecewa dan juga tidak menyangka kalau orang yang selama ini dicintai memilih untuk pergi meninggalkan Anda dengan jalan perpisahan.

Apabila salah satu pasangan tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut bisa berdampak kepada depresi atau bunuh diri.

2. Meninggalkan Kesan Canggung atau Sungkan

Salah satu contoh fakta dibalik perpisahan menurut psikologi adalah meninggalkan perasaan sungkan dan cangkung kepada mantan pasangan. Karena perpisahan yang memisahkan banyak hal, maka ketika bertemu kembali akan ada perasaan aneh, canggung dan sungkan untuk memulai sapaan atau sekedar sapa dan senyum.

Apalagi perpisahan terjadi secara tidak baik maka kesan menghindar lebih baik dipilih daripada harus bertemu dan bertatapan muka.

Hal inilah yang menjadi kebiasaan orang dalam menyikapi mantan pasangan diluar kemampuannya. Beberapa contoh kiat dan cara menjaga kerukunan dalam keluarga dan rumah tangga.

3. Menjadi Bahan Intropeksi Diri

Setiap perpisahan memiliki dua kemungkinan, bisa memiliki manfaat dan juga memiliki dampak negatif bagi salah satu pasangan.

Namun, yang menjadi alasan penting sebuah perpisahan adalah mampu menjadikan seseorang lebih intropeksi diri.

Lebih bercermin dari pengalaman dan kejadian yang terjadi dengan banyak mengoreksi kesalahan yang sudah dilakukan.

Baik kesalahan yang disengaja maupun yang tidak, perpisahan terkadang membuat seseorang lebih dewasa dan mampu untuk menyikapi setiap masalah menjadi bahan renungan dan kesadaran diri agar bisa diperbaiki kearah yang lebih baik lagi.

4. Meninggalkan Rasa Trauma

Baik bagi pasangan atau pun buah hati yang namanya perpisahan pasti menimbulkan rasa trauma, takut, marah dan juga kecewa.

Ada perasaan dendam terhadap pasangan maupun orangtua, hal ini yang menjadi masalah apabila perpisahan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Dan secara psikologi dapat berdampak kepada kejiwaan pasangan dan juga anak. Pasangan bisa trauma untuk mencari pasangan baru, dan bagi si anak merasa trauma memiliki orangtua yang baru.

Sehingga akan sulit untuk membuka diri dan hati apabila rasa trauma tersebut terlalu parah dan tidak segera diterapi. Begini kiat juga cara memupuk cinta dalam rumah tangga Anda.

5. Hilangnya Rasa Sayang dan Cinta

Fakta dibalik perpisahan menurut psikologi lainnya adalah hilangnya perasaan cinta, kasih dan sayang antara satu sama lainnya.

Pasangan akan dengan mudah menghilang atau pergi setelah memilih berpisah, walau masih ada sisa cinta dan kasih terhadap salah satu pasangan.

Namun, kalaupun sudah tidak bisa disatukan kembali maka lambat laun perasaan itu akan hilang dengan sendirinya seiring dengan waktu dan kesibukan yang dilakukan.

Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk berpisah sebaiknya koreksi terlebih dahulu hati dan perasaan Anda, sebelum datang penyesalan di kemudian hari.

6. Renggangnya Tali Silahturahmi

Perpisahan juga dapat berdampak kepada fakta bahwa jalinan silahturahmi yang memburuk. Pasti perpisahan akan merenggangkan hubungan antara kedua belah pihak, jika hadir seorang anak didalamnya maka anak tersebut akan sangat terpengaruh oleh sikap kedua orangtuanya.

Hal ini tentu berdampak negatif bagi tumbuh kembang kejiwaannya. Sebisa mungkin jika berpisah mash tetap untuk menjalin hubungan walau hanya sekedar saja. Agar hal ini mampu mencairkan suasana hati anak kepada kedua orangtuanya.

Namun, jika belum memiliki anak maka kembali lagi kepada pilihan kedua belah pihak apakah memilih masing – masing atau masih bisa berubah menjadi teman. Kenali dampak dan penyebab keluarga tidak harmonis dan solusinya.

7. Menjadi Beban Mental

Berikutnya fakta dibalik perpisahan menurut psikologi hal ini bisa menjadikan beban mental yang berat bagi pasangan, anak atau keluarga lainnya.

Menjadi single parent tidak mudah, jika salah satu pondasi hilang maka akan terasa sekali dalam segi ekonomi. Belum lagi harapan dan impian memiliki masa depan yang bahagia tiba – tiba sirna karena perpisahan yang terjadi.

Apabila pasangan tidak siap dalam itu, maka bisa mengganggu kejiwaaan pasangan lainnya.

Oleh karena itu pentingnya berkomunikasi dalam banyak hal, apapun yang diharapkan dan diinginkan apabila sewaktu – waktu tidak dapat terwujud maka sudah siap untuk menerima kenyataan tersebut.

Belum lagi menghadapi kehidupan sosial yang bisa menjadi cemoohan banyak orang karena memilih menjadi single paren dan sebagainya. Waspadai dan kenali dampak pertengkaran orang tua bagi anak.

Semoga penjelasan di atas mengenai fakta dibalik perpisahan menurut psikologi menjadikan manfaat dan juga pengetahuan Anda dalam memahami arti perpisahan secara mendalam dan tentunya dapat dipikirkan kembali dampak buruk bagi kehidupan Anda.

You may also like