Home » Teori Psikologi » Teori Gunung Es Dalam Psikologi

Teori Gunung Es Dalam Psikologi

by Corriana

Teori Gunung Es Dalam Psikologi oertama kali dicetuskan oleh Bapak Psikologi, yakni Sigmund Freud., ia menggunakan perumpamaan gunung es ini untuk menjelaskan teorinya tentang pikiran manusia.

Ia mengibaratkan bahwa bagian atas gunung es yang terlihat meruoakan  pikiran sadar (conscious mind). Sedangkan di bawah pikiran sadar terdapat bagian yang disebut pikiran prasadar (subconscious mind), serta bagian terbesar dari gunung es terletak di bagian paling bawah yang tidak terlihat. Inilah yang kemudian disebut pikiran tak sadar (unconscious mind).

Menilik kehidupan yang terjadi sehari-hari, dapat dikatakan bahwa apa yang bisa kita lihat dari seorang manusia; pilihan tindakan dan perkataan adalah alam sadar atau mungkin bisa juga alam prasadar.

Sementara dalam pikiran tak sadar yang mengambil bagian paling besar dari pikiran manusia tak pernah bisa kita lihat. Jika hal ini dihubungkan dengan teori kesuksesan, kita tak bisa membantah bahwa seseorang biasanya memperoleh kesuksesan setelah melakukan berbagai pilihan tindakan atau perkataan yang dapat dilihat atau secara nyata dilakukannya sebagaimana dalam teori decision making dalam psikologi .

Namun, latar belakang dari setiap keputusan, tindakan, dan perkataannya sebenarnya berasal dari gunung es besar pikiran yang ada di bawahnya. Tentunya jika melihat keberhasilan atau kesuksesan seseorang pernahkan Anda berpikir untuk setiap tahap dan proses yang telah dilaluinya untuk mencapainya?.

Dalam hal ini, psikoanalisis merupakan salah satu aliran dalam ilmu psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis atau Freudianisme merupakan aliran yang mengacu pada teori-teori yang dikemukakan oleh Freud semasa hidupnya.

Dalam teori Gunung Es Psikologi Sigmund  Freud mengtakan bahwa perilaku ditentukan oleh  alam bawah sadar yang berisi insting atau naluri alamiah dan dorongan biologis manusia.

Anggapan ini meneurutnya berasosiasi pada, perilaku yang nampak dan ditunjukan seseorang adalah akibat dari konflik-konflik alam bawah sadar yang tidak nampak seperti juga pada teori harga diri dalam psikologi .

Kondisi psikis yang tidak selalu nampak tersebut oleh Freud dibagi ke dalam tiga struktur kesadaran manusia, yaitu: sadar (conscious), prasadar (preconscious), tak sadar (unconscious).

  1. Sadar (conscious)

Pada tingkatan ini,  kesadaran berisi semua hal yang pernah dicermati pada saat tertentu. Hanya saja sebagian kecil dari kehidupan mental (ingatan, persepsi terahdap suat hal, perasaan dan pikiran) yang akan masuk ke dalam tingkat kesadaran ini.

Dalam semua proses yang terjadi pada tingkat kesadaran ini (ingatan, persepsi, perasaan dan pikiran) merupakan hasil dari penyaringan yang di atur oleh stimulus dan tidak akan bertahan lama. Sehingga proses mental yang terjadi kemudian akan ditekan dan masuk ke dalam prasadar (preconscious) atau taksadar (unconscious).

  1. Prasadar (preconscious)

Prasadar atau preconscious merupakan bagian dari available memory (ingatan siap), di mana pada tingkatan ini menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Sebab fungsinya yang menjadi jembatan maka pada tingkatan prasadar berisi materi-materi yang berasal dari sadar (conscious) dan tak sadar (unconscious).

Ketika apa yang pernah terjadi dan dialami tidak lagi dicermati maka semua proses akan dipindahkan ke dalam prasadar lalu kemudian ke tak sadar. Namun pada sewaktu-waktu, ingatan dari tak sadar bisa saja muncul ke prasadar dalam bentuk simbolik berupa  mimpi, salah ucap atau gerakan refleks serta mekanisme pertahanan diri.

  1. Tidak sadar (unconscious)

Bagian ini merupakan tingkatan yang terdalam dari struktur kesadaran manusia menurut Freud. Secara khusus  menurut Freud ia membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik melainkan sebuah kenyataan yang empirik.

Pada tingkatan tak sadar ini atau lebih umum dikenal sebagai alam bawah sadar manusia ini berisikan insting atau naluri, rangsangan-rangsangan,  dorongan yang alamiah dibawa manusia sejak lahir, serta pengalaman traumatik yang dapat direpresikan atau ditekan dari tingkatan sadar ke tak sadar. Semua proses mental yang ditekan ke dalam pemikiran tak sadar mampu bertahan lama serta dapat mempengaruhi perilaku manusia tanpa disadari.

Pembagian tingkatan kesadaran yang dikemukakan oleh Freud dapat digambarkan sebagai sebuah fenomena gunung es (iceberg).

Es yang selalu berada dipermukaan air hanya akan menyisakan sedikit bagian yang nampak ke permukaan dan sebagian besar berada di bawah permukaan air. Hal ini sama dengan seperti tingkatan kesadaran manusia di mana proses mental lebih banyak terjadi pada tingkatan tak sadar dan hanya sedikit yang berada pada tingkatan sadar dalam psikologi komunikasi .

Es yang sebagian besar berada di bawah permukaan air diibaratkan sebagai tingkatan dari pemikiran tak sadar manusia, sedangkan bagian es yang sejajar berada pada permukaan air adalah tingkatan prasadar dan es yang berada pada bagian atas permukaan air adalah alam sadar manusia.

Selain membagi proses mental ini menjadi tiga tingkatan kesadaran, dalam perkembangannya Freud juga membagi proses dinamika psikologi manusia ke dalam tiga komponen penting yang saling bersangkutan dan berkaitan satu sama lain dalam menghasilkan perilaku.

Pendapat Freud mengenai insting ini  yang menjadi faktor pendorong utama psikologis yang muncul tanpa dipelajari melainkan sudah ada sejak manusia dilahirkan menjadikan insting sebagai unsur utama energi psikis.Insting memiliki dua ciri khas yang amat penting, yakni: ciri konservatif (pelestarian) serta juga ciri repetitif (perulangan) sebagimana teori bawaan dalam psikologi antropologi .

Maksudnya, insting ini akan selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada keadaannya atau kondisi yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang.

Dalam sistem Freud, insting bertindak sebagai sebuah perangsang pikiran mendorong individu untuk memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga dapat dipandang sebagai sebuah gambaran psikologis dari proses biologis yang berlangsung.

Psikoanalisis dalam perkembangannya menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Sebagian setuju dengan pendapat Freud bahwa perilaku manusia banyak didominasi oleh sesuatu yang tidak diasadari namun sebagian lainnya menentang pendapat ini.

Mereka yang tidak sepakat dengan pendapat ini beranggapan bahwa masih ada banyak hal yang jelas disadari oleh manusia yang menuntun mereka dapat melakukan sebuah tindakan, tidak semata-mata hanya dikarenakan adanya dorongan insting seperti kebutuhan  akan seks sebgaimana teori dorongan dalam psikologi

Namun demikian, apa yang disampaikan Freud tentu dapat menjadi sebuah dasar dan salah satu literatur dalam menangani kasus-kasus psikologi yang terjadi di lingkungan dan teori citra pada perusahaan .

Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi  akan selalu mengalami perkembangan dan pasti tidak akan  stagnan, seperti halnya Ana Freud, Adler dan Jung yang  juga mengembangkan teori berdasarkan psikoanalisis, sehingga munculah istilah Psikoanalisis Klasik (Freud) dan Psikoanalisis Kontemporer yaitu pengembangan dari psikoanalisis dari ketiga ahli ini.

Itulah tadi, penjabran mengenai Teori Gunung Es Dalam Psikologi Sigmund  Freud. Semoga dapat bermanfaat.

You may also like