Psikologi Sosial

Teori Interdependensi Dalam Psikologi Sosial Antar Individu

Teori interdependensi atau saling ketergantungan merupakan sebuah teori perkembangan  psikologi sosial yang fokus dalam analisis perilaku dua individu atau lebih yang sedang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dimana ketika beberapa orang sedang saling berinteraksi, maka mereka akan saling mempengaruhi baik dalam pikiran, perasaan atau perilaku masing masing sehingga bisa dikatakan saling berhubungan atau interdependen. Teori interdependensi dalam psikologi sosial bisa terjadi pada saat individu terpengaruh dengan tindakan yang dibuat dari masing masing individu tersebut. Sedangkan ketergantungan sendiri terdiri dari dua jenis yakni saling ketergantungan positif dimana tindakan individu akan meningkatkan pencapaian tujuan bersama dan juga ketergantungan negatif yakni tindakan individu yang bisa menghambat tujuan dari masing masing individu.

Dampak Interdependensi Positif

Dampak positif dari interdependensi ini baik dalam keanggotaan kelompok dan juga interaksi personal, maka beberapa penelitian yang dilakukan memberi kesimpulan sebagai berikut:

  • Interdependensi positif memiliki tujuan untuk mempromosikan prestasi yang lebih baik dan juga produktivitas lebih besar dibandingkan dengan interdependensi sumber daya.
  • Tujuan positif dan saling menghargai dalam interdependensi akan cenderung positif meski bisa menghasilkan prestasi lebih baik dan produktivitas lebih besar dibandingkan dengan upaya individualistis, kombinasi tujuan dna juga pahala saling ketergantungan akan meningkatkan prestasi lebih dibandingkan dengan saling ketergantungan pada tujuan saja atau usaha individualistik.
  • Sumber daya interdependensi dengan sendirinya bisa menurunkan prestasi dan juga produktivitas jika dibandingkan dengan upaya individualistis yang artinya ketika seseorang memerlukan sumber daya dari anggota kelompok lain namun tidak bisa saling berbagi tujuan bersama, maka penekanan akan cenderung mendapatkan sumber daya dari orang lain tanpa harus berbagi sumber daya yang dimiliki dengan orang lain dan hasilnya lebih mengarah ke gangguan produktivitas dari masing masing.
  • Kedua belah pihak akan bekerja untuk mendapatkan hasil dan bekerja untuk menghindari kehilangan hadiah dan menghasilkan prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan usaha individualistis sehingga tidak ada perbedaan terlalu besar diantara bekerja untuk mendapatkan hadiah dan juga bekerja untuk menghindari kerugian.
  • Interdependensi positif tidak lebih dari memotivasi individu agar bisa berusah lebih keras, memberikan fasilitas pengembangan wawasan baru dan penemuan serta pemakaian lebih sering dari tingkat lebih tinggi dalam strategi penalaran.
  • Dalam interdependensi, semakin kompleks sebuah prosedur yang terlibat, maka akan semakin lama untuk mencapai tingkat penuh produktivitas dan semakin kompleks prosedur kerja sama dalam tim, maka anggota juga harus menghadiri untuk sebuah tugas pekerjaan. Sesudah prosedur kerja sama tim bisa dikuasai akan tetapi anggota berkonsentrasi di pekerjaan tugas dan individu bisa mengungguli dibandingkan dengan bekerja sendiri.
  • Studi mengenai interdependensi yang melibatkan dilema sosial sudah menemukan jika saat seseorang mendefinisikan diri mereka dalam hal keanggotaan kelompok mereka, maka mereka akan lebih bersedia untuk mengambil kekurangan dari sumber daya umum dan juga berkontribusi lebih ada barang publik.
  • Interdipendensi juga akan semakin kuat dalam tujuan bersama, hasil umum, obligasi interpersonal, interaksi promotif, pengaruh perilaku dan juga komunikasi, maka akan semakin besar entiativity yang dirasakan dalam kelompok. Dimana entitativity merupakan persepsi jika kelompok merupakan kesatuan utuh dan koheren di mana setiap anggotanya akan saling terikat antara yang satu dengan yang lain.

Asal Usul Teori Interdependensi

Asal usul dari teori interdependensi dalam psikologi sosial berasal dari psikologi Gestalt dan lapangan teori Lewin. Akar histori teori interdependensi ini bisa ditelusuri ke pergeseran dalam fisika dari mekanistik dalam teori Medan. Pergeseran ini dipengaruhi oleh psikologi khususnya sekolah dari Gestalt Psikologfi di Universitas Berlin di awal tahun 1900-an yang fokus dalam studi tentang persepsi dan perilaki bagi psikologi gestalt.

Gestalt berpendapat jika manusia khususnya terkait dengan pengembangan pandangan yang terogranisir dan mengartikan jika dalam dunia mereka akan mengamati peritiwa sebagai keseluruhan yang terpadu dibandingkan dengan penjumlahan bagian atau properti. Persepsi ini terjadi di lapangan dan diatur menjadi beberapa elemen yang saling tergantung dan kemudian membentuk sebuah sistem.

Komponen Teori Interdependensi

Dalam teori interdependensi di ruang  lingkup psikologi sosial sendiri, terdapat beberapa buah komponen yang menyusun teori ini yakni outcome atau kepuasan, komitmen dan juga level dependensi. 

  1. Outcome [Kepuasan]

Dalam teori interdependensi mengemukakan jika seseorang akan merasa puas jika dalam hubungan yang menguntungkan yakni apabila manfaat yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kerugian atau biaya dimana dampak dari kerugian tersebut bisa bervariasi. Variasi dalam kerugian tersebut terjadi karena kaburnya konsep biaya atau pengorbanan yakni kejadian yang dianggap tidak menyenangkan dan selalu dianggap negatif dan pengorbanan dianggap sebaliknya yakni selalu berhubungan dengan kesejahteraan orang lain.

Dalam sebuah hubungan, terkadang ada sebuah kondisi yang membuat pilihan terbaik untuk masing masing individu akan berbeda. Pada saat terjadi konflik kepentingan dimana satu pihak akan memutuskan untuk berkorban demi kebaikan rekannya atau demi menjaga sebuah hubungan yang juga menjadi salah satu cara menyelesaikan masalah menurut psikologi. Semakin besarnya komitmen seseorang dalam hubungan, maka akan semakin besar kemungkinan individu tersebut untuk berkorban. Dampak dari pengorbanan terhadap hubungan tersebut akan tergantung dari alasan individu untuk melakukan pengorbanan.

Dari berbagai alasan seseorang bersedia melakukan pengorbanan itu, maka bisa dibedakan alasan dari sebuah pendekatan atau cara seseorang untuk melakukan hal menghindari. Terkadang, seseorang akan berkorban demi kepentingan orang lain yang dilakukan untuk memperlihatkan makna cinta dalam psikologi dan perhatian dimana pengorbanan ini memiliki motif untuk mendekati dan bisa memberikan rasa puas serta bahagia.

Sebaliknya, terkadang seseorang akan berkorban hanya untuk menghindari konflik atau takut bisa menimbulkan hal yang berbahaya untuk hubungan dimana motif dari pengorbanan ini bisa menimbulkan perasaan amarah, emosi dalam psikologi dan juga gelisah. Menurut teori interdependensi, kepuasan hubungan akan dipengaruhi dari level perbandingan. Seseorang akan merasa puas jika sebuah hubungan sesuai dengan yang diharapkan dan dibutuhkan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan rasa puas tersebut adalah dengan mengatakan pada diri sendiri jika kondisi orang lain lebih buruk dibandingkan dengan diri sendiri. Persepsi keadilan nantinya juga akan mempengaruhi kepuasan. Bahkan, apabila dalam sebuah hubungan bisa memberikan banyak manfaat, maka kemungkinan orang tersebut tidak akan merasa puas jika orang tersebut yakin jika dirinya sudah mendapat perlakuan yang tidak adil.

  1. Komitmen

Seseorang yang sangat memegang komitmen dalam hubungan kemungkinan besar akan selalu bersama dalam suka maupun duka dan memiliki tujuan bersama meski menghadapi macam macam sifat manusia. Jika dalam istilah teknik, komitmen dalam sebuah hubungan berarti semua kekuatan positif dan negatif yang akan menjaga individu untuk selalu ada dalam sebuah hubungan. Sedangkan faktor yang bisa mempengaruhi sebuah hubungan terdiri dari dua. Pertama, komitmen dipengaruhi kekuatan daya tarik antar pasangan atau hubungan tertentu. Jika seseorang tertarik pada orang lain, menyukai kehadirannya dan merasa jika orang tersebut ramah dan pandai bergaul, maka seseorang akan termotivasi untuk bisa meneruskan hubungan dengan orang tersebut sehingga komitmen akan lebih kuat jika terdapat kepuasan yang juga tinggi. Komponen ini dinamakan dengan comitmen personal sebab merujuk pada keinginan individu dalam mempertahankan atau mengingatkan sebuah hubungan.

Kedua, komitmen dipengaruhi dari nilai dan juga prinsip moral serta perasaan jika seseorang seharusnya tetap ada dalam sebuah hubungan. Komitmen moral didasari dengan perasan kewajiban, kewajiban terhadap agama atau tanggung jawab sosial. Untuk sebagian orang, keyakinan atau kesucian dalam sebuah pernikahan dan juga keinginan dalam menjalin komitmen seumur hidup akan membuat orang tersebut tidak memiliki keinginan untuk bercerai.

  1. Level Dependendsi

Dalam teori interdependensi terdapat dua jenis penghalang penting yakni kurangnya alternatif yang lebih baik dan juga investasi yang sudah ditanamkan dalam sebuah hubungan.

  • Penghalang pertama: Kurangnya alternatif yang lebih baik dimana ketersediaan alternatif biasa disebut dengan level perbandingan alternatif dimana akan berpengaruh dalam komitmen. Pada saat seseorang tergantung dalam sebuah hubungan yakni mendapatkan banyak hal yang dihargai atau tidak bisa didapatkan di tempat lain, maka seseorang akan sulit meninggalkan hubungan tersebut dan kurangnya alternatif yang lebih terbaik tersebut nantinya bisa meningkatkan komitmen sebab dianggap sebagai salah satu cara membahagiakan diri sendiri.
  • Penghalang kedua: Investasi yang sudah ditanamkan seseorang dalam sebuah hubungan dimana komitmen juga akan dipengaruhi investasi yang ditanam seseorang dalam bentuk hubungan. Investasi tersebut bisa berupa energi, waktu, uang, keterkaitan emosional, pengalaman ketika bersama dan juga pengorbanan untuk pasangan. Sesudah banyak berinvestasi dalam hubungan dan merasa hubungan tersebut tidak terlalu banyak memberikan manfaat, maka bisa menyebabkan disonansi kognitif pada seseorang sehingga merasakan tekanan psikologis yang bisa menimbulkan tanda tanda stress untuk melihat hubungan dari segi positif atau mengabaikan kekurangan. Semakin banyak investasi yang sudah dilakukan, maka akan semakin sulit seseorang untuk meninggalkan hubungan tersebut.
Share
Published by
Bernadet Maress

Recent Posts

Chrometophobia (Fobia Uang): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…

8 months ago

Anemophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya

Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…

8 months ago

Pantophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…

9 months ago

Heliophobia : Pengertian, Penyebab, Gejala, Komplikasi dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…

9 months ago

Somniphobia : Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…

9 months ago

Cibophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…

9 months ago