Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Interpersonal » 10 Cara Menghadapi Teman yang Toxic dengan Tepat

10 Cara Menghadapi Teman yang Toxic dengan Tepat

by Gendis Hanum Gumintang

Dalam dunia pertemanan, pastinya terdapat banyak sekali jenis teman yang dapat ditemui. Misalnya, teman yang supportive, penyayang, sensitif, ringan tangan, pendiam, banyak bicara, suka bercanda, suka marah-marah, dan masih banyak lagi. Saat ini, istilah teman yang toxic sering dibicarakan. 

Dilansir dari situs halodoc.com, toxic friendship karena adanya teman yang toxic diartikan sebagai bentuk hubungan pertemanan yang tidak sehat karena cenderung mengganggu kebahagiaan dan bahkan mengganggu kesehatan mental. Berikut adalah 10 cara untuk menghadapi teman yang toxic.

1. Kenali dulu sifat toxic-nya

Hal yang terpenting dalam menghadapi teman yang toxic adalah memahami kondisi-kondisi ketika ia menjadi toxic. Contoh dari perilaku toxic, seperti tidak bertanggung jawab, tidak mengakui kesalahan, manipulatif, terlalu menghakimi orang lain, playing victim, suka memotong pembicaraan orang lain, dan masih banyak lagi.

Ketika perilaku-perilaku tersebut muncul dan kita sudah tahu apakah itu toxic atau tidak, kita dapat menentukan langkah selanjutnya. Namun, pastikan juga untuk tidak memberi cap “toxic” sembarangan kepada teman karena bisa jadi perilaku tersebut hanya muncul karena saat itu ada kondisi khusus yang dialami.

2. Buat batasan yang jelas

Dalam hal pertemanan, sedekat apa pun hubungannya, tetap ada batasan yang tidak bisa dilewati, seperti hal-hal privasi menyangkut hubungan percintaan, relasi dengan orang lain, permasalahan pribadi, dan lain-lain yang tidak nyaman untuk dibicarakan, terlebih pada orang yang tidak tepat.

Oleh karena itu buat batasan yang berguna sebagai pelindung diri sendiri ketika memiliki hubungan dengan teman toxic. Batasan yang “jelas” di sini bukan berarti tertulis atau diucapkan secara eksplisit, tetapi tetapkan di dalam diri dan lakukan cara-cara untuk mencegah keluarnya batas demi menjaga kesehatan mental sendiri.

3. Katakan tidak terhadap sesuatu yang tidak diinginkan

Hal yang sering kali menjadi masalah dalam pertemanan adalah rasa tidak enak atau sungkan. Misalnya, ketika diminta sesuatu, tetapi kita sedang tidak dapat membantu, tidak apa-apa untuk menolaknya dengan kata-kata yang baik dan tidak menyinggung. Contoh lain juga bisa teman memberikan hal yang tidak diinginkan atau mengajak ke tempat yang tidak disukai.

Hal tersebut penting ditanamkan di semua jenis pertemanan, terlebih jika sudah toxic karena tugas kita sebagai teman bukan sebagai pemuas kebutuhan pribadi mereka sehingga tidak ada kewajiban untuk selalu menurutinya. Penolakan juga bisa disertai dengan memberikan alternatif lain yang mungkin bisa membantu.

4. Tetap netral

Terkadang hal yang disampaikan atau diperbuat teman yang toxic itu ingin dibenarkan padahal sudah jelas-jelas negatif atau bertentangan dengan aturan dan norma. Apabila menemukan kondisi tersebut, bersikaplah secara netral atau tidak memihak agar teman tersebut tidak marah dan juga tidak merasa paling benar.

Berikan respons dengan pikiran yang jernih dan rasional sehingga apa yang nanti dibicarakan tidak condong pada sisi tertentu. Jangan lupa untuk menunjukkan gestur-gestur yang tetap positif, seperti memberi senyuman atau tetap memandang dan mendengarkan dengan baik.

5. Hadapi dengan sabar

Sering kali, ucapan atau perbuatan yang mereka lakukan terlalu berlebihan atau membuat tidak nyaman dan menyebabkan kita yang mendengarnya menjadi kesal dan ingin emosi. Akan tetapi, jaga pikiran agar tetap jernih dan sadar ketika menghadapinya.

Memberi respons dengan keadaan emosi yang menggebu-gebu dan dalam nada suara yang tinggi tidak lantas membuat teman menjadi sadar, justru bisa menyebabkan masalah yang lebih besar. Oleh karena itu, berilah respons yang paling aman, seperti tidak tertarik dan mengalihkannya pada hal lain.

6. Bicara langsung dengan baik

Banyak orang yang sebenarnya toxic di mata orang lain, tetapi tidak menyadari perilakunya sehingga terus berperilaku yang sama. Oleh sebab itu, mereka mungkin butuh pengingat secara langsung agar mengetahui letak kesalahannya ada di mana dan solusi apa yang dapat dilakukan.

Bicarakan dengan baik-baik, tidak di depan orang lain, dengan kalimat yang tidak menyinggung, dan lebih mengarah kepada perubahan perilaku dan pola pikir yang lebih baik. Namun, jika teman tersebut tetap denial atau tidak mengakuinya, tidak usah terlalu dipikirkan dan dipaksakan.

7. Tidak perlu membalas dengan perlakuan yang buruk

Meskipun kita tahu bahwa perbuatan atau perkataan teman yang toxic itu buruk atau merugikan, tetapi hal tersebut tidak lantas menghalalkan kita untuk melakukan hal yang sama terhadapnya. Justru ketika kita juga ikut seperti dia, artinya kita juga sama toxic-nya.

Maka dari itu, tetap berusaha untuk menunjukkan perilaku dan ucapan yang baik kepada teman toxic atau jika sudah tidak dapat seperti itu, lebih baik diam saja dan tidak usah dihiraukan lagi. Pengabaian kepada mereka mungkin dapat membuat mereka sadar dan tidak mengganggu lagi.

8. Membuat jarak

Memang benar bahwa dalam berteman usahakan tidak untuk pilih-pilih, tetapi kalau pertemanan yang terbentuk justru merugikan atau membuat tidak nyaman karena teman yang toxic, tidak apa untuk menjauh dan tidak berhubungan sementara untuk memikirkan hal yang harus dilakukan.

Apabila tidak menginginkan pertemanan tersebut untuk berlanjut pun, mengambil jarak dapat menjadi salah satu langkah agar setidaknya pertemanan menjadi lebih renggang dan tidak lagi mengganggu. Akan tetapi hal ini sebaiknya menjadi opsi terakhir saja, masih banyak cara lain yang harapannya juga dapat membuat teman tersebut sadar.

9. Jaga komunikasi dengan teman lain

Terkadang, untuk benar-benar menghindar dan bisa terlepas dari teman yang toxic itu cukup sulit, terlebih jika sudah lama berteman maupun karena sering bertemu karena satu sekolah, kampus, atau tempat kerja. Apabila demikian, pertahankan hubungan dengan teman yang dirasa tidak toxic dan dapat membantu agar setidaknya tidak selalu terjerat dalam kondisi yang tidak nyaman.

Jadwalkan pertemuan atau setidaknya menghubungi via ponsel secara rutin dengan teman yang lain. Selain itu, bisa juga menanyakan pendapat mengenai cara menghadapi teman toxic dari sudut pandangnya yang mungkin bisa diterapkan sehingga permasalahan ini bisa teratasi.

10. Jika diminta, beri masukkan

Apabila teman teman yang toxic mulai menyadari dan mengakui bahwa dirinya toxic dan meminta saran mengenai apa yang harus dilakukan, temani dan arahkan pada perilaku serta pola pikir lain yang benar, tidak perlu disalah-salahkan kembali. Hal ini karena saran yang membangun dapat mendorong motivasi untuk perbaikan diri.

Tunjukkan sumber-sumber, seperti video, podcast, infografik, dan lain sebagainya yang dapat menjadi pedoman mengenai gambaran teman yang baik atau setidaknya tidak toxic. Cara ini lebih efektif daripada sekadar membiarkannya terus-menerus menjadi toxic sehingga akar permasalahannya tidak selesai.

Kesimpulannya, teman yang toxic merupakan teman yang justru memberi dampak negatif atau mengaggu kondisi kesehatan mental. Untuk menghadapinya, terdapat beberapa cara, seperti kenali dulu sifat toxic-nya, buat batasan yang jelas, serta katakan tidak terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.

Selain itu, usahakan untuk tetap netral, hadapi dengan sabar, bicara langsung dengan baik, tidak perlu membalas dengan perlakuan yang buruk, membuat jarak, jaga komunikasi dengan teman lain, dan juga beri masukan jika teman tersebut memintanya.

Setiap orang memiliki hak untuk berteman dan tidak berteman dengan siapa saja. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk menghindari teman yang toxic jika kita memang benar-benar tidak bisa menghadapinya dengan baik lagi.

You may also like