Home » Ilmu Psikologi » 8 Psikolog Terbaik di Indonesia Beserta Biografinya

8 Psikolog Terbaik di Indonesia Beserta Biografinya

by Gendis Hanum Gumintang

Psikologi merupakan ilmu seputar tingkah laku dan proses mental manusia. Di Indonesia sendiri, psikologi belum terlalu lama menjadi salah satu bidang ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi. Meskipun demikian, saat ini psikologi menjadi ilmu yang banyak diperbincangkan dan banyak calon mahasiswa yang berminat untuk melanjutkan studinya di jurusan psikologi.

Hal ini tidak lepas dari peran tokoh-tokoh psikologi di Indonesia yang terus mengembangkan dan menyebarkan ilmu psikologi di berbagai daerah. Berikut adalah 8 tokoh psikologi terbaik di Indonesia, yakni sebagai berikut:

1. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso

Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso

Lahir : Wonosobo, 7 September 1907

Wafat : Jakarta, 9 November 2004

Beliau merupakan Bapak Psikologi Indonesia atas kontribusi besarnya dalam mengembangkan ilmu psikologi di Indonesia hingga akhirnya saat ini sangat meluas dan dapat dipelajari oleh banyak orang.

Prof. Slamet  merupakan pelopor berdirinya Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sekaligus sekaligus menjabat sebagai dekan pertama di fakultas tersebut yang menjadi fakultas psikologi pertama di Indonesia pada 1 Juli 1960. Kemudian, pada tahun 1973, beliau diangkat menjadi Pejabat Rektor Universitas Indonesia sampai tahun 1974.

Selain perannya dalam bidang psikologi, beliau juga memiliki peran dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dengan sempat menjadi Ketua Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN) yang membentuk sistem penerimaan calon mahasiswa yang lebih tertata, yakni Skalu.

2. Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat

Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat

Lahir : Bukittinggi. 9 November 1929

Wafat : Jakarta, 15 Januari 2013

Wanita berasal dari Sumatera Barat ini merupakan pakar psikologi Islam di Indonesia serta menjadi pelopor hadirnya pendidikan agama di sekolah umum. Ia memang menghabiskan waktu selama 30 tahun sejak 1964 hingga 1994 untuk berkarier di Departemen Agama Republik Indonesia.

Dalam bidang pendidikan, ia menerapkan ilmunya mengenai psikologi untuk memberi pembinaan pada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan Islam dalam kesehatan mental. Konsepnya adalah, di dalam pendidikan Islam terdapat dimensi manusia, pendidikan Islam menjangkau kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan Islam memperhatikan perilaku manusia, dan pendidikan Islam terus ada seumur hidup.

Selain pendidikan, ia juga sempat terjun ke dunia politik dengan menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1983 sampai 1988, kemudian menjadi anggota MPR-RI pada tahun, 1992 sampai 1997, dan menjadi salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia di bidang urusan keluarga dan anak.

3. Prof. Dr. Fuad Hassan

Prof. Dr. Fuad Hassan

Lahir : Semarang, 26 Juni 1929

Wafat : Jakarta, 7 Desember 2007

Prof. Fuad dikenal sebagai salah satu tokoh pendidikan di Indonesia. Ia memiliki spesialisasi di bidang psikologi klinis, psikodiagnostik, pendekatan fenomenologi dalam psikologi klinis, serta kesehatan mental.

Beliau merupakan menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada tahun 1958. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Toronto dengan studi mengenai filsafat pada tahun 1963. 

Beberapa gelar yang didapatkan beliau di antaranya, Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Doctor Honoris Causa dari Kyungnam University atas keahliannya di bidang ilmu politik, serta Doctor Honoris Causa dari Universiti Kebangsaan atas keahliannya di bidang filsafat.

Di bidang politik, Prof. Fuad pada tahun 1968-1970 ia sempat menjadi anggota DPR/MPR, Duta Besar RI untuk empat negara (Mesir, Sudan, Somalia, dan Jibuti) di tahun 1976-1980, dan terakhir dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 30 Juli 1985.

4. Dra. Niniek L Karim

Dra. Niniek L Karim

Lahir : Mataram, 14 Januari 1949

Usia : 72 tahun

Beliau lebih sering dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai seorang aktris yang menjadi pemeran di berbagai film, FTV, serta seri web. Beberapa di antaranya, yaitu Ketika Cinta Bertasbih, Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar, Sweet 20, Susah Sinyal, Dancing in the Rain, Persahabatan Bagai Kepompong, dan yang terbaru adalah Ghostbuser: Misteri Desa Penari.

Berkat kemampuannya di bidang peran tersebut, beliau mendapatkan berbagai nominasi dan penghargaan, seperti dalam Festival Film Indonesia, Indonesian Movie Actors Awards, Festival Film Bandung, serta Piala Maya.

Namun, di balik kesuksesannya di bidang perfilman, beliau adalah seorang lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan sempat menjadi dosen pengajar di sana yang kemudian pensiun pada tahun 2017.

5. Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa

Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa

Lahir : Banyumas, 21 Agustus 1934

Wafat : Jakarta, 6 Januari 2015

Awalnya, beliau menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Indonesia. Namun kemudian berpindah ke fakultas psikologi karena sejak kecil sudah sering memperhatikan perilaku manusia. Setelah itu, ia mendapat beasiswa di Tavistock Clinic, London untuk mempelajari sistem analisis dan evaluasi kepribadian anak.

Namanya tidak hanya dikenal sebagai tokoh psikologi saja, tetapi juga dalam dunia olahraga yang sangat ia cintai. Beliau mempelopori lahirnya diakuinya psikologi olahraga oleh HIMPSI. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam berbagai perkumpulan olahraga. Bahkan ia ikut berkontribusi dalam keberhasilan bulu tangkis Indonesia pada tahun 1970 hingga tahun 1980-an. 

Beliau sempat menjabat sebagai psikolog di tim Thomas Cup, Uber Cup, dan Piala Sudirman. Selain itu, ia juga menjadi anggota Dewan Kehormatan ISPII, Psikolog PB-PBSI, Konsultan Menpora, Konsultan KONI Pusat, anggota Dewan Pembina POR Djarum Kudus.

6. Prof. Darmanto Jatman

Prof. Darmanto Jatman

Lahir : Jakarta, 16 Agustus 1942

Wafat : Semarang, 13 Januari 2018

Beliau menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sampai tahun 1968. Kemudian, melanjutkan studinya ke Universitas Hawaii mengenai Basic Humanities pada tahun 1972 hingga 1973. Lalu, ia juga mempelajari Development Planning di University College London tahun 1977-1978. Tidak sampai di situ, ia selanjutnya pada tahun 1985 mendapat gelar Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Prof. Darmanto sempat menjadi dosen FISIP dan Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro. Pada tahun 1984, beliau mendirikan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata dan juga mendirikan Program Studi Psikologi yang saat itu masih menjadi bagian dari FISIP Universitas Diponegoro pada 1996.

Ia dikenal sebagai seorang intelektual yang terus mengembangkan pendidikan serta melaksanakan berbagai penelitian di banyak bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dikenal sebagai budayawan berkat karya-karyanya dalam puisi, artikel, esia, naskah lakon, serta cerita pendek seputar isu sosial budaya dan psikologi.

7. Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen

Prof. Dr. Sawitri

Lahir : Jakarta, 24 Maret 1943

Usia : 78 tahun

Ia menempuh pendidikan Psikologi di Universitas Padjajaran dan lulus pada tahun 1961. Fokus studinya adalah mengenai psikologi klinis sebab menurutnya bidang ini secara langsung berhubungan dengan manusia lebih dari bidang psikologi lainnya.

Dalam praktiknya, Prof. Sawitri lebih banyak menggeluti psikologi kesehatan. Utamanya, ia ingin membantu orang-orang yang sedang dalam proses penyembuhan untuk dapat mengatasi masalah emosional yang mungkin muncul dengan memberi motivasi atau pendampingan.

Sebagai Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, beliau aktif mengajar 

Beliau merupakan praktisi psikologi khususnya dalam bidang konseling perkawinan. 

Selain itu, beliau juga menjadi penulis rubrik konsultasi psikologi di Harian Kompas. Beberapa buku hasil karyanya, yaitu Jiwa yang Rentan, Pendampingku Tak Seperti Dulu Lagi, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, dan Konflik Marital.

8. Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si.

Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si.

Lahir : Klaten, 28 Agustus 1951

Usia : 69 tahun

Banyak masyarakat Indonesia tentu sudah mengenal tokoh yang biasa dipanggil dengan Kak Seto ini. Ia sering muncul di televisi sebagai pembawa acara televisi Aneka Ria Taman Kanak-Kanak bersama Henny Purwonegoro.

Pada mulanya, Kak Seto tidak lolos seleksi mahasiswa kedokteran di Universitas Airlangga. Kemudian ia merantau ke Jakarta untuk berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1981. Beliau juga melanjutkan studi S2 dan S3-nya di fakultas dan universitas yang sama.

Kak Seto yang sempat menjabat sebagai ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia ini mendirikan sekolah alternatif yang dinamakan Homeschooling Kak Seto (HSKS). Melalui HSKS, beliau ingin memberikan pendidikan bagi anak dengan keterampilan serta karakteristik yang berkualitas.

You may also like