Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 10 Peran Orang Tua dalam Pengendalian Sosial

10 Peran Orang Tua dalam Pengendalian Sosial

by Arby Suharyanto

Dear sobat, pernahkah mendengar mengenai pengendalian sosial? mungkin pernah tapi belum memahami maknanya ya sobat, Menurut Bruce J. Cohen, Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu.

Sedangkan menurut Horton, Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat. Sekarang sudah jelas ya sobat apa itu pengendalian sosial yakni berhubungan dengan perilaku dan masyarakat.

Nah sobat, tiap orang tentu memiliki respon masing masing terhadap apa yang ada di masayarakat, ada yang sekedar mengikuti, memberi inovasi, atau bahkan menentang. Semua itu berdasarkan pandangan pribadi, hal ini ternyata dipengaruhi orang tua loh sobat, apa saja? yuk simak selengkapnya berikut, 10 Peran Orang Tua dalam Pengendalian Sosial.

1. Menyadarkan Makna Pengendalian Sosial

Orang tua menyadarkan bahwa cara pengendalian diri tidak semata mata terdiri dari paksaan, hukum, dsb namun jauh lebih luas, meliputi segala proses, baik yang direncanakan atau tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa untuk mematuhi kaidah  dan nilai sosial yang berlaku sehingga ketika sudah memahami dengan detail mengikuti dan menjalani dengan baik. (Baca juga mengenai contoh psikologi proyeksi).

2. Mencegah Kekeliruan

Peran pengendalian yang dilakukan orang tua terhadap anggota keluarganya dapat dilihat dari usaha melakukan pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada keserasian antara kepastian dan keadilan. Adapun usaha misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal. Dengan secara pelan memberikan penjatuhan sanksi bagi yang melanggar atau menyimpang dari kaidah yang berlaku. (Baca juga mengenai tujuan hidup manusia).

3. Tidak Memaksa atau Menggunakan Kekerasan

Proses pengendalian sosial yang dilakukan orang tua dapat dilakukan dengan cara yang halus sebab orang tua mengerti karakter dari keluarganya sehingga tidak memaksa atau menggunakan kekerasan. Penggunaan cara tersebut bergantung kepada siapa pengendalian sosial tersebut dilakukan atau dalam keadaan bagaimana. Dalam suatu keluarga yang kelihatannya tenteram dan damai, cara halus lebih tepat dilakukan. (Baca juga mengenai peran etika dalam pergaulan remaja).

Karena dalam keluarga yang tenteram dan damai, nilai-nilai dan kaidah-kaidah itu telah melembaga pada setiap individu. Meskipun demikian, betapa pun tenteram dan damainya suatu keluarga, pasti akan dijumpai anggota-anggota yang melakukan tindakan penyimpangan. Terhadap mereka kadang diperlukan paksaan agar tidak merusak ketentraman yang telah ada. (Baca juga mengenai mengatasi gangguan mood).

4. Memaksa tanpa Menyakiti

Paksaan dapat dilakukan pada suatu keluarga yang hendak melakukan perbahan aturan karena di dalam keadaan seperti itu, pengendalian sosial berfungsi untuk membentuk kaidah  lama yang telah goyah. Namun, cara  paksaan pun memiliki batas dan tidak selalu dapat diterapkan,

karena biasanya kekerasan atau paksaan akan melahirkan reaksi negatif yang akan mencari kesempatan dan menunggu pemberontakan, dalam hal ini orang tua, dalam keadaan lengah. (Baca juga mengenai tips mahasiswa psikologi).

5. Menyadarkan Ketaatan

Di samping cara tersebut, ada juga teknik pengendalian sosial seperti compulsion dan pervarasion. Compulsion yaitu menciptakan kondisi sedemikian rupa agar seseorang taat atau mengubah sikapnya sehingga melahirkan kepatuhan secara tidak langsung.

Adapun pervasion adalah melakukan pengulangan penyampaian norma dan kaidah agar masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian, orang yang bersangkutan akan mengubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang ulang penyampaiannya itu.

6. Wujud yang Dilakukan

Wujud dari pengendalian sosial itu dalam keluarga dapat berupa terapi atau konsiliasi, sedangkan dalam masyarakat ditambah dengan pemidanan dan konpensas. Terapi dan konsiliasi sifatnya remidial, artinya bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula, yakni sebelum terjadinya perkara atau sengketa. Disini, tidak ada yang kalah dan yang menang, tetapi menghilangkan keadaan yang tidak menyenangkan bagi  para pihak.

Dengan demikian, standar pada terapi dan konsiliasi adalah normalitas dan keserasian atau harmoni. Pada terapi, korban mengambik inisiatif untuk memperbaiki dirinya dengan bantuan pihak tertentu. Misalnya, pada kasus obat bius dan sikorban kemudian sadar dengan sendirinya. Pada konsiliasi, masing-masing pihak yang bersengketa mencari upaya untuk menyelesaikannya, baik secara kompromistis ataupun dengan mengundang pihak ketiga.

Dengan demikian, peran orang tua dalam sosialisasi adalah sebagai agent of social control. Dalam sebuah keluarga, pengendalian sosial itu dapat dilakukan dengan beberapa tahap, mulai dari yang lunak, misalnya nasiahat-nasihat sampai dengan yang lebih keras dengan menggunakan hukuman. Pengendalian sosial dan bagaimana mewujudkan pengendalian sosial.

7. Memenuhi Kebutuhan Keluarga

Merupakan fungsi keluarga yang disadari oleh masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini keluarga mempunya fungsi untuk memenuhi kebutuhan angggotanya, seperti kebutuhan biologis secara sah, memenuhi kebutuhan rohani khususnya perasaan kasih sayang, damai, cinta, aman, tentram ,dan bahagia.

8. Membatasi Hal yang Tidak Seharusnya

Memberikan pedoman pada anggota keluarga lainnya, bagaiman mereka harus bersikap dan bertingkah laku. Serta memberikan pegangan kepada anggota keluarga untuk mengadakan sistem pengendalian social.  Misalnya, dalam keluarga orang tua harus mendidik anak,sementara anak di harapkan menghormati dan membela nama baik keluarganya. Orang tua berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya.

9. Kewajiban Orang Tua

Orang tua mempunyai kewajiban ekonomi seluruh keluarganya.  Ibu sebagai sekretaris suami di dalam keluarga harus mampu mengolah keuangan sehingga kebutuhan dalam rumah tangganya dapat dicukupi dan tidak menyebabkan masalah keluarga yang berdampak pada pelanggaran pengendalian sosial

10. Mengawasi dan Melindungi

Setiap anggota keluarga pada dasarnya saling melakukan pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga. Sekaligus memberikan perlindungan yang sangat diperlukan keluarga terutma anak, sehigngga anak akan merasa aman hidup di tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari berbagai ancaman fisik mapun mental yang datang dari dalam keluarga maupun dari luar keluarganya.

Mengawasi dan melindungi ini akan memberikan kebaikan pada seluruh anggota keluarga sehingga dalam keluarga tersebut tidak ada yang melakukan kesalahan berhubungan dengan pengendalian sosial dan keluarga dalam keadaan damai hubungannya dengan keluarga itu sendiri maupun dengan masyarakat sehingga ketenangan jiwa dan kasih sayang dapat tercapai dan pengendalian sosial berjalan dengan sangat baik.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Terima Kasih.

You may also like