Pubertas tidak saja menyebabkan perubahan besar dan perkembangan pada tubuh laki – laki. Pubertas juga akan mempengaruhi dan mengubah otak anak juga. Bagi anak laki – laki, pubertas biasanya dimulai sekitar usia 12 tahun namun bisa dimulai sejak awal pada usia 9 tahun. Selama pubertas, hormon dan zat kimia tubuh dilepaskan yang bisa mengakibatkan perubahan- perubahan psikologis atau perubahan mental pada remaja laki – laki. Dengan adanya perubahan tersebut akan menghasilkan pandangan baru terhadap dunia dan mengubah persepsi akan dirinya sendiri, mengakibatkan kegelisahan dan kebingungan.
Pengertian akan dirinya yang sebelumnya akan terkikis oleh pengetahuan barunya. Anak Anda yang tadinya manis dan penurut bisa saja berubah menjadi sosok yang sama sekali berbeda ketika mengalami pubertas. Selama tahap ini, anak akan mengalami banyak perubahan secara fisik dan mental yang bisa menghasilkan kebingungan, kemarahan dan pemberontakan. Pada saat ini mereka mungkin akan terkesan tidak membutuhkan orang tuanya, namun itu sama sekali tidak benar.
Perubahan Mental Anak Laki Ketika Pubertas
Pada saat inilah orang tua perlu memberikan dukungan dan pengertian untuk membantu anak melewati tahap pubertas ini dan menjelma menjadi orang dewasa yang matang. Belajar mengenai perubahan mental pada remaja laki – laki yang paling terlihat selama pubertas akan membantu Anda untuk mempersiapkan diri berurusan dengan anak pada tahap ini.
1. Rendahnya rasa percaya diri
Selama pubertas, para remaja bergelut dengan keinginan diterima dan mencoba masuk di kalangan teman – temannya. Ketika tubuh mereka mulai berubah, mereka mungkin merasa berbeda dan menjadi sangat sadar pada perubahan ini. Ketidak puasan pada penampilan tubuh mereka bisa berakibat pada penurunan rasa percaya diri dan mereka akan semakin rapuh pada tekanan teman sebaya. Pada tahap ini penting bagi remaja untuk memahami bahwa perubahan adalah sesuatu yang normal dan pada akhirnya semua orang akan mengalaminya juga.
2. Perubahan suasana hati
Remaja dikenal dengan hormon yang liar dan perubahan suasana hati yang drastis. Suasana hati remaja yang sedang mengalami pubertas bisa bervariasi antara antusias, marah, cemas dan depresi. Pada saat ini mungkin saja remaja akan tampak sangat sering mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem dan mungkin sangat sulit diprediksi atau dipahami oleh orang tuanya.
3. Menuntut kemandirian
Ketika anak mengalami peristiwa – peristiwa yang berhubungan dengan pubertas, mereka akan menyadari bahwa mereka memasuki masa kedewasaan. Selama waktu ini, kebanyakan remaja akan merasakan keinginan kuat untuk mulai memisahkan diri dari orang tuanya dan mendapatkan kemandirian mereka secara individual. Sangat umum bagi para remaja untuk menjadi agak menjauh saat ini. Mereka ada pada tahap mengembangkan identitas yang unik bagi dirinya dengan melakukan eksperimen, mencari tahu kebutuhan dirinya dan apa yang terbaik untuk diri mereka. Beberapa perubahan mental pada remaja laki – laki bahkan bisa muncul dalam bentuk pemberontakan atau perilaku tidak sehat.
4. Kesadaran seksual
Sebelum mencapai pubertas, remaja kurang dipengaruhi oleh peranan jenis kelamin dan perbedaannya. Ketika hormon mereka berubah, mereka mulai melihat jenis kelamin yang berbeda dalam pandangan baru dan mulai mengembangkan ketertarikan seksual. Selama waktu ini, normal untuk mulai terlibat dalam hubungan romantis dan bereksperimen dengan perilaku fisik. Pada waktu yang bersamaan, perubahan mental pada remaja laki – laki juga akan dipengaruhi oleh peranan sesuai jenis kelamin dan aktivitas yang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya. Beberapa anak mungkin akan merasa malu akan perubahan yang terjadi pada dirinya dan menarik diri dari keluarga serta teman.
5. Perubahan dalam ekspresi emosi
Dalam hubungannya dengan emosi yang mereka rasakan, kebanyakan remaja akan mengeksplorasi cara – cara berbeda untuk mengekspresikan emosi mereka. Contohnya, anak yang tadinya senang menyapa dengan ceria dan memeluk bisa saja berubah menjadi remaja yang hanya menyapa dengan tersenyum atau anggukan kepala saja. Begitu juga pelukan dan ciuman untuk orang tuanya yang bisa saja berubah menjadi penolakan atau rasa malu ketika ibunya hendak menciumnya. Penting untuk diingat bahwa, biasanya hal itu hanya berupa perubahan ekspresi emosi anak, dan bukannya perubahan pada bagaimana perasaan mereka pada orang tua, keluarganya dan temannya.
6. Tindakan yang tidak konsisten
Sangat normal bagi para remaja untuk berubah sikap dari bahagia menjadi sedih atau dari merasa pintar hingga merasa bodoh. Faktanya beberapa orang menyebut proses pubertas adalah masa kanak – kanak kedua. Pada satu saat mereka ingin diperlakukan seperti anak kecil, namun pada saat lain mereka ingin dianggap sebagai orang dewasa. Pengaruh budaya dalam perkembangan remaja, dan pengaruh gaya hidup terhadap remaja akan menentukan peran remaja dalam pembangunan masyarakat.
7. Semakin sadar diri
Banyak remaja yang akan menjadi semakin sadar akan dirinya sendiri. Dan karena mereka mengalami drama perubahan fisik dan emosional maka mereka akan menjadi sensitif. Mereka mungkin akan mengkhawatirkan mengenai kualitas pribadinya atau kekurangan yang menjadi masalah besar bagi mereka, walaupun faktanya hampir tidak diketahui orang lain. Misalnya, jerawat kecil yang tidak disadari siapapun di wajah mereka.
8. Merasa tidak dimengerti
Perasaan sensitif itulah yang akan membuat anak remaja merasa bahwa dirinya sendirian dan tidak ada orang lain yang mengalami hal yang sama dengan dirinya. Ia akan merasa bahwa dirinya tidak dimengerti oleh siapapun khususnya keluarganya. Kepercayaan salah semacam ini bisa menghasilkan perasaan kesepian dan terisolasi. Fokus kepada diri sendiri semacam ini juga bisa menimbulkan dampak pada hubungan dengan keluarga dan teman.
9. Perkembangan berpikir abstrak
Anak yang lebih muda perlu belajar untuk melihat dan menyentuh benda – benda agar dapat diyakinkan bahwa benda tersebut nyata. Pada masa remaja, fakta psikologi remaja yang terjadi dalam perubahan mental pada remaja laki – laki, mereka menjadi mampu berpikir melalui satu masalah dan melihat konsekuensinya dari berbagai sudut pandang dan tindakan. Untuk pertama kalinya, mereka bisa berpikir mengenai apa yang mungkin akan terjadi daripada berpikir mengenai apa yang terjadi.
10. Pembentukan identitas
Perubahan mental pada remaja laki – laki akan memungkinkan remaja untuk mempertimbangkan siapa diri mereka dan mereka akan menjadi sosok yang seperti apa. Proses ini disebut pembentukan identitas dan merupakan aktivitas besar pada masa remaja menjelang kedewasaan. Kebanyakan remaja akan mengeksplorasi rentang identitas yang memungkinkan dalam peranan remaja dalam meningkatkan jati diri. Mereka akan melewati fase yang bagi orang tua merupakan masa tidak akan berakhir, namun bagi remaja yang tidak melewatinya, kemungkinan mengalami masalah psikologis khususnya depresi akan meningkat ketika dewasa.
11. Menyadari peranan dirinya
Seperti orang dewasa yang memiliki lebih banyak pengalaman dan kematangan kognitif namun tetap bisa mengalami pergulatan pada peranan yang berbeda, remaja akan bergulat dengan pengembangan mengenai siapa diri mereka. Remaja akan mulai menyadari bahwa mereka memegang peranan berbeda dengan orang – orang yang berbeda, sebagai anak, teman, teman sekelas, murid, pekerja dan lain sebagainya.
12. Pikiran yang menyamai orang dewasa
Remaja muda mungkin sudah bisa berpikir seperti orang dewasa, akan tetapi masih belum memiliki pemahaman dan pengalaman mengenai apa yang dibutuhkan untuk bertindak seperti orang dewasa. Hasilnya perilaku mereka bisa saja tidak sejalan dengan ide – ide mereka. Untuk itu, orang tua perlu banyak – banyak memberi contoh mengenai bagaimana berperilaku dewasa yang konsisten antara pikiran dan perbuatan, juga menangani pengaruh perkembangan fisik remaja dalam proses belajarnya.
13. Mudah emosi
Perubahan hormon yang berfluktuasi dan kebingungan remaja akan identitas dirinya bisa menyebabkan dirinya menjadi mudah marah dan kurang sabaran. Apabila tahap ini ditangani dengan tepat melalui bantuan orang tua, maka anak akan melaluinya dengan baik dan tidak membawa kemarahannya hingga dewasa. Sebaliknya apabila anak tidak mendapatkan pengarahan yang baik untuk mengatasi faktor perilaku agresif pada remaja, perilaku semacam ini akan mengakar dan terbawa hingga ia menjadi orang dewasa yang pemarah. Pengaruh lingkungan terhadap emosi remaja juga perlu diperhatikan orang tua.
14. Membentuk kelompok teman baru
Sejalan dengan keyakinan baru dan perasaan baru yang dimiliki pada perubahan mental pada remaja laki – laki, biasanya anak laki yang sedang tumbuh akan membentuk lingkaran pertemanan baru. Ini akan menjadi periode untuk eksperimen, petualangan dan kesalahan. Disinilah peran orang tua dalam pembinaan anak remaja untuk menyediakan lingkungan rumah yang stabil, memberikan bantuan dan dukungan ketika dibutuhkan, dan membimbing dengan pikiran yang masuk akal serta memberikan pengharapan melalui perilaku.
Perubahan mental pada remaja laki – laki akan erat kaitannya dengan kerentanan mengalami depresi. Walaupun peran orang tua dalam perkembangan remaja dituntut untuk dapat memberi pendampingan yang tepat dan kesabaran ekstra selama masa – masa naik dan turun ini, mereka juga perlu mewaspadai beberapa sisi gelap dari pubertas. Sisi gelap tersebut adalah depresi dan penyalahgunaan substansi seperti obat – obatan terlarang. Waktu seperti ini bisa menyebabkan anak merasa kewalahan dan tersesat, dan tidak semua anak laki – laki bisa keluar dari tahap ini dengan perasaan bahwa mereka telah tercerahkan. Pubertas bisa menjadi waktu – waktu pertikaian hebat antara orang tua dan anak, namun sebaiknya orang tua tidak mengambil hati karena sang anak hanya sedang mengira – ngira akan jadi siapa kelak ia nantinya.