Seperti yang dikatakan Plato, bentuk yang paling sederhana dari berpikir adalah pengenalan pada objek yang sedang dilihat. Sedangkan bentuk tersulit dari berpikir merupakan intuisi komperhensif saat seseorang memandang segala benda dari sebuah sistem. Sementara kemampuan manusia dalam mengenali berbagai jenis objek adalah karakteristik istimewa yang dimiliki manusia.
Pengenalan pola dan juga kemampuan mengenali objek merupakan kemampuan kognitif yang biasanya bisa dilakukan dengan cepat tanpa hambatan. Pengenalan pola atau pattern recognition yang dilakukan sehari hari berhubungan dengan interaksi dari persepsi, sensasi, memori dan juga pencarian kognitif yang bertujuan untuk mengenali pola tersebut. Untuk lebih jelas tentang teori pengenalan pola dalam psikologi kognitif, bisa anda lihat selengkapnya pada ulasan berikut ini.
Dalam psikologi kognitif yang merupakan satu dari macam macam psikologi khusus terdapat 2 macam pengenalan pola yakni data driven yang merupakan persepsi dari signal sensori sederhana dan juga conceptually driven untuk persepsi dari pola yang lebih kompleks. Dalam psikologi Gestalt menjelaskan jika teori pola memakai prinsip utama mengatakan jika keseluruhan akan lebih penting dibandingkan bagian. Sedangkan prinsip lainnya adalah proximity, continuity, closure dan juga sumularity.
Perspektif kanonik merupakan gambaran yang jauh lebih baik pada penggambaran sebuah objek yang ditangkap oleh manusia. Perspektif kanonik merupakan sudut pandang paling baik dalam merepresentasikan sebuah objek atau image yang pertama kali ada di pikiran saat sedang mengingat bentuk.
Sementara bottom up bisa terjadi saat proses pengenalan pola dimulai dari beberapa bagian menuju ke pengenalan secara menyeluruh. Top down bisa terjadi saat proses pengenalan pola dari keseluruhan sudah menuju ke beberapa bagian. Proses bottom up adalah teori yang memberi ide jika proses pengenalan diawali dengan identifikasi pada bagian yang lebih spesifik dari sebuah pola untuk mengenali pola secara menyeluruh.
Ide dari template matching adalah membandingkan antara objek yang dilihat dengan contoh yang sudah terekam pada otak. Sedangkan teori distinctive feature akan muncul saat kelemahan template matching terjadi dimana prinsip feature analysis sendiri adalah sebuah simulus kombinasi dari elemen penting.
Untuk alternatif lain dari pengenalan pola adalah mencocokkan prototipe yakni semacam abstraksi dari pola yang sudah tersimpan dalam memori dalam psikologi dan menjadi gambaran terbaik dari sebuah pola.
Pendekatan mengenai pengenalan pola visual dalam teori belajar kognitif terdiri dari 5 yakni psikologi gestalt, proses bottom up atau top down, template matching, feature analysis dan juga pengenalan prototype.
Jenis jenis memori dalam psikologi kognitif jangka panjang manusia berisi tentang berbagai macam pola seperti saat mendengar atau melihat sebuah pola, maka kita membentuk gambaran tentang pola tersebut kemudian membandingkan dengan gambaran pola yang sebelumnya sudah tersimpan sehingga nantinya bisa mengenali pola apabila gambaran berkaitan dengan gambaran sebelumnya.
Ide dalam teori template mengusulkan jika pola tidak diuraikan secara menyeluruh. Template merupakan kesatuan holistik dan tidak dapat dianalisa dibandingkan dengan pola lain dengan mengukur seberapa banyak kecocokkan kedua pola. Template merupakan pola yang tidak dianalisa dan dicocokkan dengan pola alternatif memakai kecepatan kelengkapan untuk ukuran kesamaan.
Dalam teori template, cara otak mengenali objek dan juga pola dinamakan dengan teori pencocokkan template atau template matching yang tentunya juga disesuaikan dengan macam macam kecerdasan seseorang.
Teori ciri atau feature theory adalah penggambaran sebuah pola dengan cara membuat daftar dari beberapa bagian atau ciri ciri. Sebagai contoh, seseorang bisa menggambarkan ibunya dengan ciri berambut pendek sebahu, hidung mancung dan kulit yang putih.
Teori ciri ini sangat tepat digunakan untuk menggambarkan perceptual learning atau pembelajaran perceptual dan juga menjadi salah satu diskusi terbaik tentang teori ciri yang ada dalam Principles of Perceptual Learning and Development dari Gibson pada tahun 1969.
Gibson mengajukan kriteri kriteria untuk dasar dalam seleksi sekumpulan ciri dari hurup besar seperti berikut ini.
Teori struktural atau structural theory merupakan teori untuk menentukan ciri dari sebuah pola dikombinasikan dengan ciri lain dari pola tersebut. Glowes pada tahun 1969 melakukan metode penelitian psikologi dengan memberi contoh sebuah gambar pola ambigu untuk menjelaskan bagaimana teori struktural bersifat penting untuk menghasilkan gambar yang lebih kuat dari beberapa pola.
Teori struktural ini dibangun atas dasar teori ciri dan sebelum ditetapkan hubungan antar ciri, maka terlebih dahulu harus menetapkan ciri tersebut. Teori struktural ini memungkinkan seseorang untuk menetapkan dua ciri yang memiliki kecocokkan. Seperti contohnya pada huruf “H” yang terdiri dari 2 garis vertikal dan 1 garis horizontal yang tidak bisa dibedakan dari 2 garis vertikal dan 1 garis horizontal tersebut.
Untuk tahapan memproses informasi dalam psikologi kognitif bisa dilakukan dengan 3 teknik atau macam macam metode pembelajaran yakni teknik penyebutan sebagian, sperling dan juga rumelhart yang masing masing akan kami jelaskan berikut ini.
Dalam memahami seseorang melakukan tugas pengenalan pola, maka harus diidentifikasikan tentang apa yang terjadi di setiap tahap proses informasi. Sperling pada tahun 1960 merupakan orang yang pertama kali mengkonstruksi model awal pemrosesan data informasi di pengenalan objek visual.
Pada penelitian Sperling terlihat huruf yang ditampilkan dalam waktu singkat sekitar 50 milidetik lewat tachistoscope. Subjek lalu diminta untuk menyebutkan kembali semua huruf yang mereka ingat pada layar. Hasilnya, beberapa respon ternyata akurat apabila dalam layar hanya terisi 5 kata saja.
Namun saat huruf ditingkatkan, maka subjek tidak bisa menyebutkan kembali lebih dari 5 huruf dengan benar sebanyak apa pun huruf yang ada pada layar. Masalah umum yang terjadi adalah identifikasi penyebab keterbatasan performa dalam pelaksanaan sebuah tugas. Sperling lalu mengubah dari prosedur penyebutan seluruh huruf menjadi prosedur menyebutkan sebagian huruf saja.
Hal yang sering terjadi dari penelitian seorang ilmuwan sebenarnya bukanlah maksud yang ingin diteliti. Walau Sperling sudah mendesain teknik penyebutan sebagian untuk mengurangi syarat memori di tugas yang diberikan dan untuk mendapatkan pengukuran murni tentang persepsi, akan tetapi hasil penelitian tersebut lebih diingat menjadi penemuan tentang pentingnya penyimpanan sensori visual.
Sperling lalu merevisi model awal di tahun 1967 dimana banyak bukti memperlihatkan jika pola yang tidak dilihat sekilas dalam 1 waktu namun dianalisis secara bersamaan.
Pembedaan diantara melakukan 1 kerja kognitif di 1 waktu seperti mengganti 1 kata dalam 1 waktu serta melakukan lebih dari 1 kerja kognitif di 1 waktu seperti melihat pameran seni dan juga melakukan percakapan.
Sperling kemudian melakukan modifikasi gagasan tentang komponen scan atau penglihatan sekilas supaya bisa memungkinkan untuk mengenali pola terjadi secara serempak terhadap tampilan menyeluruh meski kecepatan pengenalan di lokasi tertentu sebenarnya tergantung dari dimana subjek memfokuskan perhatian.
Tahun 1979, Rumelhart mengajukan model matematis lebih detail tentang performa di tugas proses informasi yang mempunyai jangkauan luas meliputi penyebutan keseluruhan dan juga prosedur penyebutan sebagian yang diteliti sperling. Model Rumelhart memberikan deskripsi bagaimana pengenalan pola tersebut terjadi dengan lebih spesifik dan berasumsi jika pengenalan yang terjadi dengan cara identifikasi ciri ciri dari pola.
Kecepatan pengenalan pola model Rumelhart tersebut dipengaruhi dengan kejelasan informasi dan juga jumlah item yang ditampilkan. Saat paparan selesai, maka terlihat jika kejelasan mengalami penurunan mengikuti dengan semakin menurunnya penyimpanan informasi visual.
Jumlah item yang ditampilkan berpengaruh pada kecepatan pengenalan ciri sebab model beranggapan jika orang mempunyai jumlah perhatian terbatas dan terbagi dalam beberapa item sehingga fokus pada setiap item akan menurun.
Dari teori pengenalan pola dalam psikologi kognitif diatas bisa disimpulkan jika pengenalan pola adalah identifikasi dari penyusunan stimuli sensori penginderaan kompleks yang bisa dikenali oleh manusia sebagai pengamat objek sehingga penerapan psikologi kognitif dalam tingkah laku juga menjadi sangat penting.
Pengenalan pola dan juga kemampuan untuk mengenali objek bisa terjadi secara langsung tanpa adanya usaha dan umumnya terjadi dalam waktu cepat.
Demikian penjelasan terkait tentang teori pengenalan pola dalam psikologi kognitif.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…