Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Cinta » 10 Dampak Psikologi Kekerasan Dalam Pacaran

10 Dampak Psikologi Kekerasan Dalam Pacaran

by Khanza Savitra

Mencintai dan dicintai adalah keinginan semua orang. Oleh karena itu untuk mewujudkannya seseroang tidak berhenti untuk mencari belahan jiwanya atau pasangan yang tepat yang dapat menerima mereka, mencintai mereka, dan dapat membahagiakan mereka.

Namun sayangnya tidak semua orang beruntung dapat menemukan pasangan yang tepat. Kadang untuk menemukan seseorang yang tepat kita harus bertemu dulu dengan orang-orang yang salah. Salah satunya adalah mereka yang berani melakukan kekerasan saat pacaran.

Dilansir dari Jurnal Perempuan, kekerasan dalam pacaran menempati urutan kedua setelah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Umumnya mereka yang mengalami kekerasan dalam pacaran tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan kekasih mereka merupakan bentuk kekerasan meskipun bukan secara fisik. Makian, perbuatan kasar seperti menarik tangan hingga memar, sampai bentuk pelecehan verbal bisa dikategorikan sebagai kekerasan dalam pacaran.
Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut 10 dampak psikologi kekerasan dalam pacaran:

1. Turunnya Rasa Percaya Diri

Dampak psikologi kekerasan dalam pacaran yang paling mudah disadari adalah adanya perubahan psikologi. Umumnya perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran memiliki rasa percaya diri yang rendah. Hal ini dikarenakan sebelum melakukan kekerasan fisik, kekerasan dalam pacaran dimulai dari verbal atau penindasan terhadap perempuan sehingga membuat si perempuan merasa bersalah dan tidak lagi berharga.

Akibat dari rasa percaya diri yang rendah membuat kekerasan verbal dalam pacaran dapat berlanjut ke tahap yang lebih serius seperti kekerasa fisik. Anehnya hal ini justru membuat si perempuan semakin tidak bisa melepaskan diri karena merasa takut dan meyakini apa yang dilakukan si pria merupakan bentuk dari rasa sayang mereka.

2. Kesehatan Menurun

Selanjutnya dampak psikologi kekerasan dalam pacaran adalah menurunnya kesehatan perempuan. Perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran cenderung memiliki tekanan sehingga berpengaruh pada kesehatan mereka.
Beberapa penyakit yang lumrah terjadi akibat tekanan adalah sakit kepala, badan yang tidak fit, gangguan pencernaan, sampai stres yang dapat menurunkan nafsu makan.

3. Sering Hilang Konsentrasi

Pernah enggak sih kamu menemukan temen kamu yang tiba-tiba aja ngelamun ditengah-tengah obrolan dan hilang konsentrasi? Kalau iya bisa saja sebenarnya ia sedang ada masalah dan berusaha menutupinya darimu dan teman-teman lainnya.
Salah satu masalah yang bisa saja menimpa temanmu ini adalah kekerasan dalam pacaran. Tanpa kamu tahu mungkin saja si pacarnya memperlakukan temanmu dengan tidak baik. Jika kamu melihat tanda-tandanya coba ajak bicara temanmu itu dari hati ke hati secara perlahan.

4. Terlihat Murung di Berbagai Kesempatan

Tidak bisa dipungkiri meskipun perempuan adalah makhluk yang pandai menyembunyikan perasaan mereka namun ada kalanya mereka tidak bisa menyembunyikannya dari teman-teman perempuannya. Terlebih jika sebelumnya ia adalah orang yang ceria. Perubahan mood orang yang ceria dapat dengan mudah dideteksi sebagai suatu masalah yang tidak biasanya.

5. Menarik Diri Dari Pergaulan

Dampak psikologi kekerasan dalam pacaran selanjutnya adalah rasa minder sehingga adanya keinginan menarik diri dari pergaulan. Seseorang yang mengalami kekerasan cenderung tidak ingin memperlihatkan masalahnya di depan orang lain. Oleh karena itu menarik diri dari lingkungan adalah cara yang dianggap tepat untuk menghindari berbagai pertanyaan.

6. Luka-luka Tanpa Sebab yang Jelas

Tidak hanya kekerasan verbal seperti makian, umpatan, hingga pelecehan dalam bentuk bahasa, kekerasan dalam pacaran juga bisa berupa kekerasan fisik yang mengakibatkan luka bagi korban.
Bentuk kekerasan fisik di sini bisa bermacam-macam, tamparan. paksaan, hingga yang lebih ekstrem dalam bentuk pemukulan bisa disebut sebagai kekerasan fisik yang sebenarnya dapat dikategorikan tindak penganiayaan.

7. Serba Tertutup

Melanjuti poin sebelumnya, tidak mudah bagi korban kekerasan dalam pacaran untuk terbuka mengenai apa yang dilakukan pasangannya. Terlebih jika itu menyangkut kekerasan fisik.

Oleh karena itu korban kekerasan dalam pacaran yang memiliki luka di fisik biasanya akan menutupi luka-luka mereka dengan pakaian yang panjang atau makeup yang tebal. Mereka juga cenderung menyembunyikan penyebab luka dalam diri mereka.

8. Tidak Mau Menceritakan Hubungan Asmaranya

Jika kebanyakan perempuan senang menceritakan kisah asmara yang mereka jalani, korban kekerasan dalam pacaran justru sangat meghindari topik ini. Karena tidak ingin dianggap lemah dan dihakimi, korban kekerasan dalam pacaran cenderung menyembunyikan masalah dalam hubunga mereka dan merekayasa hubungan mereka agar terlihat wajar bahkan membuat orang-orang iri.

9. Emosi yang Tidak Stabil

Akibat adanya kekerasan baik secara fisik maupu psikis cepat atau lambat dapat memengaruhi emosi dari korban kekerasan dalam pacaran. Emosi yang tidak stabil ini bisa dilihat dari mudahnya seseorang marah, menangis, hingga terlihat frustasi.

Biasanya korban yang labil dikarenakan sulitnya diri mereka untuk membuka diri dan membagi beban hidup mereka kepada orang lain. Hal ini bisa terjadi karena adanya stigma bahwa kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran merupakan suatu aib yang harus disembunyikan.

10. Tidak Bisa Mengambil Keputusan

Meskipun menjadi korban kekerasan dalam pacaran, namun banyak perempuan yang memilih tetap bertahan pada hubungannya. Hal ini biasanya didasari pada pemahama bahwa apa yang dilakukan kekasihnya adalah murni sebagai bentuk ungkapan cinta dan bimbingan ke arah yang lebih baik. Padahal itu jauh berbeda dengan apa yang dinamakan kasih sayang.

Baca juga:

You may also like