Home » Teori Psikologi » Teori Imitasi dalam Psikologi

Teori Imitasi dalam Psikologi

by Arby Suharyanto

Manusia cenderung untuk meniru perbuatan orang lain, semata mata karena hal itu merupakan bagian dari sifat biologis mereka untuk melakukan hal tersebut. Semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai atau melebihi) tindakan di sekitarnya (Tarde, 1903). Imitasi memainkan peranan yang sentral dalam transmisi kebudayaan dan pengetahuan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya (Tarde, 1903)

Teori imitasi yang alamiah ini dalam perkembangannya secara bertahap ditinggallkan oleh para ahli psikologi dan digantikan dengan sejumlah kerangka teoritis yang mengemukakan bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari (learned) atau diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu

Salah satu problem mengenai teori imitasi ini adalah berkaitan dengan “bukti” penelitian yang ternyata diperoleh dalam situasi laboratory atau studi yang bersifat eksperimen. Jadi studi yang dimaksud tidak dilakukan dalam situasi kehidupan nyata. Berikut selengkapnya tentang Teori Imitasi dalam Psikologi.

Pengertian

Meniru berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ‘Imitasi’, ‘copy’ , ‘representasi’, ditemukan di mana mana di filsafat psikologi dan memiliki representasi bermacam macam. Sesuatu dibilang karya psikologi yang bagus apabila semakin mendekati realita. Realita yang seperti apa? Realita yang bisa kita indrai atau kita lihat, kita rasakan dan kita dengar. (Baca juga mengenai teori john dewey )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . (Baca juga mengenai teori kurt lewin )

Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, (Baca juga mengenai teori frustasi )

contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca. (Baca juga mengenai teori disiplin )

Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. (Baca juga mengenai teori empati )

Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.

Konsep

  • Pertama, perilaku ketika seseorang bertindak atau merasa seperti orang lain ( Bronfernhrenner, 1960)
  • Kedua, suatu motif dalam bentuk suatu kegiatan umum untuk berbuat atau menjadi seperti orang lain
  • Ketiga, proses atau mekanisme melalui mana anak anak menyamai suatu model dan menjadikan dirinya seperti model itu

Bila anak anak atau remaja, maka motivasi untuk mengidentifikasi diri adalah :

  • Keinginan untuk memiliki kekuasaan dan penguasaan terhadap lingkungan
  • Kebutuhan akan asuhan dan perhatian

Mischel ( 1971) menjelaskan bahwa teori perilaku memberi peran penting bagi penegakan dan imbalan.Pentingnya peran tersebut dapat dipahami karena dua alasan :

  • Pertama, penegakan dan perangsang telah ditunjukkan berulangkali sebagai pengaruh yang kuat dalam balajar dan dalam pilihan perilaku pada banyak situasi
  • Kedua, pada umumnya penelitian tentang belajar banyak mengkaji hewan daripada mengkaji orang. Dan hewan, dianggap memiliki dorongan yang bersifat langsung atas direct reinforcement dan dipandang sebagai mekanisme belajar yang sama.

Penerapan

Miller dan Dolland (1941) memerinci kerangka teori tentang suatu kondisi dan mengemukakan ada tiga kelas utama penerapan perilaku yang seringkali diberi label “imitasi “

  • Same behavior, dua individu memberi respon masing masing secara independen, tapi dalam cara yang sama terhadap stimuli lingkungan yang sama
  • Copying, seseorang individu berusaha mencocokkan perilakunya sedekar mungkin dengan perilaku orang lain. Jadi ia haruslah mampu  untuk memberi respopn terhadap syarat atau tanda tanda kesamaan atau perbedaan antara perilakunya sendiri dengan penampilan orang yang dijadikannya model
  • Matched dependent bahavior , seorang individu belajar untuk menyamai tindakan orang lain (model atau si pemimpin) karena amat sederhana, ia memperoleh ombalan dari perilaku tiruan (imitatifnya ) itu.

Bandura ( 1969) mengidentifikasi efek efek yang ditimbulkan oleh eksposure terhadap perilaku dan hasil perbuatan orang lain adalah Inhibitory dan Disinhibitory Effect. Inhibitory merupakan efek yang menyebabkan orang lain yang menyaksikan perilaku tertentu menjadi malu  atau menahan diri untuk melakukan atau mengulangi perbuatan yang dilihatnya

Sedangkan efek disinhibitory merupakan efek yang menyebabkan orang tidak malu atau untuk melakukan perbuatan yang dilihatnya. Response facilitating effects yakni bahwa kesempatan untuk melihat kepada tindakan orang lain dapat berfungsi memudahkan penampilan bermacam macam perilaku yang menurut biasanya tidak dilarang

Observational learning yakni Bila seseorang  yang  melihat dikenai perilaku dari suatu model sosial, maka dapat terjadi efek observational learning. Dalam arti yang lebih spesifik observer tadi dapat memperoleh bentuk perilaku baru semata mata dengan melihat atau mengamati tindakan model tanpa secara terbuka menunjukkan response di hadapan model yang ditirunya.

Saran
Karya psikologi tidak lebih dari sebuah imitasi dari imitasi lainnya, atau tiruan dari tiruan, dan psikolog itu sendiri tidak lebih dari seorang imitator dari imitasi, dan derajatnya tinggi jika mampu meniru namun memiliki ciri khas tersendiri sebab psikologi berhubungan dengan individu secara langsung.

Kelebihan teori imitasi :

  • Teori ini bisa digunakan untuk menilai karya yang realistik, yaitu karya psikologi yang mirip, atau sesuai dengan kenyataan yang kita indrai.

Kekurangan teori imitasi :

  • Latar belakang subjek  dianggap tidak berpengaruh terhadap karyanya.
  • Kemiripan antara karya dengan realitas tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena realitas itu sendiri dilihat dari perspektif yang berbeda beda.

Itulah yang dapat penulis jelaskan tentang teori imitasi yang dipahami dari sudut pandang psikologi, smeoga mudah dipahami oleh sobat pembaca semua. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, teria kasih.

You may also like