Setiap orang, termasuk kamu, pasti pernah mengalami stres. Alasannya bisa beragam: dari patah hati, tekanan pekerjaan, atau masalah keluarga. Bila kamu mengalami hal itu, salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah bercerita dengan teman, sahabat, pacar, atau orangtua.
Namun, tak selamanya kamu bisa mendapatkan apa yang kamu butuhkan jika hanya berbicara dengan orang terdekatmu. Terlebih bila mereka terus berkomentar, padahal yang kamu inginkan hanya butuh didengar. Bukannya lebih baik, kondisimu justru bisa memburuk. Baca juga mengenai : alasan seseorang sulit jatuh cinta
Kalau sudah begitu, mungkin sudah saatnya kamu butuh penanganan profesional. Ada baiknya tak berburuk sangka dulu. Berkonsultasi dengan psikolog atau psikolog belum tentu berarti kamu gangguan jiwa (dan kenapa juga kalau memang gangguan jiwa? Mereka yang memiliki gangguan ini juga manusia, bukan?). Berikut 12 Alasan Orang Masih Takut ke Psikolog. Baca juga mengenai : manfaat belajar ilmu psikologi cinta
1. Takut dibilang gangguan jiwa
Seseorang yang sangat tertekan dapat menemui psikolog, meskipun tanpa adanya gejala-gejala atau gangguan. Tekanan dapat merubah perilaku seseorang. Kognisi dan emosi terutama saat tekanan tersebut muncul terus menerus atau disebabkan peristiwa signifikan. Seperti kematian anggota keluarga, perceraian, operasi atau kelahiran yang akan segara dilakukan. Baca juga mengenai : hal yang terjadi pada tubuh saat jatuh cinta
Jadi, hilangkan rasa takut itu. Katakan kalau anda memang butuh bantuan. Karena orang lain tidak akan mengenal anda seperti anda mengenal diri anda sendiri. Percayalah semua masalah akan ada jalan keluarnya, dan tidak perlu sampai jiwa anda terganggu. Apalagi kalau berawal dari rasa takut terhadap pendapat orang lain yang belum tentu benar. Bisa jadi itu hanya pemikiran negatif anda sendiri. Baca juga mengenai : cara menghilangkan depresi karena putus cinta
2. Takut tidak kuat membayar biaya konseling
Anda dapat mencari rekomendasi psikolog yang tepat dengan menanyakannya kepada keluarga, teman, atau kerabat di lingkungan Anda. Sehingga bisa menentukan mana yang cocok dengan kemampuan. Baca juga mengenai : cara lelaki jatuh cinta dalam diam
Pertimbangkan juga mengenai biayanya apabila tidak ditanggung oleh asuransi. Selain itu, Anda juga bisa mencari informasi ke perguruan tinggi jurusan psikiatri. Jika ada tenaga ahli yang memberikan biaya pengobatan yang lebih rendah atau bahkan konsultasi gratis.
3. Takut rahasia terbesar kita terbongkar
Mempertahankan Kerahasian Data adalah salah satu pasal yang wajib dipatuhi Psikolog. Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut klien atau pengguna layanan psikologi dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya. Jadi untuk urusan rahasia jangan pernah khawatir, ya!
4. Prasangka dan stigma
Orang tidak nyaman pergi ke psikolog karena prasangka dan stigma dari masyarakat terhadap orang-orang yang berobat ke dokter jiwa. Mengunjungi psikolog mungkin masih terasa asing atau canggung, padahal tak ada salahnya mengunjungi sang ahli bila Anda merasa membutuhkan bantuan.
Kapankah waktu yang tepat untuk pergi ke Psikolog? Kapan pun saat Anda merasa sedih, kecewa, atau marah. Hal ini bisa dilihat bila Anda tidur kurang atau lebih dari biasanya, menarik diri dari keluarga dan teman, atau merasa jadi tidak aktif. Anda juga butuh ke Psikolog saat tanpa disadari mungkin Anda menyalahgunakan narkoba, alkohol, seks, bahkan makanan untuk merasa lebih baik.
5. Takut ketergantungan obat
Ketakutan pasien selama ini adalah ketergantungan obat. Hal ini tentunya tidak perlu ditakutkan karena hal itu tidak akan terjadi. Kebanyakan masyarakat kita sendiri masih belum paham benar apa arti dari ketergantungan. Ketergantungan adalah bila pasien terus meningkatkan dosis obat untuk mendapatkan efek dari obat dan tidak mampu berfungsi secara pribadi dan sosial karena sibuk mencari obat tersebut. Hal ini tidak terjadi pada pemakaian obat-obat jiwa dalam pengawasan dokter.
6. Takut menceritakan keluhannya dan latar belakang sakitnya
Pasien yang telah datang menemui psikolog biasanya akan menanyakan keluhan utama yang membuat pasien datang menemuinya. Psikolog biasanya akan membiarkan pasien menceritakan keluhan dan latar belakang dari sakitnya itu. Terkadang pasien kebingungan untuk memulai pembicaraan, pada kondisi ini biasanya psikolog bisa membantu mengarahkan pasien dalam menceritakan apa yang menjadi keluhan dan latar belakangnya.
7. Takut melakukan pemeriksaan fisik
Setelah membiarkan pasien bercerita, maka selanjutnya pasien akan ditanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sekirannya ditanyakan untuk melengkapi riwayat perjalan penyakit pasien, sehingga psikolog dapat mengarahkan kepada suatu diagnosis tertentu. Informasi ini sangat penting dan bisa didapatkan langsung dari pasien atau keluarganya.
Pemeriksaan fisik dilakukan juga kepada pasien dengan gangguan kejiwaan. Saya selalu memeriksa fisik pasien tanpa kecuali setiap datang kontrol. Walaupun saya memahami ada psikolog yang tidak melakukan hal ini karena mungkin menganggap pasien yang datang kepadanya adalah pasien tanpa gangguan fisik.
8. Takut mengetahui tentang sebab/pemicu dari sakitnya
Walaupun sampai saat ini kebanyakan gangguan kejiwaan belum ditemukan sebabnya, tetapi psikolog biasanya akan menerangkan apa yang terjadi di dalam otak berkaitan dengan sakit yang diderita. Psikolog juga akan menerangkan bagaimana kondisi biopsikososial sangat berpengaruh terhadap kondisi sakit yang diderita. Konsep biopsikososial ini yang biasanya akan menjadi dasar informasi tentang sakit yang diderita pasien.
9. Takut menjalani terapi
Psikolog selanjutnya akan merencakan apa yang akan dilakukannya berkaitan dengan kondisi yang dialami pasien. Terapi bisa berupa obat psikofarmaka dan juga pelaksanaan psikoterapi yang terdiri dari beberapa sesi. Kondisi ini sangat tergantung keadaan pasien. Setiap pasien adalah unik dan memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Psikolog juga akan mempersilakan pasien bertanya tentang apa yang telah diterangkannya termasuk dalam hubungan dengan obat yang digunakan.
10. Takut bertanya
Psikolog akan memberikan kesimpulan tentang kondisi pasien dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang dialami pasien berkaitan dengan kondisinya. Setelah semuanya sudah jelas maka psikolog akan menutup wawancara dan mengatur jadwal pertemuan selanjutnya.
11. Ketakutan dengan pengobatan
Ketakutan akan bergantung pada obat dari psikolog juga sering kali menjadi alasannya. Padahal, penggunaan obat dalam pengobatan ini tentu saja mendasar. Jika memang sang penderita sudah dapat lepas dari obat, maka konsumsi obat akan dihentikan. Namun, biasanya memang tidak langsung dihentikn setelah kondisi membaik.
Melainkan beberapa waktu setelahnya. Selain itu, keaktifan dari pasien dalam melakukan psikoterapi juga sangat membantu proses penyembuhan masalah psikis ini. Yah, meskipun pada beberapa kasus yang cukup berat, konsumsi obat akan dilakukan seumur hidup.
12. Menganggap masalah psikis adalah hal yang sepele
Yap, masalah psikis jika tidak segera diatasi dengan cara yang tepat akan berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Sayangnya, masalah psikis ini sering kali tidak disadari dan dianggap biasa saja. Kalaupun seseorang sudah menyadari adanya masalah pada psikisnya, ternyata tidak semua orang bisa dengan kesadarannya sendiri pergi ke ahli jiwa atau psikiater untuk berkonsultasi. Misalnya pada penderita vehophobia, tidak semua penderitanya mau ke psikiater untuk menyembuhkannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.