Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 10 Contoh Prasangka dalam Psikologi Sosial

10 Contoh Prasangka dalam Psikologi Sosial

by Barzam

Dalam pembahasan kali ini, kita akan memaparkan mengenai contoh prasangka dalam psikologi sosial yang mungkin saja tanpa kita sadari kita alami dengan begitu saja. Prasangka bisa diartikan sebagai sikap negatif terhadap sesuatu tanpa alasan yang jelas atau mendasari terhadap sikap tersebut. Dalam psikologi sosial, prasangka memiliki kecenderungan untuk memberikan akibat-akibat tertentu yang sifatnya negatif. Oleh karenanya, penting bagi kita supaya menghindari untuk berprasangka. Menjaga sikap dengan baik diharapkan bisa membuat pikiran kita bisa lebih sehat dan terhindari dari perasaan-perasaan lain yang membelenggu.

Prasangka di dalam psikologi sosial bahkan bisa membuat hubungan interpersonal seseorang menjadi lebih terganggu. Melalui prasangka pula, seseorang bisa cenderung terus saja berpikir negatif tetapi tidak ada alasan yang jelas dalam mendasari hal tersebut. Berikut adalah beberapa contoh dari prasangka yang disesuaikan dengan teori-teori mengenai psikologi prasangka. Kita bisa mempelajari lebih lanjut tentang teori prasangka ini, setidaknya contoh-contoh ini bisa menjadi pengantar yang bagus sebelum kita mempelajari teori prasangka:

  1. Konflik Realistis

Adanya konflik antar kelompok bisa memicu timbulnya suatu prasangka-prasangka tertentu. Sebagai contoh konflik antara dua kelompok penggemar klub olahraga tertentu. Bisa saja muncul prasangka yang jelek antar kelompok meskipun sebenarnya tidak ada masalah apa-apa yang terjadi di dalam kelompok tersebut. (Baca juga: Cara menyelesaikan masalah menurut psikologi)

  1. Kategorisasi

Kategorisasi sosial sebenarnya merupakan hal yang harus dihindari agar tidak muncul prasangka. Sebagai contoh, ada perbedaan anggapan dari garis keturunan tertentu yang menyebabkan seseorang memiliki prasangka tertentu dari keturunan seseorang yang dianggap lebih terhormat atau terpandang.

  1. Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial seperti misalnya membandingkan status sosial, status ekonomi, kecantikan dan karakter juga bisa memicu timbulnya prasangka. Sebagai contoh, orang yang lebih kaya tetapi jarang bergabung dalam kegiatan sosial mungkin akan dinilai sebagai orang yang kikir dan sombong. Prasangka ini jelas saja bisa menimbulkan situasi yang lebih negatif lagi.

  1. Deprivasi Relatif

Selanjutnya, contoh prasangka dalam psikologi sosial bisa dikenal dari teori deprivasi relatif. Bahasa mudah untuk menggambarkan teori ini yaitu manakala keadaan psikologis seseorang yang merasa tidak puas saat ia atau kelompok tertentu dibandingkan. Sebagai contoh, seseorang yang kurang percaya diri merasa benci saat dibandingkan dengan orang yang mungkin lebih rupawan. Ia kemudian akan berprasangka bahwa ia tidak disukai oleh banyak orang. (Baca juga: Teori penyesuaian diri)

  1. Frustasi Agresi

Saat tujuan seseorang dihalangi dan ia gagal mencapai tujuannya, akan terjadi frustasi yang kemudian berujung pada tindakan berprasangka. Ia akan merasa bahwa orang lain tidak ada yang mendukungnya sehingga sia-sia saja ia berjuang untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.

  1. Belajar Sosial

Dalam teori belajar sosial, prasangka didapatkan karena pengalaman belajar yang dia dapatkan. Sebagai contoh, ketika ada asumsi tertentu terhadap pengemis yang tidak perlu dikasihani, maka ia bisa saja menaruh prasangka bahwa semua pengemis pada dasarnya adalah pemalas sehingga tidak perlu dibantu. (Baca juga: Perkembangan psikologi sosial)

  1. Identitas Sosial

Seseorang akan membanggakan diri sendiri berdasarkan identitas sosial yang ia atau kelompok miliki. Sebagai contoh, ketika suatu kelompok desa A lebih maju dibandingkan desa B, maka kelompok desa A akan cenderung merasa lebih berkuasa dibandingkan desa B. (Baca juga: Teori identitas sosial)

  1. Konflik antar Kelompok

Hampir sama seperti konflik realistis, pada dasarnya ketika suatu kelompok mengalami konflik akan muncul banyak sekali prasangka jelek yang sudah ditetapkan terlebih dahulu pada setiap anggota kelompok yang ada di dalamnya. (Baca juga: Psikologi diagnostik)

  1. Stereotyping

Stereotyping adalah contoh dari prasangka yang juga tidak beralasan. Seseorang melakukan penilaian tertentu berdasarkan stereotype tanpa melihat kepribadian orang tersebut terlebih dahulu. Ini tentunya juga bisa membawa ke arah negatif yang jelas patut untuk dihindari supaya tidak berkembang menjadi sebuah konflik.

  1. Pengalaman Awal

Pengalaman awal hampir mirip juga dengan prasangka yang dijelaskan pada teori belajar sosial. Sebagai contoh yaitu ketika anak A selalu mendapatkan paparan mengenai komentar jelek terhadap suatu suku, ia bisa saja kemudian sama-sama memiliki prasangka jelek nantinya terhadap suku tersebut.

Itulah berbagai macam contoh dari prasangka. Selain dari faktor eksternal, sebenarnya prasangka ini juga bisa muncul akibat dari pengaruh media massa. Media massa bisa saja menggiring opini tertentu yang kemudian memicu untuk terjadinya suatu prasangka. Oleh karenanya, kita harus bisa bersikap bijak sehingga sikap netral kita bisa dipertahankan. Harapannya adalah, prasangka tidak kemudian melingkupi kesehatan psikologis kita sehingga kita bisa tetap berpikir jernih. Kita juga bisa mencoba untuk selalu melihat masalah dengan persepsi yang lebih luas lagi agar kita tidak mudah untuk berprasangka. Ada banyak sekali teori prasangka dalam psikologi yang bisa kita pelajari. Setidaknya melalui contoh prasangka dalam psikologi sosial tersebut kita sudah bisa mendapatkan gambaran umum dari konsep prasangka.

You may also like