Biopsikologi adalah sebuah penerapan dari ilmu biologi dan psikologi yang mempelajari tentang perilaku manusia dan terpusat pada fungsi otak. Dengan mempelajari biopsikologi, anda juga dapat memahami secara komprehensif masalah individu yang berkaitan erat dengan biologi dan psikologi mereka.
Konsep biopsikologi itu sendiri, sifat atau karakter dan perilaku individu tergantung pada faktor genetik asalnya. Berdasarkan konsep biopsikologi tersebut, kita dapat memahami tentang proses perkembangan manusia. Dimana proses perkembangan manusia itu terdiri dari dua aspek, yaitu proses pertumbuhan dan proses belajar.
Tahapan biopsikologi
Proses pertumbuhan merupakan proses perubahan fisik dimana manusia menjadi lebih besar dan tinggi, yang terjadi sejak manusia masih dalam kandungan sang ibu hingga mencapai usia dewasa. Selain perubahan fisik, sel-sel otak seseorang juga mengalami perubahan yang mempengaruhi tingkat kemampuan berpikir atau cara berpikirnya.
Sedangkan proses belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh perubahan perilaku yang berupa, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh karena itu, proses pembelajaran juga mempengaruhi perkembangan watak atau kepribadian dan cara pikir seseorang. Dengan demikian, proses pertumbuhan seseorang juga harus diimbangi dengan pengalaman yang diperolehnya selama menuntut ilmu.
Adapun tahapan perkembangan manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Masa pembentukan manusia
Pada masa ini, manusia berasal dari bertemunya sel telur dengan sperma yang berubah menjadi embrio dan janin. Janin ini lah yang menjadi cikal bakal manusia berukuran kecil (bayi). Masa pembentukan ini berlangsung di dalam perut atau rahim sang ibu selama 9 bulan. Saat menginjak 9 bulan sang anak lahir ke dunia.
2. Masa kecil
Inilah awal kehidupan manusia, yang diawali dengan lahirnya manusia. Saat itu orang benar-benar tidak berdaya dan harus bergantung pada orang lain, terutama ibu mereka. Butuh waktu yang sangat lama bagi bayi untuk keluar dengan sendirinya. Pada masa ini, fakta kepribadian anak usia 4 tahun sangat signifikan dan penting berkaitan dengan peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini.
Pengaruh orang tua dan lingkungan tidak berakhir pada masa kanak-kanak, tetapi terkadang berlanjut sepanjang hidup, terutama pengaruh pengalaman yang menegangkan, menakutkan, dan berbahaya. Pada usia 2-4 tahun, anak mulai melihat kemampuan tertentu dalam dirinya, dan sikapnya terhadap orang lain juga berubah. Di satu sisi mereka membutuhkan orang tua, di sisi lain ego mulai tumbuh dan mereka mau menuruti kemauannya.
Periode ini disebut Negativisme fase pertama sedangkan fase kedua negativisme datang pada usia 5-6 tahun, saat anak mulai mengenal lingkungan lebih luas. Negativisme fase kedua ditandai dengan tantrum yaitu bertindak gila-gilaan, menangis, berteriak, menyerang dan melukai diri sendiri ketika keinginan tidak terpenuhi.
Penting juga bagi anak-anak untuk mengembangkan kontak sosial di luar rumah, seperti hubungan dengan teman sebaya di luar sekolah, di mana rasa malu mereka berangsur-angsur hilang. Anak menjadi lebih berani dan belajar hidup di lingkungan di mana mereka menjadi pusat perhatian.
Dia harus cukup berani untuk membela haknya atau dia harus mengakui hak orang lain. Ia juga dituntut untuk bekerja sama dengan orang lain, perilakunya akan diatur oleh norma.
3. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi ketika individu dihadapkan pada situasi yang membingungkan, di satu sisi ia masih anak-anak, namun di sisi lain ia harus bersikap dewasa. Ini sering mengarah pada perilaku aneh dan memalukan dan jika dibiarkan, dapat berubah menjadi kriminal.
Mencoba mencari jati dirinya sendiri, seorang remaja sering bentrok dengan orang tuanya karena sudah memiliki pendapat sendiri, tujuan sendiri dan nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Itulah sebabnya masa remaja disebut sebagai periode negatif ketiga.
Masalah lain yang menimpa kaum muda kebanyakan adalah kematangan seksual dalam arti organ reproduksinya mampu berfungsi untuk perkembangan keturunan. Perubahan sekunder menyusul, tubuh tumbuh lebih tinggi dan lebih cepat, rambut kemaluan mulai tumbuh.
Pada pria, suara mengembang, jakun muncul dan otot mulai tumbuh. Pada wanita, dada dan panggul membesar. Perkembangan yang cepat juga membutuhkan adaptasi perilaku yang cepat, tetapi biasanya perubahan perilaku tidak secepat pertumbuhan.
Masalah muncul ketika aktivitas seksual matang, dimana ada hasrat dan keinginan untuk kepuasan seksual, namun budaya tidak memperbolehkan seks di luar nikah. Pernikahan memiliki persyaratan tinggi yang dapat dipenuhi setelah pubertas. Hal ini menyebabkan remaja mencari kepuasan dengan berfantasi, membaca buku atau menonton film porno.
Saat menghadapi remaja, orang tua harus bijak memberikan parenting tentang cara mendidik anak agar mandiri sejak usia dini untuk melepaskan kendali secara bertahap agar anak bisa benar-benar mandiri saat tumbuh dewasa kelak. Jika orang tua mempertahankan otoritasnya, bahkan ketika anak sudah dewasa, anak masih bergantung pada orang tua dan tidak pernah menjadi dewasa sepenuhnya.
Menurut Stolz, perkembangan pada masa remaja terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu; Pubertas terjadi satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sebenarnya. Adapun ciri-ciri pubertas pada remaja laki-laki dan perempuan diantaranya adalah berat badan anak bertambah, pertumbuhan tinggi badan melambat sementara.
Pubertas atau pubertas berlangsung selama 2,5-3,5 tahun. Perubahannya sangat nyata dan cepat, karena anak perempuan memasuki masa ini lebih cepat daripada anak laki-laki. Lonjakan pertumbuhan setelah pubertas sudah berakhir, meski masih ada perubahan di beberapa bagian tubuh. Akhir pubertas, perkembangan berlanjut hingga tanda-tanda kedewasaan.
4. Masa Dewasa
Setiap perkembangan selalu memiliki masalah, seperti halnya masa dewasa. Memasuki dunia kedewasaan, seorang pria harus mempersiapkan hidup dan menghidupi keluarganya. Untuk mencari nafkah dan membangun karier, dia harus mulai bekerja. Demikian pula perempuan yang harus mempersiapkan pernikahan harus memenuhi peran sebagai istri dan ibu.
Secara umum, peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial berbeda. Laki-laki mencari nafkah, agresif dan dominan, sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, pasif dan penurut. Perilaku mereka berbeda, laki-laki lebih kejam daripada perempuan.
Perbedaan tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor biologis, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor budaya. Tergantung pada kondisi budaya dan lingkungan serta dasar-dasar perilaku biologis orang-orang tertentu, baik pria maupun wanita, memiliki gejala spesifik saat mereka mencapai atau melebihi usia 40 tahun.
Beberapa pria mendapatkan kembali gejala seperti perilaku remaja (pemeliharaan bahagia, jatuh cinta lagi, lekas marah, emosional). Orang menyebutnya pubertas kedua. Pada wanita tampak tertekan (grumpy), mudah tersinggung dan biasanya disertai dengan kecemasan/kekhawatiran akan kehilangan cinta suami dan anak-anak yang semakin dewasa dan identitas kewanitaan (menopause).
Contoh kasus biopsikologi
Sejak kecil, A, 25 tahun, TB 153 cm, berat 72 kg, mengalami obesitas. Baru-baru ini, A mengalami kesulitan dengan kondisi fisiknya karena dia aktif dan terkadang kesulitan bernapas, suka dibully dan banyak yang mempermalukan tubuhnya. Selain itu, A merasa khawatir karena hingga saat ini belum memiliki pasangan hidup.
A merasa bahwa tubuhnya yang gemuk adalah salah satu faktor penyebabnya. A mengaku sangat menyukai gorengan dan banyak es krim hampir setiap hari. A menggunakan berbagai obat pelangsing tetapi tidak mencapai hasil yang memuaskan dan A sering pingsan karena meminum obat tersebut.
Hal tersebut membuatnya depresi dan A kini menjadi pribadi yang cenderung kurang percaya diri dan mentalnya terganggu. Dari kasus ini bisa didapatkan bahwa orang dewasa dikatakan obesitas jika indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 25. Perhitungan ini diperoleh dengan membandingkan berat dan tinggi badan.
Nilai BMI ini digunakan untuk mengetahui apakah berat badan seseorang normal, di bawah atau di atas obesitas. Tujuan pengobatan obesitas adalah untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal dan sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan perubahan pola makan, melakukan beberapa cara untuk menekan nafsu makan dan meningkatkan aktivitas fisik.
Oleh karena itu, banyak penderita yang mengalami stres akibat kelebihan berat badan, belum lagi pendapat orang lain tentang bentuk tubuhnya yang “aneh”. Pandangan ini dapat menyebabkan kebiasaan rutin mengamati tubuh sendiri. Yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemungkinan orang gemuk mengalami kecemasan dan rasa malu, menurunkan kemampuan wanita untuk mencapai motivasi maksimal, dan menurunkan kesadaran tubuh bagian dalam pada dirinya.
Dampak psikologis orang gemuk yang mengalami body shaming antara lain gangguan makan, disfungsi seksual, dan depresi. Oleh karena itu, peran keluarga yang kuat, seperti kepedulian terhadap perilaku dan pengobatan serta rasa perlindungan anak, mengarah pada hasil intervensi gizi yang lebih baik. Tetapi kurangnya treatment membuat sedikit perbedaan pada hasil yang telah diperoleh.