Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 13 Hubungan Antar Kelompok dalam Psikologi Sosial

13 Hubungan Antar Kelompok dalam Psikologi Sosial

by Hana Masita

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam kegiatan berinteraksi ini, manusia akan bertemu dengan banyak jenis karakter yang selanjutnya akan bisa membentuk kelompok-kelompok yang dirasa cocok satu sama lain.

Hal ini memang merupakan proses yang sangat wajar dalam sosialisasi seorang manusia, bahkan bisa memberi pengaruh penting bagi seorang individu. Oleh karena itu, hubungan antar kelompok dalam psikologi sosial ini memiliki pembahasan tersendiri yang akan kita pahami di artikel kali ini.

Menurut Jacobson (2003) dalam teori identitas sosial, individu akan mempersepsikan dan menggolongkan dirinya sendiri berdasarkan identitas personal dan sosial mereka. Lebih jauh lagi, dalam teori identitas sosial pada individu ini akan bergabung dengan kelompok dan ketika ini terjadi, kelompok ini dianggap memiliki status superior dibanding kelompok lainnya sehingga individu ini akan bisa meningkatkan self-image mereka sendiri.

Baca juga:

Dalam perilaku kelompok terjadi dua proses yang penting, yaitu proses kognitif dan proses motivasional (Turner dkk, 1987). Proses kognitif merupakan proses dimana individu cenderung mengkategorisasikan stimulus yang didapatnya, apakah stimulus tersebut termasuk dalam kelompoknya atau tidak.

Sementara itu, proses motivasional cenderung memberi motivasi pada individu dalam kelompok untuk memiliki harga diri yang positif dari bergabungnya dirinya dalam kelompok tertentu. Perilaku di atas tentu akan mempengaruhi hubungan antar kelompok dalam psikologi sosial yang akan kita bahas sebagai berikut:

  1. Hubungan Kerja Sama

Secara garis besar, ada dua hubungan antar kelompok dalam psikologi sosial, yaitu asosiatif dan disosiatif. Dalam asosiatif terdapat hubungan kerja sama, yaitu sebuah usaha bersama antar kelompok manusia untuk bisa mencapai tujuan yang sama.

Kerja sama ini bisa terjadi jika para individu di dalam kelompok memiliki kesadaran bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mereka memiliki pengetahuan yang cukup serta bisa mengendalikan diri mereka sendiri untuk bisa mencapai tujuan bersama. (Baca juga: Penerapan Psikologi Dalam Dinamika Kelompok)

  1. Akomodasi

Hubungan yang bersifat asosiatif selanjutnya adalah hubungan akomodasi dimana dalam hubungan ini terjadi keseimbangan dalam interaksi yang terjadi antar kelompok dalam hal norma dan nilai sosial yang berlaku. Artinya, kelompok yang berinteraksi di sini bisa saling menyesuaikan diri sehingga bisa tercipta keseimbangan dan keselarasan.

  1. Asimilasi

Asimilasi adalah hubungan antar kelompok yang bersifat asosiatif, dimana terjadi usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara kelompok tersebut. Dalam hubungan ini juga terjadi usaha untuk memperkuat kesatuan tindakan, sikap, hingga proses-proses mental demi menjaga kepentingan dan tujuan mereka bersama.

  1. Akulturasi

Selanjutnya adalah akulturasi yaitu proses sosial menyatukan kelompok manusia yang memiliki kebudayaan tertentu dengan kelompok lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda.

Kebudayaan yang berbeda ini lama kelamaan akan diterima dan melebur atau diolah agar sesuai dengan kebudayaannya sendiri. Peleburan atau penyesuaian ini tidak akan menghilangkan unsur masing-masing kebudayaan. (Baca juga: 13 Pengaruh Kelompok Dalam Psikologi Sosial)

  1. Persaingan

Di poin ini adalah hubungan antar kelompok yang bersifat disosiatif. Dalam persaingan, proses sosial yang terjadi adalah para individu atau kelompok di dalam lingkungan tersebut saling bersaing untuk bisa mendapat keuntungan atau tujuan yang sama.

  1. Kontravensi

Kontravensi adalah hubungan antar kelompok yang berada di tengah antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi adalah sikap mental yang tidak terlihat atau tersembunyi. Misalnya, perasaan tidak suka, benci atau curiga suatu kelompok terhadap kelompok lain. (Baca juga: Peran Psikologi Dalam Mengatasi Konflik)

  1. Pertentangan

Hubungan yang satu ini mungkin merupakan hubungan yang paling tidak sehat. Dalam pertentangan, hubungan disosiatif tidak hanya terjadi secara mental, melainkan sudah secara langsung ‘menyerang’ kelompok lain.

Dalam pertentangan, terjadi proses sosial dimana kelompok tertentu berusaha mencapai tujuannya dengan menantang kelompok lawannya melalui ancaman maupun kekerasan.

  1. Prasangka

Terdapat teori yang bernama konflik realistik. Dalam teori ini disebutkan bahwa prasangka bisa timbul akibat adanya kompetisi atau persaingan antar kelompok sosial yang berbeda untuk bisa meraih kesempatan atau sumber daya yang terbatas (Baron & Byrne, 1991).

Prasangka ini muncul dan berkembang sebagai hasil dari perjuangan kelompok dalam mendapatkan tujuan atau sumber daya yang diinginkan.

Baca juga:

Prasangka berbanding terbalik dengan peluang. Jika peluang besar, misalnya sumber daya yang diinginkan berjumlah banyak, maka prasangka antar kelompok akan rendah.

Namun, sebaliknya, jika sumber daya yang diinginkan sangat terbatas, maka prasangka yang terbentuk antar kelompok akan tinggi.

  1. Perbandingan sosial

Suatu kelompok pasti melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Apakah dirinya (kelompok tersebut) merupakan kelompok yang terbaik atau perlu dilakukan suatu aktivitas untuk meningkatkan kualitas kelompok dan lain sebagainya. Penilaian ini tidak mungkin dilakukan tanpa pembanding.

Maka, biasanya sebuah kelompok akan melakukan perbandingan dengan kelompok lain dengan menggunakan kelompoknya sendiri sebagai acuan utama. (Baca juga: Teori Psikologi Sosial)

  1. Saling menilai harga diri kelompok

Perbandingan sosial yang dilakukan di poin sebelumnya memiliki tujuan, salah satunya untuk membentuk harga diri kelompok yang baik.

Dalam hal ini kelompok tersebut akan membesar-besarkan kualitas kelompoknya sendiri sementara kelompok lainnya dianggap sebagai kelompok yang inferior.

Hal ini disebut sebagai ingroup bias, yang memang secara alamiah dapat terjadi dalam hubungan antar kelompok. dalam ingroup bias ini terjadi kecenderungan untuk menilai kelompok lain memiliki sifat yang negatif dan tidak lebih baik daripada kelompoknya sendiri.

  1. Dominasi

Terkadang sebuah kelompok memiliki ambisi atau keinginan untuk menguasai kelompok lain. Hal ini disebut dominasi. Dalam hubungan dominasi, maka satu kelompok akan berusaha menguasai kelompok lainnya agar mengikuti tujuannya.

Menurut Kornblum, terdapat beberapa proses yang mungkin terjadi dalam usaha dominasi kelompok, misalnya pengusiran kelompok lain, hingga mengambil alih kelompok lain dan menghilangkan unsur kebudayaan dalam kelompok tersebut.

  1. Paternalisme

Paternalism hampir sama dengan poin sebelumnya, yaitu masih berkaitan dengan dominasi kelompok. namun, di poin ini yang terjadi adalah dominasi dilakukan oleh kelompok yang baru atas kelompok yang lebih lama. Misalnya, dalam perkotaan kelompok pendatang lebih mendominasi dibandingkan kelompok pribumi.

Contoh lainnya adalah ketika terjadi penjajahan, kelompok pribumi yang lebih besar dikuasai oleh kelompok penjajah yang lebih kecil.

  1. Pluralisme

Berbeda dengan dua poin sebelumnya, dalam pluralisme dikenal sebagai hubungan antar kelompok yang memahami bahwa ada perbedaan serta menerima perbedaan tersebut.

Masing-masing kelompok saling menghormati perbedaan yang ada serta tidak berusaha mendominasi ataupun mempengaruhi kebudayaan kelompok lainnya.

Baca juga:

Hubungan antar kelompok dalam psikolgi sosial di atas menjelaskan bahwa dalam hubungan antar kelompok sangat mungkin terjadi hubungan yang negatif maupun positif. Untuk itu, hendaknya kita mampu menjalankan tugas kita sebagai makhluk sosial dengan positif.

You may also like