Kali ini kita akan membahas mengenai konsep psikologi proyektif dalam studi kepribadian yang cukup menarik. Dalam perkembangannya, psikologi proyektif sebenarnya awalnya dicetuskan oleh Freud. Jika kita sudah membahas tentang Freud, jelas arah dari diskusi kita sudah akan membicarakan masalah teori psikologi kepribadian. Psikologi proyektif secara singkat dapat diartikan sebagai konsep dalam psikologi dimana manusia membela dirinya dari tekanan-tekanan yang tidak menyenangkan dengan menyangkal keberadaan tekanan-tekanan tersebut di dalam dirinya sendiri dan sekaligus menunjukkannya kepada orang lain.
Contoh yang paling mudah adalah penyangkalan seseorang ketika ia mencintai orang lain. Sayangnya cinta yang ia berikan tersebut mungkin tidak ditanggapi oleh orang lain. Ini merupakan sebuah situasi yang tidak nyaman untuknya. Ia kemudian menyangkal bahwa ia memang sedang jatuh cinta kemudian menunjukkannya dalam bentuk rasa benci kepada orang lain. Psikologi proyektif tentu saja memiliki pola atau konsep tersendiri di dalam studi kepribadian. Berikut ini adalah uraiannya:
Di dalam psikologi proyektif, kepribadian tidak dianggap sebagai kumpulan-kumpulan sifat yang ada dan nampak dari seorang individu. Kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang akan terus berproses sehingga ini tidak memungkinkan bagi seseorang untuk memiliki kepribadian-kepribadian baru dengan sifat yang berbeda sebelumnya. Hal ini karena dalam psikologi proyektif, akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana pengalaman ia pada saat dihadapkan suatu situasi tertentu. (Baca juga: Teori Adler dalam psikologi kepribadian)
Karena faktor eksternal sangat berpengaruh, maka tidaklah heran bila dalam psikologi proyektif, interaksi individu akan berpengaruh dalam membentuk kepribadiannya. Katakanlah seseorang tinggal dalam lingkungan yang sudah maju dan lebih open minded masyarakatnya. Pola pikir seseorang juga akan ikut terpengaruh dan kepribadiannya juga cenderung memiliki sikap open minded yang sama pula dengan lingkungannya.
Dari pengaruh konsep psikoanalisa, maka dalam psikologi proyektif akan ada aspek dinamis yang membuat kepribadian tersebut berkembang. Aspek dinamis ini juga akan terus bermunculan seiring perjalanan hidup individu. Ia akan menerima pengalaman-pengalaman baru sepanjang kehidupannya dengan mendapatkan berbagai macam nilai tertentu. Aspek-aspek yang sifatnya dinamis inilah yang kemudian menjadikan psikologi proyektif berbeda dengan konsep lainnya.
Walaupun terdapat aspek dinamis, namun tidak lepas kemungkinan juga bahwa aspek genetis juga ikut berpengaruh sebagai faktor predisposisi seseorang untuk memiliki suatu kepribadian tertentu. Hal ini tidaklah terlepas dari bagaimana seseorang mungkin memang sudah memiliki pembawaan tertentu pada saat menghadapi permasalahan. Aspek genetis ini juga meliputi sejarah dan perkembangan seseorang di masa lampau. (Baca juga: Jenis-jenis kepribadian)
Psikologi proyektif memandang kepribadian secara menyeluruh (personality as a whole). Konsep psikologi proyektif dalam studi kepribadian juga menjadi salah satu konsep yang berkarakteristik, dimana kepribadian tidak akan dipisah-pisahkan menjadi ke dalam beberapa macam bagian atau struktur seperti dalam psikologi kepribadian secara umum. Kesatuan yang utuh inilah yang memicu seseorang cenderung menonjolkan sikap-sikap tertentu dalam kepribadiannya.
Pada kasus-kasus tertentu yang memiliki tujuan khusus untuk klinis, terdapat kecenderungan dalam menyusun kerangka konseptual mengenai formulasi kepribadian. Psikologi proyektif bisa merumusan bagaimana seseorang memiliki kepribadian tertentu yang cukup berpengaruh secara signifikan dalam kehidupannya. Ini merupakan sebuah konsep yang memang bisa dipahami dan berkaitan dengan aspek dinamis dan juga aspek genetis yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. (Baca juga: Macam-macam skala pengukuran dalam psikologi)
Hubungan antara individu dengan situasi yang sedang dihadapi akan dipelajari sebagai konsep perilaku tertentu. Ini merupakan pandangan psikologi proyektif dimana seseorang pasti akan memunculkan karakteristik tertentu yang khas pada setiap kondisi tertentu. Apalagi jika ada tekanan-tekanan dari luar yang kemudian memicu ia untuk berlaku sesuatu. Tentu saja hal ini menggambarkan bahwa setiap individu memiliki pandangan yang khas dan berbeda dalam menghadapi permasalahan.
Dalam psikologi proyektif, tingkah laku seseorang juga mungkin dipengaruhi oleh kebutuhan individu. Ini artinya, seseorang mungkin beralasan memiliki kepribadian tertentu karena memang adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Itu menjadi motif seseorang dalam bergerak dan mencari sebuah penyelesaian masalah. Proses penyelesaian masalah inilah yang kemudian bisa memicu timbulnya sifat-sifat yang bisa muncul untuk kemudian membentuk kepribadian seseorang. Ruang lingkup psikologi kepribadian memang luas.
Demikian sekilas uraian mengenai bagaimana konsep dari psikologi proyektif. Kita dapat memahami bahwa di dalam psikologi proyektif, kepribadian memang menjadi bagian yang diproyeksikan oleh seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya. Sifatnya yang dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dapat membentuk kepribadian seseorang secara signifikan. Yang jelas, ada beragam ciri dan karakteristik yang khas yang ditunjukkan dari konsep psikologi proyektif dalam studi kepribadian.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…