Setiap orang pasti memiliki suatu prasangka terhadap orang lain. Pada dasarnya prasangka merupakan sebuah sikap negatif terhadap orang lain atau anggota kelompok tertentu. Prasangka dapat diartikan sebagai keputusan yang diambil sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Menurut John E. Farley, beliau mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori:
- Prasangka kognitif yaitu prasangka yang bertumpu pada apa yang dianggap benar
- Prasangka afektif yaitu prasangka yang menitik beratkan pada apa yang disukai dan apa yang tidak disukai
- Prasangka konatif yaitu prasangka yang merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak
Pada artikel ini akan dibahas mengenai 8 contoh prasangka dalam psikologi sosial. Sebelum membahas contoh prasangka dalam psikologi sosial, sebaiknya Anda terlebih dahulu memahami penyebab atau pendorong munculnya rasa prasangka. Berikut ini penyebabnya, antara lain:
- Sebagai upaya meningkatkan harga diri
Pada umumnya seseorang mempunyai prasangka kepada rekannya sebagai upaya untuk melindungi atau meningkatkan konsep dirinya. Apabila seseorang memandang rendah (berprasangka buruk) suatu kelompok atau individu maka membuat seseorang tersebut yakin akan harga dirinya.
- Sebagai upaya mengurangi usaha kognitif
Apabila individu sudah terbentuk pemikiran prasangka bahwa kelompok atau orang tersebut tidak lebih baik dari individu tersebut maka tidak perlu melakukan proses berfikir yang hati – hati dan sistematis.
Artikel terkait:
Berikut ini 8 contoh prasangka dalam psikologi sosial, antara lain
1. Konflik langsung antar kelompok
Pada dasarnya prasangka terjadi akibat kompetisi antar kelompok atau kompetisi antar anggota internal kelompok bahkan terjadi persaiangan antar anggota kelompok satu ke kelompok lainnya. Dengan berjalannya waktu tanpa penyelesaian yang tepat maka prasangka ini akan berkembang menjadi rasa kebencian dan emosi.
Contoh konflik : perselisian antara imigran dengan masyarakat setempat seperti konflik antara imigran rohingy dengan warga aceh. Hal ini terjadi masyarakat setempat memiliki prasangka terhadap imigran bahwa mereka lebih mampu dapat survive tanpa harus menetap di wilayahnya. Oleh sebab itu membuat warga setempat timbul rasa kebencian terhadap para imigran.
2. Pengalaman awal
Kondisi prasangka dapat muncul dan berkembang dengan cara atau mekanisme dasar yang sama yaitu melalu pengalaman awal berupa observasi atau pengamatan.
Contoh: Seorang anak kecil melihat orang tuanya memanggil rekannya yang tergolong etnis tionghoa dengan melontarkan kata – kata rasisme seperti sebutan “ sipit”, maka anak kecil tersebut menyakini pandangan negatif orang tuanya terhadap etnis tionghoa tersebut.
3. Kategori sosial
Kecenderungan untuk membuat kategori social dengan membedakan antara ingroup ( group kita ) dengan outgroup (group mereka). Kecenderungan membuat kategori ini dengan memberikan nilai yang baik untuk ingroup dan prasangka buruk untuk outgroup maka merendahkan kelompok lain. Contoh prasangka dalam psikologi sosial yang berupa kategori sosial ini akan mempersepsikan kelompok dirinya lebih superior dari pada kelompok lainnya yang menjadi pesaingnnya.
4. Stereotip
Pandangan ini memperlihatkan menilai seseorang bukan dari kepribadian orang tersebut tetapi hanya berdasarkan stereotype. Reaksi ini akan membuat kesimpulan implisit yang dapat mengubah arti informasi tersebut. Ketika stereotip mulai terbentuk maka ini akan membangun persepsi negatif terhadap orang lain.
5. Status sosial
Apabila seseorang membagakan diri dengan status sosialnya maka ada potensi untuk menganggap remeh orang lain atau kelompok lain. Sebagai contoh : orang yang merasa dirinya kaya akan jarang bergabung dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti lingkungan RT. Hal ini akan berdampak buruk bagi orang tersebut karena dinilai orang tersebut kikir dan sombong. (Baca juga: Teori identitas sosial)
6. Deprivasi relatif
Kondisi ini merupakan ketidakpuasan individu atau kelompok bila dibandingkan dengan individu atau kelompok lainnya. Contohnya, ada individu yang rasa percaya dirinya kurang, dia akan marah atau tidak suka bidal dibandingkan dengan orang yang lebih rupawan.
Hal tersebut akan membawa pengaruh negatif bagi individu tersebut berupa rasa prasangka dari individu tersebut bahwa dia tidak disukai banyak orang.
7. Frustasi agresi
Kondisi ini tercipta atas terjadinya kegagalan mencapai cita – cita atau tujuan. Frustasi agresi ini menimbulkan prasangka berupa penilaian orang tersebut kepada orang lain yang tidak mendukung dirinya.
8. Belajar sosial
Suatu prasangka muncul karena ada aktifitas sosial yang terulang kembali. Oleh sebab itu sesorang belajar dari pengalaman aktifitas sosial tersebut. Contohnya ; ada orang pengemis, maka orang tersebut berprasangka bahwa semua pengemis malas dan tidak perlu dikasihani.
Artikel lainnya:
Demikian penjelasan singkat namun mendalam tenatan 8 tipe prasangka dalam psikologi sosial. Bagi Anda yang selalu berburuk sangka pada orang lain, mulailah berfikir positif terhadap orang lain. Apapun kondisinya berfikir positif membantu Anda memiliki kehidupan yang positif alias untung.