Saat ini, siapa yang tidak mengenal micin. Micin atau disebut juga dengan MSG (Monosodium glutamate) adalah bentuk sodium dari asam amino, asam glutamik, dan beberapa jenis glutamat lainnya. Micin berperan sebagai penyedap rasa ketika ditambahkan pada makanan. Bumbu ini tidak memiliki warna, rasa, dan tekstur tersendiri sehingga perannya hanya terasa jika dicampurkan dengan makanan.
Glutamat sendiri berhubungan dengan rasa kelima, yakni umami. Reseptor rasa umami memiliki afinitas khusus untuk glutamat bebas. Namun, menggantikan garam dapur dengan MSG menurunkan kandungan sodium dalam makanan sebab micin hanya memiliki kurang dari dua pertiga sodium dibanding garam pada umumnya.
Beberapa contoh makanan yang mengandung micin, di antaranya yaitu mie instan, jajanan dalam kemasan, keripik, makanan cepat saji, makanan beku, gorengan, bahkan dalam lauk pauk yang kita konsumsi sehari-hari juga dapat mengandung micin jika memang ditambah dengan penyedap rasa selain gula dan garam.
Berdasarkan penjelasan dari Prof. DR. Dr. Nurpudji A. Taslim, MPH, SpGK(K) selaku Ketua Umum PDGKI, kita tidak perlu khawatir akan mengalami masalah pada otak karena micin. Akan tetapi, tentunya konsumsi micin tersebut harus dalam porsi yang sesuai batas sebab selama penggunaannya tidak berlebih, maka micin tidak akan berbahaya.
Untuk mengetahui apakah jumlah micin yang dikonsumsi sudah di bawah batas atau sudah berlebih, Prof. Nurpudji menyampaikan bahwa kita dapat mengukur jumlah micin dengan mempertimbangkan berat badan, yakni 10 miligram perkilogram berat badan. Misalnya, jika seseorang memiliki berat badan 50 kilogram, maka micin yang dapat dikonsumsi maksimal sebanyak 5 gram atau kurang dari satu sendok teh.
Apabila kita cukup aware dengan jumlah micin yang dikonsumsi setiap harinya, kita dapat melihat informasi nilai gizi pada kemasan produk atau pada penjelasan produk di internet mengenai kadar micin di dalamnya. Dengan begitu kita dapat memperkirakan jumlah micin yang masuk ke dalam tubuh agar tidak terlalu berlebih dan akan lebih sehat lagi jika tidak terlalu banyak micin yang kita konsumsi.
Sayangnya, beberapa orang masih cuek dengan hal-hal seperti ini sehingga jumlah asupan micinnya tidak terkontrol, padahal micin dapat memberikan efek buruk pada tubuh ketika dikonsumsi secara berlebih. Hal itu dikarenakan pada dasarnya konsumsi apa pun secara berlebihan tidak dapat diolah dengan maksimal oleh tubuh.
Salah satu dampak micin bagi otak yang sering kali disebut oleh khalayak umum adalah menjadi ‘lemot’ atau lambat dalam berpikir. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan fungsi kognitif otak untuk berpikir dengan logika, mengambil keputusan, mengingat sesuatu, berkonsentrasi, proses pengambilan keputusan, dan sebagainya menjadi tidak maksimal.
Hal tersebut dijelaskan kembali oleh dr. Ivena dalam artikelnya di situs hellosehat bahwa terdapat hubungan antara glutamat yang dikandung dalam micin dengan otak. Otak manusia mempunyai banyak saraf untuk menerima rangsangan. Saraf yang menerima rangsangan tersebut terdapat pada bagian hipotalamus otak.
Dalam hipotalamus, glutamat tadi memiliki banyak reseptor sehingga ketika glutamat yang dirasakan oleh saraf di hipotalamus otak terlalu banyak, maka dapat berbahaya bagi kondisi otak maupun tubuh. Penyebabnya adalah reseptor otak mendapat rangsangan berlebih yang apabila terus terjadi dapat mengakibatkan kematian neuron.
Akhirnya, karena neuron otak mati, kemampuan berpikir juga akan menurun sebab sistem kerja otak sudah tidak maksimal lagi. Terlebih neuronlah yang memiliki peran penting untuk menjalankan fungsi kognitif pada otak. Beberapa penyakit yang terkait dengan gangguan otak ini, seperti alzheimer, penyakit parkinson, dan stroke.
Tidak hanya pada kemampuan kognitif, secara kondisi fisik juga dapat terpengaruh karena terlalu banyak konsumsi micin, yakni muncul rasa sakit kepala dan hipertensi. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa ahli meyakini bahwa tekanan darah pada orang yang terlalu banyak mengonsumsi micin dapat meningkat sehingga berpengaruh pada otak dan muncullah rasa sakit kepala.
Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa belum ada penelitian yang secara pasti menyebutkan dampak apa saja dari konsumsi micin terhada otak. Namun, yang pasti adalah kita tidak boleh mengonsumsi micin secara berlebih agar otak kita tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal.
Demikianlah penjelasan mengenai dampak micin bagi otak. Kesimpulannya, micin tidak selamanya memiliki dampak buruk bagi otak. Hal itu dikarenakan ketika kita tahu takaran maksimal micin dalam tubuh dan juga mengetahui kandungan micin pada produk yang kita konsumsi, tidak apa-apa untuk mengonsumsi micin secukupnya.
Akan tetapi, ketika kita tidak mengetahui jumlah micin dalam produk, seperti pada informasi nilai gizi, bisa jadi kita akan mengonsumsi micin secara berlebih. Salah satu akibat yang mungkin terjadi adalah otak menjadi lebih lamban. Penyebabnya yaitu saraf pada hipotalamus otak mendapat rangsangan terlalu banyak dari glutamat yang terkandung pada micin.
Ketika rangsangan yang masuk terlalu banyak, neuron otak menjadi mati sehingga fungsinya menjadi menurun untuk berpikir, seperti membuat keputusan, mengingat-ingat, dan sebagainya. Tidak hanya itu, penyakit, seperti alzheimer, parkinson, dan stroke juga dapat disebabkan oleh gangguan pada fungsi otak tadi. Namun, perlu diketahui bahwa studi terkait pengaruh ini belum menunjukkan data yang sangat akurat.