Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » Bentuk Kekerasan Psikis Pada Anak yang Harus dihindari

Bentuk Kekerasan Psikis Pada Anak yang Harus dihindari

by Raehatul Jannah

Kekerasan terhadap anak nyatanya bukan hanya terjadi atau terlihat dari fisiknya saja, melainkan juga tindak penganiayaan emosional, atau bahkan pengabaian yang terjadi terhadap anak. Kekerasan umumnya ditujukan kepada kelompok yang dianggap lemah dan anak merupakan salah satu kelompok yang rentan mendapatkan perilaku kekerasan disekitar.

Dari 4 macam kekerasan pada anak seperti Kekerasan fisik, kekerasan psikis/emosi, kekerasan seksual, dan kekerasan sosial (penelantaran), yang bentuknya terlihat samar dan jarang ditengok atau diperbincangkan adalah kekerasan psikis.

Kekerasan psikis adalah suatu kondisi dimana anak mengalami perasaan yang tidak aman dan nyaman dalam kehidupan sehari-harinya.

Di sekitar kita, saya yakin bahwa kekerasan psikis pada seseorang atau anak pasti banyak terjadi. Hanya saja kebanyakan dari orang disekeliling mereka lebih memilih menutup mata karena berpikir bahwa itu semua hanya candaan yang saling dilemparkan oleh seorang anak satu dengan yang lain. Tindakan seperti ini sebenarnya tidak mengherankan, sebab kekerasan psikis tidak terlihat jelas seperti kekerasan fisik—misalnya memukul—yang langsung menjadi bahan tontonan. Jadi wajar saja kalau kekerasan psikis disekitar lingkungan tempat tinggal kita terlihat samar dan terabaikan. Karena kekerasan psikis ini tidak mudah dikenali akibat apa yang dirasakan korban tidak nampak jelas bagi orang lain.

Meskipun dampak dari kekerasan psikis ini tidak terlihat secara langsung, tetapi tetap saja hal itu akan mempengaruhi kepribadian anak dalam jangka panjang. Yang mengakibatkan proses pemulihan dari dampak tersebut tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Menurut Sinclair, dalam bukunya yang berjudul Domestic Psichologycal Violence: Voice of Youth(2008) ia mengklasifikasikan bahwa kekerasan psikis pada anak usia dini terbagi menjadi 6 bagian, yaitu;

1. Ancaman dan teror

Jenis ini tidak serumit dan semengerikan ancaman dan teror seperti teroris pada suatu negara. Sebenarnya lebih sederhana dari itu, kalimat ancaman dan teror mungkin secara tidak sadar sudah dilontarkan oleh orang tua kepada anaknya. Seperti jika ada sesuatu atau ketika anak tidak menurut dengan apa yang diperintah orang tua, biasanya orang tua sering mengancam anak mereka seperti, “Kalau gak nurut sama Mama, uang jajan kamu dipotong” atau “Nurut apa kata Ayah, atau kamu akan dihukum!”

Hal-hal seperti itu sebenarnya sudah termasuk kedalam ancaman dan teror yang mungkin tidak disadari para orang tua. Dengan cara orang tua menekan anaknya dengan ancaman yang seperti itu anak anak merasa takut dan terancam. Walaupun mungkin ucapan yang dilontarkan oleh orang tua kesannya biasa saja dan tidak kasar, tapi tetap saja jika dikatakan terus-menerus hal itu malah akan membuat anak tidak percaya diri dan selalu merasa ragu akan mengambil keputusan dalam hidupnya sendiri.

2. Lisan atau ucapan

Kekerasan psikis dalam bentuk verbal ini sudah sering terjadi di berbagai kalangan, mau itu anak-anak, remaja, dewasa, atau bahkan orang tua. Bentuk kekerasan psikis ini antara lain; dihina, dicaci maki, diejek, dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dan lain-lain.

Hal itu tentu akan menyakiti hati mereka dan berakhir akan mempengaruhi kondisi psikis dan kepribadian mereka yang akan terganggu.

3. Emosi

Kekerasan emosi adalah kekerasan yang dapat terlihat karena kekerasan emosi ini biasanya berbentuk seperti bentakan, kata-kata kasar yang dilontarkan, tidak memberikan anak kasih sayang yang cukup dan sulitnya menahan emosi. Kemudian dampaknya akan terlihat pada terganggunya psikis atau mental anak, dan juga tingkah lakunya yang menjadi sering murung, selalu merasa resah, menyendiri, sulit mengontrol emosi dan mungkin akan membuat anak menjadi nakal atau agresif terhadap anak yang lain.

4. Kontrol

Biasanya, kekerasan jenis ini dilakukan oleh mereka—para orang tua— yang memiliki pola pengasuhan otoriter. Orang tua akan mengatur segala kebutuhan dan kehidupan sang anak tanpa memedulikan pendapat dan tanggapan mereka mengenai kehidupannya.

Biasanya mereka akan membatasi atau bahkan melarang keinginan sang anak, mengganti kesenangan dan apa yang diinginkan anak dengan keinginan orang tua, dan mengambil waktu kesenangan bermain mereka dengan kegiatan yang telah diatur oleh orang tua. Jenis pengasuhan ini tentu saja memiliki banyak dampak negatif terhadap anak jika pola pengasuhannya terlalu berlebihan dan menekan.

5. Pemaksaan

Jenis kekerasan ini biasanya seseorang memaksakan anak dengan menyuruh mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan anak atau dipaksa melakukan suatu tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh anak seperti misalnya memaksa mereka mengemis, atau bahkan yang lebih parah memaksa mereka melakukan hubungan seksual atau hanya sekadar menunjukkannya hanya untuk memuaskan nafsu seksualnya. Hal ini tentu saja amat sangat tidak baik dalam perkembangan psikis anak. Karena mereka akan ketakutan, trauma, dan mengalami mimpi atau kenangan yang buruk atas sesuatu yang memang bertengangan dengan kehendak anak.

6. Penyalahgunaan dan pengabaian

Kekerasan psikis jenis ini juga tak jarang sering dilakukan oleh para orang tua terhadap anaknya. Mereka sering mendiskriminasi dan membeda-bedakan anak nya dengan saudaranya, atau membandingkan anaknya dengan anak orang lain, Menyalahgunakan kepercayaan anak untuk kepentingan orang tua, orang tua juga terkadang selalu merasa bahwa apa yang telah mereka putuskan untuk anak mereka adalah yang terbaik dan tidak ada itikad untuk bertanya dulu kepada anak mengenai masa depannya. Tak jarang orang tua terlalu abai dalam mendengarkan anaknya ketika sedang bercerita, abai dalam mengurus dan mendidik mereka dengan baik.

Itulah tadi pembahasan mengenai pengertian dari kekerasan psikis dan contoh pembagiannya. Mungkin ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kekerasan terhadap anak, dan salah satunya adalah lingkungan dimana anak tersebut tinggal dan menetap. Lingkungan rumah dan sekolah adalah tempat yang menarik dan bisa menjadi sumber utama terjadinya kekerasan, karena anak lebih banyak berinteraksi dengan oangtuanya atau pengasuh ataupun guru. Dan sebagaimana yang sudah saya jelaskan bahwa kekerasan psikis itu sifatnya samar dan tidak mudah terdeteksi seperti kekerasan fisik, ada baiknya Anda sebagai orang tua harus lebih mengawasi dan memperhatikan lagi tingkah laku dan emosional sang anak, karena anak yang sudah mulai terserang psikisnya biasanya lebih menutup diri pada orang lain. Juga ada baiknya Anda memilih pola pengasuhan yang tepat sesuai karakter dari anak Anda.

You may also like