Home » Teori Psikologi » 10 Teori Psikologi yang Berbenturan dengan Teori Lain

10 Teori Psikologi yang Berbenturan dengan Teori Lain

by Arby Suharyanto

10 Teori Psikologi yang Berbenturan dengan Teori Lain

1. Teori Kultivasi

Teori yang dicetuskan oleh George Gebner ini bertentangan dengan teori pers dan berasumsi bahwa media massa (khususnya Televisi) sangat ampuh digunakan untuk menanamkan ideology kepada publik. Teori Kultivasi meneliti menganai bagaimana televisi membentuk pandangan kita dari apa yang diinginkan dunia sosial; bagaimana kita   menonton televisi; bagaimana efeknya pada kehidupan sehari hari seta pandangan dunia, bagaimana cara kita melihat televisi, serta dampak televisi terhadap penerimaan masyarakat. Baca juga mengenai : teori perkembangan kognitif menurut psikologi

Kemudian, teori kultivasi ini menyatakan bahwa televisi memiliki peran penting dalam membentuk atau mengkultivasi sebuah konsep serta cara pandang para audien atau penonton televisi terhadap sebuah realitas sosial yang dibentuk melalui televisi tersebut. Selain itu, keberadaan efek massif dari televisi yang menerpa khalayak secara bertahap dan terus menerus tanpa sadar membentuk sebuah persepsi mengenai realitas sosial bagi individu maupun terhadap budaya secara menyeluruh. Baca juga mengenai : prinsip teori kepribadian alfred adler

2. Teori Spiral Keheningan

Teori spiral keheningan atau rhe spiral of silence theory digagas oleh Elisabeth Noelle – Neumann, teori ini bertentangan dengan teori kultivasi dan mengemukakan kecendurungan manusia untuk tetap diam, ketika merasa bahwa pandangannya bertentangan atau terlah berubah kearah yang bertentangan dengan pendapat mayoritas. Penyebabnya adalah perasaan terisolasi atau konsekuansi negatif yang akan didapatkannya. Teori ini berasumsi bahwa ketika mengemukakan pendapat, manusia akan beruhasa untuk mengikuti pendapat mayoritas (consensus). Baca juga mengenai : teori etologi dalam psikologi perkembangan

Teori Spiral Keheningan masih merujuk terhadap disiplin ilmu sosiopsikologi. Hal ini dikarenakan adanya situasi kemasyarakatan serta faktor kejiwaan manusia. Kemudian, hal ini menjadi sangat menarik bagi mayoritas masyarakat kala itu, karena adanya penyetaraan sosial. Selain itu, salah satu teori ini juga hakikatnya bergantung pada opini yang berasal dari pikiran dan pengharapan seseorang. Oleh karena itu, teori ini hanya memiliki dua asumsi: opini yang diterima, atau yang tidak diterima oleh masyarakat, dan penyesuaian diri dengan persepsi terhadap suatu opini. Baca juga mengenai : teori altruisme dalam psikologi sosial

3. Teori Agenda Setting

Teori Agenda Setting yang digagas oleh Maxwell E. Comb dan Donald E. Shaw ini bertentangan dengan teori kultivasi dan berfokus pada efek media massa terhadap pengetahuan. Menurut teori in media massa memiliki pengaruh terhadap apa yang dipikirkan oleh seseorang. Media massa memiliki kemampuan untuk membuat agenda informasi yang diinginkan dan dianggap penting olehnya untuk mempengaruhi publik, sehingga informasi tersebut kemudian juga akan dianggap penting oleh masyarakat. Baca juga mengenai : teori rekapitulasi dalam psikologi perkembangan

Hal sebaliknya juga berlaku, pemberitaan yang tidak penting bagi media, juga akan menjadi tidak penting dalam masyarakat. Dalam Teori Agenda Setting, opini mengenai suatu topik yang dipublikasikan oleh media massa dapat mempengaruhi opini publik, serta cara panda masyarakat terhadap topic tersebut .

4. Teori Peluru

Teori Peluru yang digagas oleh DeFleur ini mengasumsikan bahwa massa tidak memiliki kekuatan dalam menghadapi stimuli yang dikirimkan oleh media massa dimana bertentangan dengan teori pers. Menurut teori ini media massa dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, terarah, dan segera.

Teori  jarum hipodermik memeiliki beberapa aspek menarik yaitu:

  • Media massa memiliki kemampuan yang sangat ampuh dalam menginjeksikan suatu ide kedalam benak seseorang secara mendalam, dalam hal ini orang tersebut dianggap didak berdaya untk melawan pengaruh yang diberikan media massa.
  • Mass audience tidak saling terhubung satu dengan yang lainnya, mereka hanya sama-sama terhubung dengan media massa. Jika individu-individu dalam mass audience memiliki pendapat yang sama mengenati suatu hal, hal itu disebabkan oleh pesan – pesan yang sama yang mereka terima. Bukan karena mereka saling berhubungan/ berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

5. Teori kegunaan dan kepuasan

Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory) yang digagas oleh Elihu Katz ini bertentangan dengan teori pers dan menitik beratkan penelitiannya pada permirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan media. Komuniikan berpartisipasi aktif sebagai bagian dari sistem komunikasi massa, dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut teori ini, efek media massa merupakan situasi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi.

Teori ini mengemukakan bagaimana audiens memilih media yang mereka inginkan. Audienslah yang secara aktif memilih media berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka yang berbeda-beda dalam mengkomsumsi media.  Teori ini merupakan sebuah kritik dari teori jarum hypodermis yang menganggap audiens pasif dalam menerima informasi dari media.

6. Teori Psikoanalisis

Menurut Teori Psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud ini, manusia dikendalikan oleh keinginan yang terpendam di dalam dirinya dan bertentangan dengan teori komunikasi. Perilaku kmanusia merupakan hasil interaksi dari tiga subsistem dalam kepribadian manusia itu sendiri, yaitu ID, Ego, dan Super ego.

7. Teori Behaviorisme

Teori Behaviorisme merupakan teori yang bertentangan dengan teori jarum hipodermik. Teori ini mengemukakan bahwa prilaku manusia sangat dipengaruhi (dikendalikan) oleh alam/ lingkungannya. Behaviorisme hanya menganalisa prilaku uang tampak saja, yang dapat di ukur dan diramalkan. Menurut teori ini, pengalaman merupakan satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Teori ini disebut juga sebagai teori belajar, karena menurut teori ini, seluruh prilaku manusia (kecuali insting) merupakan hasi belajar. Dimana belajar didefinisikan sebagai perubahan prilaku akibat pengaruh lingkungan.

Kemudian, pada dasarnya toeri ini lebih sering menganalisa perilaku yang tampak, dapat diukur, dan diramalkan. Oleh karena itu teori ini dinamakan teori belajar. Hal ini dikarenakan seluruh perilaku manusia merupakan hasil belajar. Dalam hal ini, belajar dinilai sebagai bahan perilaku organisasi yang mempengaruhi lingkungan. kebanyakan dari penganut teori ini tidak memperdulikan apakah perilaku individu tersebut baik atau tidak, rasional ataupun emosional. Karena pada dasarnya, behaviourisme hanya ingin mengetahui bagaimana suatu perilaku dikendalikan oleh keberadaan lingkungan sekitar. Selain itu, ciri dari teori ini adalah dimana unsur-unsur dan bagian kecil yang bersifat mekanistis, dan memiliki peran dalam lingkungan, serta pembentukan reaksi atau respon menjadi ciri utama dari teori ini.

8. Teori Kognitif

Teori Psikologi Kognitif yang dicetuskan oleh George Miller ini memiliki konsep bahwa manusia adalah mahluk yang aktif dalam mengorganisasikan dan mengolah informasi yang diterima (homo sapiens) dan bertentangan dengan teori ppersuasif. Teori ini merupakan reaskri terhadap teori Behaviorisme yang mengganggap manusia hanya beresksi pasif terhadap lingkungan. Teori Kognitif mengemukakan bahwa manusia selalu berusaha memehami dan berpikir tentang lingkungannya. Jiwalah yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan indra (menurut Decrates).

Teori ini juga termasuk dalam dua cabang ilmu besar yaitu psikologi dan komunikasi. Kemudian, teori ini menekankan terhadap proses pembelajaran yang diterapkan pada anak. Oleh karena itu, menurut teori ini, guru bukanlah sumber utama dalam proses pembelajaran bagi seorang anak dan tidak diwajibkan anak patuh terhadap perintah guru. Hal ini dikarenakan evaluasi dalam proses pembelajaran ini lebih menekankan proses yang telah dilalui dibandingkan dengan hasil.

9. Teori Humanistis

Teori humanistis menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens) dan bertentangan dengan teori kognitif. Tidak seperti teori Behaviorisme, yang menganggap manusia seperti mesin yang dibentuk lingkungan, atau  seperti teori Psikoanalisis yang menganggap manusia melalu dipengaruhi naluri primitive; teori Humanistic berpendapat bahwa manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, dimana sang ‘aku, diriku, atau diri sendiri’  menjadi pusat.

Menurut teori ini, prilaku manusia berpusat pada konsep diri. Persepsi manusia tentang indentitas dirinya, yang sifatnya fleksibel. Dalam teori ini manusia dipandang selalu berusaha untuk mrnjadi lebih baik.

10. Teori disonasi kognitif

Teori ini merupakan salah satu teori Kognitif yang bertentangan dengan teori huanistis, yang cukup terkenal dan dipelajari oleh orang yang mempelajari ilmu psikologi di seluruh dunia. Teori ini menjelasknan bahwa apa yang dilakukan seseorang kadang kala tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan dan diketahuinya. Orang sering kali melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Contohnya perbuatan mencontek atau korupsi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like