Psikologi Sosial

14 Teknik Proyektif Dalam Psikologi Secara Umum

Psikologi proyektif berkembang dari adanya protes terhadap teori dan ajaran lama psikologi yang kebanyakan bersifat strukturalisme, behaviorisme yang melihat individu bukan sebagai suatu yang utuh melainkan sebagai gabungan dari beragam aspek. Adanya aspek psikologis manusia yang tidak disadari membuatnya sukar untuk diungkap melalui self report atau inventory sehingga diperlukan alat khusus yang dapat mengungkap aspek – aspek ketidak sadaran manusia.  Sulitnya mengungkap kepribadian manusia karena tidak semua orang bisa mengkomunikasikan idenya dengan jelas, sehingga hal – hal tersebut dihindari untuk dikatakan dan juga banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang itu sendiri sehingga tidak diungkapkan.

Teknik proyektif dalam psikologi adalah teknik yang digunakan dalam tes psikologi yang menempatkan kategori kepribadian individu berdasarkan stimulus yang ambigu berupa kata, kalimat, gambar, apapun yang sifatnya tidak terstruktur. Dengan menggunakan tes proyektif, diharapkan agar secara tidak sadar individu akan mengungkap dan menggambarkan struktur serta dinamika kepribadiannya yang selama ini tidak terungkap. Konsep psikologi proyektif dalam pandangan kepribadian adalah bahwa kepribadian merupakan suatu proses dan bukan sekelompok aspek, kepribadian adalah suatu interaksi antara faktor internal dan eksternal yang selalu berbagi dalam proses pengembangannya.

Asal Muasal Teknik Proyektif

Dilihat dari kerangka teoritis, teknik proyektif kebanyakan mencerminkan adanya pengaruh konsep psikoanalitis, baik itu yang tradisional ataupun modern. Adanya asumsi dasar berupa apabila subjek atau individu dihadapkan pada hal – hal yang ambigu maka kepribadiannya akan diproyeksikan melalui jawaban – jawaban  yang diberikan terhadap rangsangan tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah alat tes untuk memproyeksikan gambar dan stimulus. Karena itu teknik proyektif dalam psikologi adalah suatu teknik untuk melakukan tes psikologi dengan menggunakan alat proyeksi untuk mengeluarkan aspek – aspek psikis terutama ketidak sadaran ke dalam suatu rangsangan yang kurang atau tidak terstruktur yang sifatnya ambigu untuk memancing berbagai alternatif jawaban tanpa adanya batasan.

Dasar tes proyektif dan asal muasal sejarah psikologi proyektif adalah teori psikodinamika dari Freud, oleh karena itu digunakan untuk mengetahui adanya konflik yang tidak disadari oleh seseorang, id- ego-duper ego, dan emosi manusia yang terdalam. Freud mengungkapkan pada buku Anxiety Neurosis di tahun 1894 bahwa Psyche merasa tidak berdaya untuk mengatasi rangsangan – rangsangan seksual yang berasal dari dalam sehingga ia memproyeksikan rangsangan tersebut keluar. Teknik tes proyektif ini mulai berkembang ketika buku Interpretation of Dream dari Sigmund Freud di tahun 1900, dimana terjadi perkembangan berupa aliran psikologi yang tidak berpegang pada reaksi fisik. Orang yang pertama menggunakan assesmen yang didasarkan teori psikodinamika ini adalah Carl Jung dengan membuat sebuah tes yang diisi kata atau kalimat pertama yang terlintas di pikirannya. Kemudian waktu reaksi dan jawaban peserta tes diukur. Akan tetapi, tes yang dilakukan oleh Jung bukan merupakan tes proyektif, sebab menggunakan stimulus yang masih terstruktur. Kemudian ada Herman Rohrschach dan Murray yang turut mengembangkan tes proyektif tersebut.

Macam – macam Teknik Proyeksi

Konsep psikologi proyektif dalam studi kepribadian diterapkan melalui tes  – tes tertentu. Tes proyeksi memberikan rangsangan yang tidak segera terlihat jelas artinya yaitu berupa beberapa hal yang dapat mendorong subjek untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi yang melibatkan tes tersebut. Jawaban yang dihasilkan kemungkinan bukanlah jawaban benar atau salah namun memberikan arti terhadap stimulus yang sesuai dengan kebutuhan dalam, kemampuan dan pertahanannya. Tes ini menuntut adanya kesimpulan yang luas atau kualitatif, cenderung subjektif yang dapat diatasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang besar terhadap tes tersebut dengan hasil validitas dan reliabilitas rendah sebagai hasil kesimpulan yang sangat luas. Teknik proyektif dalam psikologi memiliki beberapa metode tertentu yang digunakan sebagai dasar dari tes – tes yang dilakukan, antara lain:

1. Teknik Thematic Apperception Test (TAT)

Manfaat tes psikologi dalam bidang klinis berguna untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang diinginkan mengenai seorang subjek. Salah satu tesnya yaitu teknik interpretasi gambar yang menggunakan serangkaian standar gambar yang provokatif dan ambigu dan subjek harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera tersebut sebagai suatu cerita yang dramatis.

2. Children’s Apperception Test (CAT)

Merupakan bentuk lain dari TAT yang digunakan untuk subjek anak – anak. Menampilkan sepuluh gambar binatang yang sedang melakukan aktivitas manusia seperti main game atau tidur di kasur. Juga dikenal sebagai tes CAT-A (gambar binatang).

3. Michigan Picture Story Test (MPST)

Hampir mirip dengan kedua tes di atas dan terdiri dari material yang menggambarkan anak – anak dan hubungannya dengan semua figur termasuk teman – temannya. Tes ini bermanfaat dalam mengungkap struktur sikap anak terhadap orang dewasa dan temannya sekaligus juga mengevaluasi masalah yang kemungkinan bisa timbul.

4. Make – A – Picture Story (MAPS)

Hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuannya, hanya bedanya subjek dapat memilih karakter yang ada untuk dibuat sebuah cerita yang didasarkan pada situasi yang ada. Ketahui juga mengenai macam – macam skala pengukuran dalam psikologi dan  jenis tes dalam layanan psikotes.

5. Figure Drawing

Kemampuan menggambar bukan menjadi faktor utama dalam tes ini, melainkan untuk mengungkap apa yang ada di balik gambar tersebut. Salah satu bentuk dari tes ini adalah Draw A Person, yaitu tugas menggambar seorang lelaki atau perempuan dengan pensil dan kertas.

6. Incomplete Sentence Test

Ada sejumlah kalimat tidak lengkap yang disajikan untuk dilengkapi oleh subjek, teknik ini dianggap bukan tes standar dan tidak dianggap secara kuantitatif. Ketahui juga apa saja tips mengerjakan tes psikologi dan cara membaca pikiran orang menurut psikologi.

7. Competency Screening Test

Tes ini diberikan kepada terdakwa suatu kasus hukum untuk mempelajari kehandalan dan validitas prediktif tentang status mental dan inteligensi individu yang berhubungan dengan kasusnya, juga untuk menentukan kompetensi secara mental dan dalam sidang kasus tersebut.

8. Teknik Noda Tinta

Teknik noda tinta dibagi lagi menjadi beberapa macam berdasarkan ilmuwan penggagasnya, antara lain yaitu:

A. Rorschach Test

Juga dikenal sebagai tes inkblot atau noda tinta dimana subjek memberi persepsi terhadap sebuah bentuk gambar tinta yang kemudian dicatat dan dianalisis secara psikologis. Tes ini sering digunakan dalam mendeteksi adanya gangguan pikiran ketika pasien tidak mau menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka.

B. Sistem Komprehensif Exner

Disusun oleh John E. Exner, Samuel Beck dan Bruno Klopfer dengan cara menyaring semua segi yang tidak berguna secara empiris dan bisa dipertahankan dalam metode inkblot ke dalam satu sistem yang sifatnya tunggal.

C. Aronow

Melakukan tes Rohrschach sebagai suatu wawancara berdasar klinis yang mengikuti standar tertentu dan mengambil sampel operasi dari persepsi seseorang, lebih memusatkan interpretasi pada isi daripada variabel struktural atau determinan perseptual.

D. Lerner

Mendasarkan pada psikoanalitik modern yang melihat bahwa tes Rohrschach pada dasarnya adalah sebuah metode proyektif untuk mendapatkan nilai dari dunia bagian dalam individu tersebut.

E. Noda Tinta Holtzman (Holtzman Inkbolt Technique / HIT)

Penelitian ini menyediakan dua rangkaian dari 45 kartu yang paralel untuk memungkinkan adanya reliabilitas antara tiap kartu dan juga kemungkinan studi tingkat lanjut yang memadai, namun dilakukan pembatasan respon pada setiap kartu dengan produksi respon yang konstan pada tiap responden.

9. Teknik Grafis

Salah satu jenis tes kepribadian dalam psikologi proyektif yang berkembang pada awal abad ke 20 berupa interpretasi grafologi, yaitu tulisan tangan. Beberapa macam teknik tes grafis antara lain:

A. Draw A Person

Tes grafis menggambar orang memiliki dua teori utama, yang pertama dari Goodenough – Harris yang mengungkap kemampuan dari IQ seseorang berdasarkan pandangan bahwa orang dapat menggambar sebelum membaca dan menulis. Teknik kedua adalah dari Machover yang mengungkap kondisi psikis yang didasarkan pada teori psikoanalisa dari Freud.

B. Draw A Tree 

Subjek diminta menggambar pohon karena tanaman memiliki sistem yang terbuka, dengan pertumbuhan yang mengarah ke luar dirinya. Segala sesuatu yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman berlangsung di permukaan, dibawah kulit dan pada bagian ujung tunasnya dengan usaha untuk menjauhi area pusat pertumbuhannya, dan hal itu hanya ditunjukkan oleh pohon yang tidak pernah berhenti berkembang, tumbuh selalu sempurna hingga berbunga atau berbuah dan kemudian mati.

C. House Tree Person

Tes ini berasumsi bahwa selain manusia, pohon dan rumah juga memiliki suatu arti simbolis. Subjek akan diminta membuat gambar berupa rumah, pohon dan orang secara bebas tanpa ukuran.

D. WARTEGG (Drawing Completion Test)

Goresan subjek yang dilakukan untuk melengkapi sebuah gambar yang belum selesai dianggap dapat menunjukkan aspek emosi, imajinasi, intelektual dan aktivitas dari individu tersebut sehingga dapat mengungkap yang tersembunyi. 

Teknik Berdasarkan Jenis Respons

Jenis – jenis respons merupakan dasar yang paling berguna dalam pengklasifikasian teknik – teknik proyektif. Beberapa metode yang didasarkan pada jenis – jenis respons yang diharapkan dari subjek, yaitu:

1. Teknik Associative 

Teknik ini berupa tes dimana subjek menjawab stimulus atau rangsangan yang diberikan dengan perkataan, image atau ide yang muncul pertama kali di dalam pikirannya dalam waktu sesegera mungkin setelah ide tersebut tercetus di pikirannya. Contohnya berupa modul tes Rorschach Inkblots dan Word Association.

2. Teknik Construction Procedures

Tuntutan dari teknik ini lebih kompleks terhadap subjek. Teknik proyektif dalam psikologi ini menugaskan subjek untuk mengkonstruk atau membuat suatu cerita atau produk yang dapat mengungkap keadaan atau kondisi psikologis klien tersebut. Diharapkan untuk membuat, atau membuat lebih dari sesuatu, dengan kata lain menciptakan. Contoh tesnya adalah TAT, CAT, dan MAPS.

3. Teknik Completion Tasks

Tes ini berupa kegiatan untuk melengkapi kalimat atau cerita yang sudah disediakan sebelumnya oleh pihak penguji. Teknik ini berupa penjelasan diri ketika subjek diberi satu produk yang tidak lengkap, dengan tugas untuk melengkapinya. Stimulus dalam tes ini lebih terstruktur sehingga kebebasan dalam memberi respons kurang jika dibandingkan dengan teknik konstruktif. Contohnya berupa tes SSCT dan Rosenzweig Picture- Frustation Study.

4. Teknik Choice or Ordering Devices

Teknik yang kaitannya dengan metode psikometrik sangat erat untuk mengatur kembali gambar – gambar, kemudian mencatat referensi atau sejenisnya. Respons yang dituntut dalam tes ini masih relatif sederhana dan terbatas, sehingga paling kurang berkontribusi dalam kebebasan dan spontanitas respon dari subjek. Contoh berupa Szondi Test dan Tomkins Horn Picture Arrangement Test, Kahn Test of Symbol Arrangement.

5. Teknik Expression

Subjek tidak hanya diberi kesempatan untuk berproyeksi namun juga dapat mengekspresikan dirinya. Metode ini menjadi jembatan antara diagnostik dan terapeutik dengan mengevaluasi gambar yang dikerjakan oleh subjek dan mengevaluasi cara atau teknik yang digunakan subjek untuk melakukan sesuatu. Contohnya tes BAUM, HTP, dan DAP.

Teknik proyektif dalam psikologi itu sendiri memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah bahwa tes ini dapat mengungkap hal – hal di bawah sadar manusia untuk keperluan yang berhubungan dengan klinis, menurunkan ketegangan dan juga lebih ekonomis dibandingkan teknik tes yang lainnya. Sementara kekurangannya adalah rendahnya validitas dan reliabilitas, serta diperlukan adanya keterampilan khusus yang harus dimiliki seller agar dapat memberikan diagnosa yang tepat. Banyaknya klasifikasi metode dalam teknik proyektif berarti tidak ada klasifikasi yang sempurna. Metode proyektif memungkinkan orang menggunakan lebih dari satu teknik dari beberapa kategori hingga beresiko terjadi tumpang tindih teknik yang digunakan.

Share
Published by
Devita Retno

Recent Posts

Chrometophobia (Fobia Uang): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…

8 months ago

Anemophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya

Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…

8 months ago

Pantophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…

9 months ago

Heliophobia : Pengertian, Penyebab, Gejala, Komplikasi dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…

9 months ago

Somniphobia : Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…

9 months ago

Cibophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…

9 months ago