Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kepribadian » Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental: Faktor Internal dan Eksternal

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental: Faktor Internal dan Eksternal

by Raehatul Jannah

Pada pembahasan kali ini saya akan menjelaskan faktor-faktor saja yang dapat memengaruhi kesehatan mental. Namun sebelum beranjak kepada materi tersebut, ada baiknya jika Anda mengetahui dahulu apa itu kesehatan mental? Kalau ingin berbicara tentang kesehatan mental, sebaiknya Anda mengetahui lebih dulu mengenai konsep sehat.

Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat.

Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan juga menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Menurut Pieper dan Uden(2006) kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan dan kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Setelah Anda membaca mengenai pengertian dari sehat dan kesehatan mental, maka saya akan berlanjut ke pembahasan berikutnya mengenai faktor-faktor apa saja sih yang dapat memengaruhi kesehatan mental? Ternyata, ada dua faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental, yaitu:

Faktor internal

Faktor internal dipengaruhi oleh biologis dan psikologis. Seperti fungsi saraf yang diatur oleh otak, kerja sistem endokrin penghasil hormon, keturunan, sensori atau indra, dan faktor selama masa kehamilan

Otak

Otak kita terdiri dari otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan, dan jembatan varol. Bagian-bagian otak itu memiliki fungsinya masing-masing. Seperti otak besar yang mempunyai fungsi sebagai pusat kesadaran manusia, yang berperan dalam proses belajar dan berpikir. Otak tengah berfungsi mengatur kelenjar endokrin, indra penglihatan dan pusat pendengaran. Otak kecil mengatur keseimbangan tubuh, keharmonisan gerak otot, dan posisi tubuh. Sedangkan jembatan varol merupakan penghubung otak kecil bagian kiri dengan kanan, dan penghubung antara otak besar dengan sumsum tulang belakang.

Yang mesti dipahami adalah neuron yang merupakan sel di otak dengan jumlah sekitar 5 juta sel. Neuron ini lah yang merupakan kunci rahasia dari aktifitas belajar dan fungsi mental manusia.

Neuron merupakan saluran penyampai sinyal emosi, materi intelegensi, dan afeksi(rasa). Proses merekam, menamai suatu respon perasaan, emosi dan peristiwa.

Ada kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan mental. Apabila ada kerusakan otak, maka kesehatan mental seseorang juga dapat terganggu. Maka dari itu, perkembangan otak yang baik akan meningkatkan kesehatan mental yang baik.

Sistem endokrin

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar dalam tubuh yang mengeluarkan hormon. Hormon yang dikeluarkan diangkut keseluruh tubuh melalui darah. Peningkatan kesehatan mental dan pencegahan terhadap gangguan sistem endokrin dapat dilakukan melalui makanan dan aktifitas sehari-hari.

Keturunan (genetik)

Pewarisan sifat ini diturunkan melalui kromosom yang dibawa oleh kedua orang tua nya. Setiap kromosom terdapat DNA yang membawa sifat-sifat genetik. Melalui DNA ini lah sifat-sifat orang tua diturunkan kepada anak, seperti bentuk tubuh, warna kulit dan bentuk rambut. Selain itu, aspek mentalitas seperti kemiskinan, menyimpang, intelegensi, dan kemampuan artistik juga diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Ada juga penyakit mental yang dapat terjadi karena pewarisan sifat seperti skizofrenia dan manik-depresif.

Sensori atau Indra

Orang yang mengalami gangguan sensori khususnya gangguan pendengaran akan berakibat gangguan berbicara(bisu) karena tidak pernah mengetahui bunyi suara dan cara berbicara. Hal itu akan mengakibatkan gangguan pada kemampuan berpikir dan sosialnya. Selain itu orang yang mengalami gangguan pada indra lain seperti penglihatannya pun akan mengalami gangguan pada kepribadiannya karena adanya keterbatasan dalam mengenal manusia dan lingkungan. Maka dari itu keadaan sensori ini juga dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Faktor Selama Masa Kehamilan

Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua saat mengandung, kurangnya nutrisi yang di dapat calon bayi dari ibu hamil, obat-obatan yang dikonsumsi selama masa kehamilan, kesehatan ibu hamil, radiasi, komplikasi kehamilan dan proses kelahiran, semua faktor yang terjadi selama masa kehamilan tersebut dapat memengaruhi bayi yang akan terlahir ke dunia.

Seperti bayi yang akan terlahir dalam keadaan prematur yang membuatnya memiliki kemampuan intelegensi yang rendah, atau juga bisa beresiko bayi mengalami down syndrome. Tidak hanya itu bayi yang kekurangan nutrisi juga akan memengaruhi kecerdasan dan emosi nya.

Faktor Eksternal

Stratifikasi Sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hollingshead dan Redlich diketahui bahwa pembagian tingkatan sosial-ekonomi yang ada di masyarakat ternyata berhubungan dengan jenis gangguan mentalnya. Ternyata diantara strata tingkat tinggi, menengah, dan rendah terdapat gangguan mental yang berbeda dalam kelompok masyarakatnya. Berbagai studi mengemukakan bahwa adanya gangguan mental pada kelompok sosial lebih besar dibandingkan kelompok sosial tinggi.

Salah satu penelitian yang dilakukan Rennie dan Srale yaitu menguji hubungan antara penyebab rasa tertekan yang terjadi selama hidup dengan gejala gangguan jiwa. Diantara penyebab tekanan hidup itu, kondisi penyebab yang sangat berpengaruh bagi munculnya penyakit mental adalah status sosial ekonomi.

Interaksi Sosial

Kualitas interaksi sosial seseorang sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Apalagi lingkungan kehidupan tempat kita tinggal misalnya, yang memberi peluang untuk meningkatkan hubungan antarsesama. Sementara tempat tinggal yang terasing atau terpencil akan menghambat seseorang dalam hubungan interaksi sosial.

Tempat tinggal yang terisolasi dan terasing dapat menimbulkan gangguan mental. Untuk itu, supaya mencegah terjadinya gangguan mental, hindarilah memilih tempat tinggal di daerah terpencil dan terasing.

Keluarga

Keluarga yang lengkap dan harmonis akan meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Namun banyak kondisi anggora keluarga yang menyebabkan adanya risiko terganggunya mental anggota keluarga, diantaranya: perceraian dan perpisahan, keluarga yang tidak harmonis dan mendidik, perlakuan dan cara pengasuhan yang salah.

Perubahan Sosial

Perubahan sosial seperti koin yang memiliki dua sisi. Di satu sisi, perubahan sosial dapat menimbulkan kepuasan bagi masyarakat karena adanya kesesuaian dengan suatu harapan. Selain itu, perubahan sosial juga bertujuan meningkatkan keutuhan dan kesehatan mental bagi masyarakat. Dampak positif dari perubahan sosial-ekonomi misalnya industrialisasi yang membuat luasnya lapangan pekerjaan dan memungkinkan naiknya status sosial masyarakat terutama untuk kelas bawah dan menengah . Tapi, dibalik baiknya perubahan itu, akan ada tantangan untuk masyarakat akibat munculnya aturan dan nilai sosial yang baru.

Di sisi lain, akibat dari adanya aturan dan nilai sosial yang baru, masyarakat mungkin akan merasa terhambat dan kesulitan dalam menyesuaikan diri. Perubahan sosial ini lah yang dapat berakibat masyarakatnya mengalami gangguan mental.

Sosial Budaya

Hubungan budaya dengan kesehatan mental dikemukakan oleh ( Wallace, 1963) meliputi tiga hal yaitu: kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental, kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental, berbagai bentuk gangguan mental karena faktor budaya, dan upaya peningkatan pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya.

Salah satu contoh gangguan yang disebabkan oleh faktor budaya adalah budaya Melayu yang membatasi remaja dan orang dewasa mengekspresikan emosi agresifnya dengan menanamkan rasa malu. Hal ini membuat adanya gangguan mental yang ditandai dengan diskoneksi dari kenyataan yang ditandai dengan tindakan yang secara tiba-tiba mengamuk, berteriak, merusak, dan dapat pula membunuh. Hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan menahan emosi sehingga menyebabkan memuncaknya tegangan yang disebabkan karena terlalu membatasi remaja dan orang dewasa mengekspresikan emosi agresifnya.

You may also like