Begitu banyak perilaku yang tidak menyenangkan atau dianggap tidak sesuai terjadi di masyarakat sehingga dalam psikologi dibutuhkan adalah pendekatan dalam modifikasi perilaku.
Modifikasi perilaku itu sendiri adalah segala usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku individu tertentu. menurut Bootzin (1975), modifikasi berilaku adalah usaha untuk menerapkan proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia.
Sementara itu, beberapa behaviorist memiliki definisi sendiri terkait modifikasi perilaku. Seperti Powers & Osbon (1976) yang membatasi modifikasi perilaku sebagai pengaplikasian sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk mendapatkan perubahan perilaku sosial tertentu, atau Eysenk dalam Soetarlinah Soekadji (1983) yang menyatakan bahwa modifikasi perilaku adalah usaha untuk mengubah perilaku serta emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan hukum teori modern proses belajar.
Namun, secara umum definisi dari modifikasi perilaku melibatkan penerapan teori dan hukum belajar. Mereka berpendapat bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan Teknik kondisioning yang ketat, termasuk pencatatan objektif tentang respon, konsekuensi dan stimulus.
Dengan modifikasi perilaku diharapkan kita bisa fokus pada perubahan perilaku, alih-alih memahami mengapa atau bagaimana perilaku tersebut bisa terjadi. Ada beberapa metode atau pendekatan yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut:
- Positive reinforcement
Pendekatan yang pertama adalah positive reinforcement. Pendekatan ini akan memasangkan stimulus positif dengan perilaku. Teknik ini sangat umum dilakukan dengan memperkuat perilaku menggunakan system reward. Sebagai contohnya adalah ketika guru memberi reward untuk muridnya ketika mereka mendapat nilai yang bagus menggunakan stiker tertentu. Pendekatan ini juga sangat umum digunakan dalam terapi perilaku.
Misalnya ketika terapis membuat sebuah perjanjian dengan klien tentang ketentuan-ketentuan reward selama menjalani terapi.
- Negative reinforcement
Berkebalikan dengan poin sebelumnya tentang positive reinforcement, pendekatan yang kedua adalah negative reinforcement. Pendekatan ini adalah pasangan antara perilaku tertentu dengan penghilangan stimulus yang negatif. Metode ini akan memberi ‘latihan’ terhadap subjek perilaku menggunakan penguat yang sifatnya negatif. Dengan penguat negatif ini, perilaku akan dicoba untuk dihilangkan.
Salah satu contoh dari negative reinforcement adalah penerapan tindakan pendisiplinan oleh supervisor untuk membuat para karyawan memastikan pekerjaannya sesuai dengan target. Dalam hal ini, tindakan pendisiplinan adalah penguat negatif dan menyelesaikan pekerjaan sesuai target adalah perilaku yang diharapkan.
- Punishment
Punishment atau hukuman mungkin merupakan pendekatan yang paling umum dalam modifikasi perilaku. Hukuman biasanya dibuat bukan untuk menghilangkan perilaku tertentu, melainkan untuk memperlemahnya dengan memasangkan stimulus yang kurang menyenangkan terhadap perilaku tersebut. (Baca juga: Macam Pola Asuh Anak menurut Psikologi)
Contoh yang paling mudah pendekatan ini adalah dengan memberi anak detensi tidak boleh menonton televisi ketika mereka tidak mematuhi guru atau orang tuanya.
Tidak diizinkan menonton televisi adalah hukuman yang tidak menyenangkan bagi anak, meskipun hal ini tidak menutup kemungkinan anak kembali tidak patuh di kemudian hari.
- Flooding
Biasanya ketika seseorang memiliki ketakutan atau fobia terhadap sesuatu, dia akan menunjukkan perilaku menghindar dan menjauhinya. Hal ini bisa jadi mengganggu karena tidak setiap saat kita bisa menghindari objek fobia sehingga mengubah perilaku ‘menghindar’ ini perlu diatasi.
Salah satu pendekatan dalam psikologi untuk hal ini adalah dengan flooding. (Baca juga: Cara Mengatasi Fobia Ketinggian (Acrophobia)
Dengan flooding, terapis akan mengekspos subjek atau klien dengan objek yang ditakuti dengan intens. Subjek akan ‘dipaksa’ untuk menghadapi ketakutannya sehingga diharapkan subjek tersebut bisa berubah perilakunya terhadap benda yang ditakutinya.
- Systematic decensitization
Jika pendekatan sebelumnya seakan terlalu keras dalam menyembuhkan fobia, pendekatan dalam modifikasi perilaku yang satu ini terlihat lebih ‘halus’ untuk bisa mengubah perilaku seseorang. Pendekatan ini disebut systematic decentization, yaitu mencoba untuk mengekspos subjek dengan benda yang ditakuti secara perlahan.
Pendekatan ini biasa digunakan untuk mengatasi fobia dan melatih klien untuk tetap tenang selama menghadapi fobianya.
Baca juga:
Misalnya, ketika seseorang merasa takut terhadap jembatan. Dia akan secara perlahan dihadapkan dengan ketakutannya melalui tahapan-tahapan. Dia akan diperlihatkan foto jembatan terlebih dahulu. setelah dia berhasil mengatasi foto, dia akan diminta untuk membayangkan dirinya berdiri di atas jembatan, hingga pada akhirnya dia akan berjalan di atas jembatan sungguhan.
- Aversion therapy
Aversion therapy adalah pasangan dari stimulus yang tidak menyenangkan dengan perilaku yang tidak diinginkan dengan tujuan menghilangkan perilaku tersebut. Contohnya, ketika seseorang memiliki kebiasaan menggigit kuku, dia akan diminta untuk mengoleskan cairan bening yang pahit di atas kukunya untuk menghilangkan kebiasaannya menggigit kuku. Cairan bening yang dioleskan ini membantu orang tersebut menghentikan kebiasaan buruk menggigit kuku.
- Extinction
Pendekatan yang selanjutnya adalah extinction, yaitu pendekatan yang menghilangkan semua penguat yang berhubungan dengan perilaku tertentu. pendekatan ini sangat efekif terutama jika diterapkan pada anak-anak.
Dalam modifikasi perilaku, extinction akan menghilangkan dorongan atas perilaku buruk dengan menghilangkan reward untuk perilaku tersebut. Misalnya, ketika seorang anak berperilaku buruk, dia akan dipisahkan dari kelompok. Teknik ini akan menghilangkan reward yang dia harapkan berupa perhatian orang tua.
- Shaping
Shaping adalah paradigmakondisioning yang digunakan terutama pada analisis eksperimen perilaku. Metode yang digunakan adalah penguat diferensial dari pendekatan yang berurutan. Metode ini diperkenalkan oleh B.F. Skinner menggunakan burung merpati, yang kemudian mulai dicoba juga pada anjing, lumba-lumba, manusia dan spesies lainnya.
Baca juga:
Dalam shaping, bentuk dari respon yang sudah ada akan berubah sedikit demi sedikit melalui percobaan yang berturut-turut hingga menjadi respon atau perilaku yang diharapkan dengan memberi reward untuk jenis perilaku tertentu. Pendekatan shaping ini juga dapat terlihat dalam teknik mengajar yang terbukti efektif untuk murid dengan menggunakan video modelling berupa rekaman yang berurutan sebagai contoh perilaku.
Cara ini juga bisa digunakan oleh para terapis untuk membantu perolehan respon baik secara verbal maupun motorik.
- Fading
Tujuan dari modifikasi perilaku pada akhirnya untuk seorang individu tidak lagi membutuhkan dorongan untuk berperilaku tertentu. Ketika seorang individu telah menguasai keahlian dalam level dorongan tertentu, dorongan tersebut akan menghilang dan tidak menjadi terlalu ‘mengganggu’.
Hal ini akan memastikan individu tersebut tidak lagi terlalu bergantung pada dorongan tertentu saal mempelajari perilaku atau keahlian yang baru.
- Chaining
Keahlian yang harus dipelajari terbagi menjadi beberapa unit kecil untuk membuatnya lebih mudah dipelajari. Contohnya, ketika seorang anak belajar membiasakan diri untuk menggosok giginya sendiri, maka pengajaran bisa diawali dengan belajar membuka tutup pasta gigi.
Ketika dia telah berhasil mempelajarinya, dia akan belajar menekan tabung pasta gigi untuk mengeluarkan pasta gigi secukupnya. Hal ini terus berlanjut hingga pada akhirnya dia terbiasa menyikat giginya sendiri.
Demikian 10 pendekatan dalam modifikasi perilaku yang bisa kita pelajari. Dengan mengetahui pendekatan-pendekatan ini, kita bisa menerapkannya ke keluarga ataupun orang-orang sekitar untuk membentu perilaku baik yang diinginkan. Semoga bermanfaat!