Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kepribadian » Psikoanalisis : Tujuan, Teori, Mekanisme, dan Tahapannya

Psikoanalisis : Tujuan, Teori, Mekanisme, dan Tahapannya

by Titi Rahmah

Psikoanalisis merupakan teori psikologi kepribadian Sigmund Freud. Dahulu dikenal dengan “Psikologi Freudian” seiring berjalannya waktu banyak para pengikut teori psikoanalisis Freud, namun ada beberapa juga yang menyimpang seperti, Carl Gustav Jung dan Alfred Adler mereka beranggapan bahwa teori ini menyimpang dari ajaran psikologi sebenarnya sehingga mereka memiliki teori sendiri yang sekarang dikenal dengan “psikologi analitik Carl Gustav Jung” dan “psikologi individu”.

Secara umum psikoanalisis diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian terpenting dari manusia yang mencakup struktur manusia, sikap manusia, perilaku manusia, serta interaksi manusia itu sendiri.

Psikoanalisis memiliki tiga aplikasi teori yaitu:

  • Metode untuk mempelajari pikiran manusia.
  • Ilmu sistematis untuk mempelajari tentang perilaku manusia. 
  • Sebagai metode pengobatan untuk penyakit psikologis atau emosional. 

Psikoanalisis dikenal sebagai teknik terapeutik karena didalam kajian teori ini membahas seputar manusia mulai dari dinamika, struktur, kepribadian, perilaku, sampai pada interaksi manusia itu sendiri.

Tujuan Teori Kepribadian Psikoanalisis

1. Sebagai pembangkit diri

Membangkitkan apa yang tidak dirasakan oleh kepribadian  individu. Dengan membawa ketidaksadaran yang  ditekan kembali ke tingkat kesadaran, kita dapat menggunakan metode yang berbeda untuk menangani masalah secara rasional dan membantu orang memahami mekanisme koping mereka dengan cara yang berkelanjutan.

2. Sebagai pembentuk struktur

Psikoanalisis bertujuan untuk membentuk  struktur karakter individu dengan  merekonstruksi, mendiskusikan, menganalisis, dan menafsirkan kembali pengalaman masa kecil. Dalam Psikoanalisis juga dapat membantu orang membangun struktur karakter mereka dengan mewujudkan sesuatu bagi individu yang belum pernah sama sekali terjadi.

3. Pengembangan kesadaran diri

Membawa individu dari keinginan yang tertekan (ketidaksadaran) yang mengarah pada kecemasan menuju pengembangan kesadaran intelektual, menghidupkan kembali masa lalu individu melalui konflik yang ditekan, memberikan individu kesempatan  untuk menghadapi situasi yang belum mampu seseorang atasi.

Teori Kepribadian Psikoanalisis

1. Sadar  (Concious)

Tingkat kesadaran yang mencakup semua hal yang kita rasakan pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil  dari kehidupan mental seseorang (pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang mencapai kesadaran. Isi dari area sadar adalah hasil dari proses penyaringan yang dipandu oleh rangsangan atau pengaruh dari faktor eksternal.

Isi kesadaran tetap berada di wilayah sadar hanya untuk waktu yang singkat  dan segera berpindah ke wilayah bawah sadar atau tidak sadar setelah orang tersebut mengalihkan perhatiannya ke hal lain. 

2. Prasadar (Preconscious)

Prasadar merupakan bagian pertengahan antara sadar dan tidak sadar. Isi prasadar berasal dari alam sadar dan alam bawah sadar. Pengalaman-pengalaman yang telah diabaikan dan  yang awalnya disadari tetapi kemudian tidak lagi diselidiki, dipindahkan ke wilayah prasadar. Di sisi lain, kandungan materi dari alam bawah sadar bisa naik ke alam prasadar.

Ketika sensor sadar mendeteksi potensi ancaman dari kemunculan materi tak sadar, materi tersebut tercekik hingga tak sadarkan diri. Materi bawah sadar yang sudah ada di alam prasadar dapat memanifestasikan kesadaran dalam bentuk simbolik seperti mimpi, khayalan, kebohongan, dan mekanisme pertahanan diri.

3. Tidak Sadar (Unconsious)

Menurut Freud struktur teori tidak sadar merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia itu sendiri. Di atas segalanya, Freud menunjukkan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetis, tetapi realitas empiris.

Ketidaksadaran mencakup naluri, impuls, dan keinginan yang dibawa sejak lahir serta pengalaman traumatis (biasanya selama masa kanak-kanak) yang didorong oleh pikiran sadar untuk ditransfer ke wilayah bawah sadar.

Konten atau materi yang tidak disadari memiliki kecenderungan kuat untuk tetap tidak disadari, pengaruhnya terhadap pengaturan perilaku sangat kuat, tetapi tetap tidak disadari.

4.  Id (Is (Latin) atau Es (Jerman))

Id adalah sistem kepribadian asli, bawaan. Sedangkan ego dan superego kemudian muncul dari identitas ini. Saat lahir, id mengandung semua aspek psikologis yang diwariskan seperti insting, dorongan dan keinginan. Id hidup dan berfungsi di alam bawah sadar, merepresentasikan subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang waktu.

Identifikasi terkait erat dengan proses fisik perolehan energi psikis yang digunakan untuk mengendalikan sistem  struktur kepribadian lainnya. Id bekerja menurut prinsip kesenangan, yaitu: mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit.  Oleh karena itu, ketika ada rangsangan yang memicu energi untuk bekerja, ketegangan energi terjadi.

Id bekerja sesuai dengan prinsip kesenangan. Ia mencoba mengurangi atau menghilangkan ketegangan ini, untuk kembali ke tingkat energi yang rendah. Prinsip kesenangan diperlakukan dengan dua cara: fungsi refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah respons otomatis bawaan, seperti kedipan mata, yang digunakan hanya untuk memuaskan rangsangan dan biasanya  dapat dilakukan dengan segera.

Proses primer adalah respon membayangkan/mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tekanan yang digunakan untuk memproses rangsangan yang kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting susu ibunya.

Proses pembentukan gambaran objek pereda stres disebut pemenuhan harapan, seperti, mimpi buruk, dan halusinasi psikotik. Id hanya bisa membayangkan sesuatu, tidak mampu membedakan stimulasi ini dari kenyataan yang sebenarnya hanya sekedar memuaskan kebutuhan.

Id tidak dapat menilai atau membedakan antara benar dan salah dan tidak memiliki rasa moralitas. Maka perlu dikembangkan cara untuk mewujudkan stimulasi yang memuaskan ini tanpa menimbulkan ketegangan baru, terutama dilema moral. Alasan inilah yang kemudian menyebabkan id melahirkan ego.

5.  Ego (Jerman Das Ich)

Ego berkembang dari id sehingga manusia mengetahui bagaimana menghadapi realitas, sehingga ego bekerja menurut prinsip realitas, berusaha mendapatkan kepuasan yang dibutuhkan id dengan cara mencegah munculnya ketegangan-ketegangan baru atau dengan menunda kesenangan pada id yang jelas dapat memuaskan kebutuhan.

Prinsip ego diterapkan melalui proses sekunder, yaitu, berpikir realistis, membuat rencana dan menguji apakah rencana tersebut menghasilkan objek yang diinginkan. Proses pengujian disebut pengujian realitas, di mana kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang dipertimbangkan secara realistis.

Dari cara kerjanya dapat dipahami bahwa sebagian besar bidang aktivitas ego berada dalam kesadaran, tetapi sebagian kecil ego bekerja di area prasadar dan tidak sadar. Ego adalah pelaksana (executor) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama, pertama, memilih rangsangan mana yang akan ditanggapi dan atau naluri mana yang akan dipuaskan sesuai dengan kebutuhan primer.

Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan tersebut akan dipenuhi berdasarkan ketersediaan pilihan. Dengan kata lain, ego sebagai pemimpin kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus memenuhi kebutuhan moral dan mengembangkan kebutuhan untuk kesempurnaan superego. Ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan Id, sehingga diri yang tidak memiliki energi sendiri, mendapatkan energinya dari Id.

6. Superego (Das Ueber Ich (Jerman))

Superego berkembang dari ego yang tidak memiliki pendiriannya sendiri. Seperti ego, superego beroperasi dalam tiga ranah kesadaran. Tapi dia tidak memiliki koneksi ke dunia luar (seperti id), jadi kebutuhannya akan kesempurnaan  tidak realistis (id tidak realistis dalam hal kesenangan).

Prinsip idealistik memiliki dua sub prinsip, yaitu nurani dan ego-ideal. Perilaku apa pun yang dilarang, salah perhitungan dan dihukum oleh orang tua, anak menganggapnya sebagai hati nurani (onscience), yang juga mencakup apa  yang tidak boleh dilakukan.

Proses mengembangkan hati nurani dan cita-cita ego, yang berarti menerima standar baik dan buruk, disebut instropeksi. Setelah instropeksi, pengawasan orang tua digantikan dengan pengawasan pribadi. Superego juga mirip dengan ego yang mendominasi id, tidak hanya menunda kepuasan, tetapi juga mencegah pemenuhannya.

Superego memiliki setidaknya tiga fungsi:

  • Mendorong diri untuk mengganti tujuan realistik dengan tujuan moralistik
  • Menghambat dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif yang bertentangan dengan norma nilai sosial
  • Mengejar kesempurnaan.

Mekanisme Pertahanan Ego

Psikolog Sigmund Freud (Minderop, 2010) mengemukakan teori mekanisme pertahanan diri manusia, yang pada dasarnya mengacu pada proses  bawah sadar untuk melindungi diri (ego) dari ancaman eksternal. Dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan diri ini tidak mencerminkan kepribadian secara umum, tetapi dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian.

Sigmund Freud (1894-1896) membuat daftar beberapa mekanisme pertahanan diri manusia, kemudian ide-ide ini dikembangkan lebih lanjut oleh putrinya Anna Freud (1936)  dan dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan sepuluh teori miliknya sendiri.

Banyak psikoanalis juga menambahkan jenis pertahanan ego lainnya. Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang digunakan secara tidak sadar  untuk melindungi seseorang dari stres yang disebabkan oleh pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima. Menurut teori Freud, mekanisme pertahanan melibatkan  wanita yang mendistorsi realitas untuk mengatasi situasi dengan lebih baik. Adapun secara lengkap mekanisme pertahanan ego dijelaskan sebagai berikut:

1. Represi

Represi adalah usaha untuk menekan suatu dorongan yang ditimbulkan oleh id dimana ego merasa terancam dan kemudian dorongan tersebut ditekan dalam alam bawah sadar seseorang sehingga menghalangi orang yang bersangkutan untuk menghadapinya secara rasional. Contoh: Seorang pemuda menyaksikan kematian temannya dalam sebuah kecelakaan dan karena syok atau kesedihan yang luar biasa, pemuda tersebut menekan ingatannya dan tampil seolah-olah pemuda tersebut telah “lupa“.

2. Regresi

Regresi adalah keadaan di mana seseorang mengalami retardasi mental mundur ke tahap perkembangan sebelumnya. Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya dan kurang matang untuk beradaptasi. Contoh: Seorang pria paruh baya yang tidak merasa sudah tua kembali ke fase, menunjukkan jiwa mudanya kembali.

3. Transisi

Transisi adalah suatu proses dimana objek atau orang yang dituju dipindahkan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sebelumnya tidak dapat dilakukan untuk objek atau orang lain. Contoh: seseorang sangat marah karena menghina atasannya dan melampiaskannya sehingga dia menghina bawahannya untuk melampiaskan kekesalannya.

4. Reaksi

Terbentuknya reaksi adalah impuls yang didorong ke alam bawah sadar seseorang, dapat menembus kesadaran yang bertindak sebaliknya. Contoh: Seorang ibu yang tidak menginginkan anak dalam kandungannya sehingga tidak terlalu memperhatikan pendidikannya.

5. Sublimasi

Sublimasi adalah transformasi atau perubahan impuls primitif yang umumnya tidak disukai oleh norma dan masyarakat menjadi rangsangan atau tindakan yang sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku. Contoh: Seseorang yang melihat pertarungan sebagai hal yang buruk karena standar, memutuskan untuk menjadi seorang petinju.

6. Kompensasi

Kompensasi adalah upaya untuk mengatasi kekurangan di satu bidang dengan mencari keuntungan di bidang lain. Contoh: Seorang anak yang tidak pandai secara akademis menonjolkan kelebihannya sebagai pemain basket.

Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian

1. Masa Bayi (Infancy)

Tingkah laku bayi didasarkan pada keinginan untuk mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia mempercayai orang tuanya sepenuhnya, tetapi dia tidak mempercayai orang asing. Itu sebabnya bayi terkadang menangis di pelukan orang asing. Tidak hanya tidak percaya pada orang asing, tetapi juga pada hal-hal aneh, tempat-tempat aneh, suara-suara aneh, perilaku aneh, dll. Bayi sering menangis dalam situasi ini.

2. Anak usia dini

Tahap perkembangan manusia dalam ilmu psikologi dari aspek kepribadian ditandai dengan kecenderungan kemandirian rasa malu, ragu. Saat ini, anak dapat berdiri sendiri sampai batasan tertentu, yaitu: duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol secara mandiri tanpa bantuan orang tua, tetapi sebaliknya dia tidak memulai. Kita merasa malu dan ragu saat melakukannya. Jadi mereka sering meminta bantuan atau persetujuan orang tua mereka.

3. Masa prasekolah (usia sekolah)

Tahap perkembangan kepribadian selanjutnya ditandai dengan kecenderungan inisiatif bersalah. Pada tahap ini, anak sudah memiliki beberapa keterampilan yang mendorongnya untuk melakukan beberapa aktivitas, namun karena keterampilan anak masih terbatas, terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini membuatnya merasa bersalah dan untuk sementara dia tidak mau berinisiatif atau bertindak.

4. Masa usia sekolah (school age)

Tahap perkembangan kepribadian keempat ditandai dengan kecenderungan inferioritas industri, sebagai perpanjangan dari tahap perkembangan sebelumnya, pada masa ini anak belajar dengan sangat aktif di lingkungannya. Keinginan untuk merasakan dan bertindak dalam hubungannya dengan lingkungan sangat besar.

Namun di sisi lain kesulitan, hambatan bahkan kegagalan terkadang terjadi karena keterbatasan keterampilan dan pengetahuan seseorang. Hambatan dan kemunduran ini dapat membuat anak merasa rendah diri.

5. Masa remaja

Masa remaja dimana merupakan tahap kepribadian seseorang ditandai dengan kebingungan identitas. Mempersiapkan kedewasaan, dengan dukungan bakat dan kemampuannya, ia berusaha membentuk dan menunjukkan identitas dirinya, ciri khasnya.

Kebutuhan anak muda untuk mengembangkan dan menampilkan identitas diri ini seringkali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang lingkungannya memandangnya sebagai tindakan menyimpang atau kriminal. Di sisi lain, keinginan untuk mengembangkan identitas diri yang kuat seringkali diimbangi dengan rasa kesetiaan terhadap teman dan toleransi yang tinggi terhadap teman sebaya.

6. Masa dewasa awal (Young adult)

Tahap perkembangan kepribadian keenam adalah kecenderungan kedekatan isolasi. Dulu individu memiliki ikatan yang kuat dengan teman sebayanya, kini ikatan kelompok mulai mengendur. Mereka menjadi selektif, ia menjalin hubungan dekat hanya dengan orang-orang tertentu yang sependapat. Dengan demikian, pada tahap ini ada keinginan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang-orang tertentu dan menjadi kurang akrab atau peka dengan orang lain.

7. Masa dewasa

Tahap perkembangan kepribadian berikutnya ditandai dengan kecenderungan generativitas -stagnasi. Pengetahuannya cukup luas, kemampuannya cukup luas, sehingga perkembangan individu sangat cepat. Meskipun pengetahuan dan keterampilan seseorang sangat luas, belum tentu ia dapat menguasai semua jenis pengetahuan dan keterampilan, sehingga pengetahuan dan keterampilannya masih terbatas. Ia mengalami hambatan untuk melakukan atau mencapai hal-hal tertentu.

8. Masa lansia (Aging)

Dimana tahap perkembangan kepribadian ini ditandai dengan kecenderungan integritas ego dan putus asa. Pada masa ini individu memiliki kesatuan atau keutuhan pribadi, segala sesuatu yang dipelajari dan diteliti telah menjadi milik pribadinya. Di satu sisi, kepribadian mapan terguncang oleh usianya yang mendekati akhir.

Mungkin dia masih memiliki beberapa keinginan atau cita-cita yang ingin dia capai, namun karena faktor usia, sangat kecil kemungkinannya untuk tercapai. Dalam situasi seperti itu, seseorang merasa putus asa karena melihat usia tersebut yang ingin terus produktif namun sudah tidak sekuat masa muda.

Hubungan Teori Psikoanalisis dengan Pendidikan

Teori psikoanalisis memiliki arti yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Psikologi pendidikan, atau pendidikan psikologi, memiliki arti yang sangat luas. Teori ini mengacu pada semua tingkah laku orang dewasa, ahli atau bukan ahli, guru dan orang tua, yang bertujuan untuk membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anak atau siswa dalam proses pemahaman.

Istilah pendidikan juga mengacu pada prinsip-prinsip yang mendasari perilaku dalam menjaga sikap peserta didik.Istilah “psikoanalisis” mengacu pada bentuk-bentuk proposisional, bukan hanya teknik terapeutik atau terapi psikoanalisis atau metode pengamatan dari mana proposisi itu berasal. Praktis setiap orang, termasuk negara, mutlak membutuhkan sistem pendidikan yang baik.

Pendidikan yang baik akan memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik dalam segala bidang kehidupan. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai strategi telah dikembangkan di bidang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi.

Tujuan diadakannya pusat pelatihan ini adalah untuk membentuk karakter manusia yang baik sebagai makhluk sosial. Pendidikan dalam hal ini tidak hanya berfokus pada intelektual, tetapi pada pengaruh luas pendidikan sehari-hari terhadap tindakan dan perilaku masyarakat.

Oleh karena itu, teori pendidikan psikoanalitik juga menekankan kecerdasan emosional dan mental. Kecerdasan emosional dapat melatih kemampuan seseorang dalam mengelola emosi, memotivasi, kuat dalam frustasi, mengelola tekanan, mengatur suasana hati dan memiliki empati serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, teori psikoanalitik ini sangat penting dalam pendidikan

You may also like