Home » Teori Psikologi » Teori Altruisme dalam Psikologi Sosial

Teori Altruisme dalam Psikologi Sosial

by Arby Suharyanto

Teori Altruisme adalah tindakan sukarela yang dilakukan individu atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan). Dengan definisi ini, apakah suatu tindakan kebaikan atau tidak, tergantung pada tujuan si penolong.

Misalnya setelah menolong korban kebakaran, si penolong menghilang tanpa diketahui identitasnya, merupakan tindakan yang kebaikan. Tindakan tersebut dalam dunia psikologi disebut dengan Teori Altruisme dalam Psikologi Sosial, berikut penjelasan selengkapnya.

Pengertian

Teori Altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan org lain. Jadi, ada tiga komponen dlm Teori Altruisme, yaitu loving others, helping them doing their time of need, dan making sure that they ar appreciated. (Baca juga mengenai teori rekapitulasi )

Menurut Baston (2002) dalam (Carr, 2004), Teori Altruisme adalah respon
yang menimbulkan positive feeling, seperti empati. Individu yang altruis memiliki motivasi kebaikan, keinginan untuk selalu menolong orang lain. Motivasi kebaikan tersebut muncul karena ada alasan internal di dalam dirinya yang menimbulkan positive feeling sehingga dapat memunculkan tindakan untuk menolong orang lain. (Baca juga mengenai teori imitasi )

Konsep

Tiga konsep yang dapat menjelaskan tentang motivasi individu melakukan tingkah laku Teori Altruisme adalah sebagai berikut :

  • Social  exchange

Pada konsep ini, tindakan menolong dapat dijelaskan dengan adanya pertukaran sosial timbal balik (imbalan reward). Teori Altruisme menjelaskan bahwa imbalan reward yang memotivasi adalah inner reward (distress). Contohnya adalah kepuasan untuk menolong atau keadaan yang menyulitkan (rasa bersalah) untuk menolong. (Baca juga mengenai teori john dewey )

  • Social Norms

Alasan menolong orang lain salah satunya karena didasari oleh ”sesuatu” yang mengatakan pada kita untuk ”harus” menolong.”sesuatu” tersebut adalah norma sosial. Pada Teori Altruisme, norma sosial tersebut dapat dijelaskan dengan adanya social esponsibility.

Adanya tanggung jawab sosial, dapat menyebabkan individu melakukan tindakan menolong karena dibutuhkan dan tanpa menharapkan imbalan di masa yang akan datang. (Baca juga mengenai teori kurt lewin )

  • Evolutionary Psychology

Pada konsep ini, dijelaskan bahwa pokok dari kehidupan adalah mempertahankan keturunan. Tingkah laku Teori Altruisme dapat muncul (dengan mudah) apabila ”orang lain” yang akan disejahterakan merupakan orang yang sama (satu karakteristik). Contohnya: individu menolong orang yang sama persis dengan dirinya  keluarga, tetangga, dan sebagainya. (Baca juga mengenai teori frustasi )

  • Emphaty

Teori Altruisme akan terjadi dengan adanya empati dalam diri individu.
Individu yang paling altruis merasa diri mereka bertanggung jawab,
bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri,
dan termotivasi membuat kesan yang baik.

  • Belief on a just world

Karakteristik dari tingkah laku Teori Altruisme adalah percaya pada “a just world”, maksudnya adalah orang yang altruis percaya bahwa dunia adalah tempat yang baik dan dapat diramalkan bahwa yang baik selalu mendapatkan ”hadiah” dan yang buruk mendapatkan ”hukuman”. Dengan kepercayaan tersebut, individu dapat dengan mudah menunjukkan tingkah laku menolong (yang dapat dikategorikan sebagai”yang baik”).

  • Social responsibility

Setiap orang bertanggungjawab terhadap apapun yang dilakukan oleh orang lain, sehingga ketika ada individu yang membutuhkan pertolongan, orang tersebut harus menolongnya.

  • Internal LOC

Karakteristik selanjutnya dari orang yang altruis adalah mengontrol dirinya secara internal. Berbagai hal yang dilakukannya dimotivasi oleh kontrol internal (misalnya kepuasan diri).

  • Low egocentricm

Seorang yang altruis memiliki keegoisan yang rendah. Dia mementingkan kepentingan lain terlebih dahulu dibandingkan kepentingan dirinya.

Penerapan

Perilaku teori altruisme berasal dari tiga perspektif dasar yaitu:

  • Dasar historis, yaitu pandangan para sosiobiolog bahwa predisposisi untuk menolong merupakan bagian dari warisan genetik.
  • Tindakan menolong dipengaruhi oleh prinsip dasar penguatan dan peniruan.
  • Pengambilan keputusan, memfokuskan din pada proses yang mem pengaruhi penilaian kita tentang kapan dibutuhkan pertolongan. Pandangan ini juga menekankan pertimbangan untung rugi keputusan untuk memberikan pertolongan.

Terdapat tiga norma yang paling penting dalam penerapannya:

  • Norma tanggung jawab social

Menentukan bahwa seharusnya kita membantu orang lain yang bergantung pada kita. Orangtua diharapkan memelihara anak anaknya dan lembaga lembaga yang lain bisa ikut bertanggung jawab apabila orangtua gagal memenuhi kewajibannya. Gum hams membantu murid muridnya, pelatih hams menguruh timnya, dan teman sekerja harus saling membantu.

Aturan agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban untuk menolong orang lain. Kadang kadang kewajiban ini ditulis dalam bentuk aturan hukum tertulis. Hukum merupakan salah satu cara untuk menekankan pada orang bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk menolong.

  • Norma timbal balik

Menyatakan bahwa kita hams menolong orang yang menolong kita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang lebih cendemng membantu individu yang pemah membantu mereka. Tampaknya norma timbal balik sangat kuat dan terjadi di sebagian besar kebudayaan. Kekuatan ras kewajiban dipengaruhi faktor faktor yang ada dalm suatu situasi.

Misalnya Greenberg dan Frish (1972) menyimpulkan bahwa bantuan yang lebih besar lebih sering dibalas daripada bantuan yang lebih kecil. Pandangan orang tentang motif penolong juga berpengaruh.

Upaya membalas pertolongan orang lain lebih mungkin terjadi bila bantuan awal dipersepsi sebagai sesuatu yang diberikan secara sengaja dan sukarela. Subjek yang dibantu oleh individu cendemng membalas orang tersebut, tetapi cendemng tidak menawarkan bantuan kepada orang yang lainnya.

  • Norma keadilan sosial

Yaitu aturan tentang keadilan dan pembagian cumber daya secara adil. Salah satu prinsip keadilan adalah kesamaan, dua orang yang memberikan andil yang sama dalam suatu tugas hams menerima ganjaran yang sama.

Bila salah seorang menerima lebih dari orang lain, is akan mengalami tekanan untuk mencoba memulihkan keadilan dengan mengulangi pembagian ganjaran tersebut. Orang yang mendapat bagian kurang dari apa yang seharusnya diterima, jelas merasa dirugikan.

Fakta yang lebih menarik adalah bahwa orang yang mendapat bagian lebih dari apa yang seharusnya diterima akan memberikan sebagian dari miliknya untuk orang yang mendapatkan terlalu sedikit. Sementara orang ketiga, yang menyaksikan situasi tidak adil itu, mungkin tertarik untuk menolong orang yang dirugikan.

Tindakan “membantu orang yang kurang beruntung” dalam kehidupan sehari hari, seperti memberi sumbangan amal, tampaknya dimotivasi oleh keinginan untuk menciptakan situasi yang lebih adil.

Saran

Langkah pertama yang penting dalam setiap tindakan sebaiknya adalah memperhatikan bahwa sesuatu sedang berlangsung dan memutuskan apakah pertolongan dibutuhkan. Perhatikan hal berikut jika ingin melakukan teori altruisme yakni dalam suatu kejadian jika merupakan keadaan darurat:

  • Sesuatu terjadi secara tiba tiba dan tidak terduga.
  • Ada ancaman bahaya yang jelas terhadap korban.
  • Tindakan yang membahayakan korban cenderung meningkat bila tidak ada campur tangan individu.
  • Korban tidak berdaya dan membutuhkan bantuan orang lain.
  • Ada beberapa kemungkinan cara campur tangan yang efektif. 

Demikian yang dapat disampaikan penulis, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like