Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 5 Perubahan Emosi Pada Wanita Menopause yang Sering Terjadi

5 Perubahan Emosi Pada Wanita Menopause yang Sering Terjadi

by Devita Retno

Untuk sebagian wanita, menopause adalah suatu hal yang bisa diterima dengan baik, tetapi untuk yang lain justru dapat memicu berbagai emosi, bahkan depresi. Pada sebagian wanita, menopause bisa dihubungkan dengan berbagai macam emosi baik itu yang positif maupun yang negatif. Penurunan tingkat estrogen yang dihubungkan dengan menopause bisa menyebabkan lebih daripada sekedar hot flashes yang menyebalkan. Hal itu juga bisa menyebabkan wanita merasa bahwa dia berada dalam kondisi Pra Menstrual Syndrome (PMS) yang konstan.

Sayangnya, semua perubahan emosional ini adalah bagian normal dari menopause dan perkembangan psikologi wanita dewasa. Sekitar waktu menopause, sebagian wanita mengalami kegembiraan, kelegaan dan rasa pelepasan karena tidak lagi perlu khawatir akan menstruasi atau menggunakan kontrol kehamilan. Faktanya banyak wanita dilaporkan lebih bahagia setelah menopause daripada sebelumnya. Walau begitu, untuk wanita lain fluktuasi hormon yang intens dan perubahan fisik bisa menyebabkan perubahan mood, kecemasan, mudah tersinggung, perasaan sedih, kesulitan mengingat dan berkonsentrasi, dan bahkan depresi. Wanita memiliki resiko meningkat untuk mengalami gejala depresi setelah mereka memasuki masa menopause bahkan walaupun tidak memiliki sejarah depresi.

Menopause dan Emosi

Perubahan emosi pada wanita menopause tidak dialami oleh semuanya. Kebanyakan wanita melalui menopause tanpa mengalami perubahan mood secara signifikan. Menopause adalah waktu untuk perubahan dan reaksi emosional adalah bagian darinya. Menandai akhir dari salah satu fase mengandung anak bisa menjadi pahit manis bagi banyak wanita dan menyakitkan bagi yang lain. Perubahan pada fisik bisa melahirkan kekhawatiran mengenai penampilan dan image tubuh, sementara juga muncul pertanyaan yang lebih besar mengenai tempatnya dan tujuannya dalam hidup, juga bisa menjadi waktu untuk memperoleh kebijaksanaan dan kepercayaan diri.

Ada banyak fase dalam perjalanan menuju menopause, dimana setiap tahap dari proses memiliki karakteristik dan gejala tertentu. Perimenopause menggambarkan periode ketika tingkat estrogen dalam tubuh mulai menurun. Sebagian wanita akan mulai merasakan gejala seperti mood swings dan hot flashes pada masa ini. Secara teknis, menopause mengambil tempat setelah seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan. Setelah ini ia akan dianggap memasuki tahap post menopause dan banyak wanita merasakan perbedaan dalam emosi mereka. Sejak awal hingga selesai, tahap ini bisa memakan waktu hingga 2 – 10 tahun.

Menurut North American Menopause Society (NAMS) sekitar 23 persen wanita mengalami mood swing sebelum, selama dan setelah menopause. Untuk sebagian wanita khususnya yang mengonsumsi hormon atau yang mengalami pengangkatan rahim, mood swing adalah indikasi pertama bahwa mereka sudah memulai transisi ke masa menopause. Aspek emosional dari perimenopause dan menopause sangat signifikan dan bisa sangat mengganggu sama seperti elemen fisik dari transisi ini. Beberapa dari aspek yang dialami berupa mood swing ketika menopause adalah:

  1. Iritabilitas – Hingga 70 persen wanita mendeskripsikan iritabilitas sebagai masalah emosional utama mereka selama tahap awal dari transisi menopause. Mereka menemukan dirinya menjadi kurang toleran dan lebih mudah terganggu pada hal – hal yang sebelumnya tidak menjadi masalah.
  2. Depresi – Depresi lebih umum dan serius sebagai perubahan emosi pada wanita menopause. Depresi mempengaruhi hingga 1 dari 5 orang wanita ketika mereka mengalami proses menopause. Gangguan konsentrasi pada orang dewasa juga bisa dialami ketika menopause.
  3. Kecemasan – Banyak wanita mengalami ketegangan, kegugupan, khawatir dan serangan panik selama menopause. Beberapa mungkin menemukan kegelisahan mereka menjadi lebih buruk sementara orang lain mungkin merasakannya untuk pertama kali.
  4. Kesedihan – Perubahan emosi pada wanita menopause bisa terjadi berupa episode tangisan dan perasaan sendu. Hal ini cenderung bisa menjadi lebih jelas pada wanita yang mengalami menopause, ketika mereka menemukan dirinya menangis karena kejadian yang boleh jadi sebelumnya tidak terlalu berarti. Walau bagaimanapun, air mata bisa mengurangi stress selagi membuat orang melepaskan perasaan yang tertahan. Ketahui tahapan kesedihan menurut psikologi.
  5. Insomnia – Insomnia merupakan perubahan emosi pada wanita menopause yang berkontribusi pada mood swings, karena mempengaruhi fungsi seseorang sehari – harinya. Sangat umum terjadi selama menopause dan mempengaruhi sekitar 40 – 50 persen wanita.

Selama masa transisi menopause, tingkat hormon estrogen menurun dan menyebabkan perubahan besar di tubuh wanita. Banyak dari perubahan ini memiliki hubungan langsung dengan perubahan emosi pada wanita menopause. Penurunan estrogen diduga mempengaruhi bagaimana tubuh mengatur serotonin dan norepinephrine, dua zat yang terhubung pada depresi. Tingkat rendah estrogen juga dihubungkan pada iritabilitas, kelelahan, stress, mudah lupa, kecemasan dan kesulitan berkonsentrasi. Dampak dari perubahan hormon ini tidak terbatas pada sebab dan akibat langsung dengan depresi, kemarahan dan kecemasan, namun perubahan hormon juga bisa menyebabkan perasaan – perasaan ini menjadi semakin intens. Ketahui juga mengenai perkembangan memori pada manusia, dan pentingnya kecerdasan emosi bagi wanita.

Para peneliti juga menemukan tingkat protein otak monoamine oxidase A (MAO-A) yang lebih tinggi terhubung pada depresi wanita yang memasuki masa perimenopause. Terkadang reaksi yang tebangun pada satu sama lain berbentuk keringat pada malam hari. Ini adalah hot flashes yang terjadi ketika seseorang tertidur. Keringat malam bisa menjadi sangat intens dan membuat seorang wanita terbangun dan tidurnya terganggu. Beberapa malam dari tidur yang terganggu bisa menghasilkan pikiran yang berkabut, iritabilitas, dan beberapa perubahan emosi pada wanita menopause lainnya.

Faktor Resiko

Dua dari faktor resiko yang paling penting untuk perubahan emosi pada wanita menopause yang sulit adalah adanya sejarah sindrom pra menstrual yang parah dan episode depresi sebelumnya atau masalah kesehatan mental signifikan lain. Wanita juga dapat memiliki resiko lebih besar akan masalah emosi selama menopause jika mereka mengalami beberapa situasi berikut ini:

  • Hubungan yang tidak memuaskan dengan orang yang dicintai
  • Mengalami banyak stress dalam hidup mereka baik itu dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi
  • Situasi hidup yang sulit
  • Diagnosis depresi sebelumnya
  • Perasaan negatif terhadap menopause atau pikiran akan penuaan
  • Tidak puas akan pekerjaan, lingkungan hidup atau situasi finansial
  • Memiliki keyakinan diri rendah dan sering merasa cemas.
  • Tidak merasa didukung oleh orang di sekitar
  • Kurang aktivitas fisik dan olahraga
  • Merokok

Wanita yang mengalami proses menopause bisa jadi menemukan dirinya bereaksi pada emosi yang tidak diduga pada kejadian sehari – hari. Yang lain bisa jadi merasa sulit untuk mempertahankan jalan pikirannya, mengingat nama seseorang, atau ingat apa yang sedang dicari atau kapan mereka memasuki sebuah ruangan. Reaksi yang terjadi bisa menjadi lucu, mengesalkan atau sangat mengganggu.

Pengobatan

Perubahan emosi pada wanita menopause mungkin tidak akan semudah diobati seperti penyakit fisik lainnya atau akan mudah didiagnosa langsung, tetapi tetap saja sama menyakitkan, membatasi dan membuat putus asa. Untungnya ada banyak cara pertolongan yang tersedia melalui konseling, pengobatan, atau kombinasi perawatan tersebut. Jika mood swing mempengaruhi kehidupan seseorang, mereka harus mencari konselor untuk kesehatan mental atau mencari referensi dari dokter umum untuk cara mengatasi gangguan emosional pada wanita menopause.

Terapi hormon pernah menjadi terapi yang direkomendasikan secara luas untuk mengatasi gejala perubahan emosi pada wanita menopause, tetapi kemudian ditemukan dapat meningkatkan sejumlah resiko kesehatan. Sekarang terapi hormon masih dianjurkan namun digunakan dengan sangat berhati – hati dan para dokter mempertimbangkan pilihan perawatan lain termasuk perubahan gaya hidup. Hormon bioidentik juga digunakan untuk merawat masalah perubahan emosi pada wanita menopause dan gejalanya. Hormon ini terbuat dari tumbuhan dan tampaknya juga memiliki resiko dan keuntungan yang sama dengan terapi hormon konvensional.

Beberapa jenis antidepresan bisa membantu wanita yang kesulitan dengan hot flashes dan depresi. Banyak wanita yang menemukan bahwa konseling membantu mereka untuk menangani perubahan menopause, bersama dengan masalah lainnya yang mengemuka pada saat itu.

Perubahan Gaya Hidup

Para ahli juga menemukan bahwa olahraga, diet, mendapatkan tidur cukup dan memiliki pertemanan yang suportif bisa membantu wanita dengan aspek emosional pada transisinya ke menopause. Olahraga rutin adalah cara yang bagus untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental, menjadi aktif akan membantu melepaskan stress, memperbaiki mood dan membuatnya mudah untuk melihat masalah dari sudut yang tepat. Diet juga membantu seseorang mengurangi perubahan emosi pada wanita menopause khususnya menu makanan yang kaya akan protein dan asam lemak omega 3.

Sebagian orang juga menemukan bahwa mempraktekkan tai chi, yoga, dan meditasi akan membantu mereka merasa lebih menapak bumi dan membuatnya lebih mudah untuk mengatur stress, iritabilitas dan gejala perubahan emosi pada wanita menopause lainnya. Begitu pula dengan menghindari alkohol, obat penenang dan rokok. Bergabung dengan aktivitas yang bermanfaat juga dapat menumbuhkan perasaan pencapaian yang lebih baik. Tetap terhubung dengan keluarga dan komunitas, memelihara pertemanan juga dapat menjadi cara mengatasi perubahan emosi pada wanita menopause.

Walaupun depresi tidak disebabkan oleh menopause, sebagian wanita memang akan mengalami gejala depresi selama waktu ini. Jika Anda merasa sudah mulai kewalahan menangani tanda – tanda depresi dan tidak lagi bisa menanganinya sendiri, segera temui dokter. Ia mungkin akan merekomendasikan pengobatan atau terapi yang bisa membantu Anda melewati masa – masa yang sulit ini. Sayangnya, dokter juga masih belum memahami bagaimana terjadinya perubahan memori yang terjadi pada masa menopause. Jika Anda juga mengalami masalah pada memori, bicara dan konsultasikan kepada dokter untuk dievaluasi.

You may also like