Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Beserta Penjelasannya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Beserta Penjelasannya

by Raehatul Jannah

Faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan itu apa saja sih? Memangnya kebahagiaan selalu memiliki tolak ukur tertentu sampai harus mempunyai faktor-faktor? Sebelum kita membahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu kebahagiaan (happiness).

Menurut seorang Psikolog berkebangsaan Amerika, Martin Elias Peter Seligman menjelaskan kebahagiaan (happiness) merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun seperti absorbsi dan keterlibatan.

Ternyata ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kebahagiaan seseorang.Ada banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kebahagiaan. Meskipun “kebahagiaan” dapat digunakan untuk merenung banyak hal, namun sebagian besar Psikolog yang mengkaji tentang kebahagiaan mengacu dengan tema-tema dibawah ini.

1. Harta

Meskipun ada pepatah yang menyebutkan bahwa “bertambahnya harta kekayaan tidak mencerminkan kebahagiaan.” Namun hasil riset menunjukkan adanya korelasi positif antara kekayaan dan kebahagiaan. Para peneliti membandingkan kesejahteraan subjektif rata-rata orang yang tinggal di Negara-negara kaya dengan orang yang tinggal di Negara-negara miskin.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang hidup di Negara-negara kaya memiliki indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hidup di Negara-negara miskin. Menang ini agak sukar untuk dijelaskan karena ada berbagai faktor hidup lainnya.

Uang dan kesuksesan misalnya, yang menjadi tolak ukur suatu kebahagiaan. Karena ada korelasi diantara keduanya. Uang menjadi penting ketika seseorang tidak memilikinya. Masalah keuangan selalu menjadi momok yang mengerikan bagi sebagian orang, karena di era yang konsumtif ini uang menjadi suatu hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tinggi.

Sedang kesuksesan memang tidak dengan sendirinya membawa kebahagiaan, tapi kegagalan akan sangat mengakibatkan ketidakbahagiaan, contohnya saja ketika kita melihat orang terdekat kita mencapai kesuksesannya tapi diri kita sendiri masih jauh dari kata sukses itu sendiri. Itu lah yang menyebabkan kegagalan mengakibatkan ketidakbahagiaan, karena adanya perbandingan.

2. Agama

Para pemeluk agama yang memiliki iman kuat lebih mungkin merasa bahagia dibandingkan dengan para individu yang tidak memiliki agama. Para pemeluk agama lebih merasa bahagia karena dalam agama mereka diajarkan makna dari tujuan hidup, saling mengayomi dan mendukung individu yang lain, dan dapat menghadapi masalah dengan tenang dan optimis.

Keluarga yang dibangun atas dasar agama juga relatif lebih kondusif dibandingkan dengan keluarga yang dibangun tanpa dasar agama. Di Indonesia sendiri berkembang penelitian tentang pengaruhnya kehidupan beragama dengan kebahagiaan. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas keberagamaan seseorang maka semakin bermakna dan bahagia hidupnya.

3. Usia

Banyak kajian yang membahas tentang hubungan antara bertambahnya usia dengan kebahagiaan. Penelitian yang dilakukan terhadap 60.000 orang dewasa di 40 bangsa membedakan kebahagiaan dalam tiga bagian.

  • Kepuasan hidup yang meningkat seiring bertambahnya usia
  • Afek menyenangkan, bertambahnya usia membuat afek ini sedikit melemah
  • Afek tidak menyenagkan atau afek negatif tidak berubah. Yang mengalami perubahan adalah intensitas emosional sedangkan perasaan “mencapai puncak tertinggi kehidupan” dan rasa “terpuruk dengan penyesalan” akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia juga pengalaman hidup (Seligman, 2000).

4. Kesehatan

Pengaruh kesehatan pada kebahagiaan sebenarnya relatif kecil. Karena individu-individu yang memiliki masalah atau riwayat kesehatan seringkali dapat beradaptasi dengan penyakitnya dan dengan bahagia menjalani kehidupannya. Sedang individu-individu yang sehat tentu bahagia dan merasa tidak perlu terlalu khawatir akan masa yang akan datang ketika ada masalah dengan kesehatannya.

5. Pernikahan

Ada seseorang yang merasa kalau semenjak ia menikah, ia justru tidak merasakan kebahagiaan dalam pernikahannya walau sudah memiliki istri dan anak. Kehadiran yang dirasa akan memiliki kebahagiaan dan kenyamanan justru malah terasa sebaliknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kierkegaard: “lebih baik saya dihukum gantung daripada menjalani pernikahan yang tidak bahagia”. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa menikah itu sangat membahagiakan yang terkadang pemikiran “kenapa saya tidak menikah sejak dulu” berkeliaran dalam otaknya. Selain adanya dua pemikiran tersebut, ada hal pandangan lain tentang pernikahan dan kebahagiaan.

Pandangan pertama mengatakan bahwa pernikahan dapat membawa kebahagiaan karena sebelumnya kedua pasangan telah lebih dahulu bahagia, atau masing-masing dari mereka telah mencapai dan menerima kebahagiaan dalam kehidupannya masing-masing.

Pandangan kedua, orang yang depresi atau mengalami kegagalan dalam hidupnya akan menampilkan sikap dan perilaku yang tidak menarik. Mereka berkutat dan terlalu fokus pada otoritas dan masalah dalam dirinya sampai rasanya akan sulit membangun kerja sama. Sehingga saat mereka menjalin suatu hubungan mereka akan menjadi pasangan menyebalkan dan sukar untuk diajak berkompromi. Itu lah yang menghambat pernikahan menjadi tidak bahagia. Meskipun mungkin kebahagiaan bisa saja hadir diantara mereka, namun tidak mereka sadari.

6. Kehidupan Sosial

Yang namanya makhluk sosial, tentu kita tidak bisa hidup sendiri. Walau banyak yang bilang “saya mampu melakukan apapun sendiri” atau “tidak masalah bagi saya untuk hidup sendiri tanpa keluarga atau pasangan”. Tapi apa mereka memang benar-benar sanggup atau adakalanya mereka merasa kesepian? Karena untuk terbentuknya suatu kehidupan memerlukan makhluk lain selain diri kita. Adanya timbal balik membuat kehidupan lebih berwarna.

Menurut Csikszentmihalyi, orang yang memiliki jalinan sosial yang memuaskan akan memiliki jalinan kebahagiaan. Banyak teman yang sayang padanya, karakter tetangga yang ramah dan menyenangkan, juga anggota yang selalu mendukung segala kegiatan dan keputusan yang menimbulkan kebahagiaan. Orang yang bahagia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan banyak orang dibanding sendirian. Karena sendirian dapat menimbulkan kesepian. Dan kesepian dapat menciptakan ketidakbahagiaan.

7. Rasa syukur

Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi kebahagiaan. Rasa syukur adalah faktor yang paling menentukan. Menurut Seligman, harta, pernikahan, usia, kehidupan sosial, agama, kesehatan, dapat membuat kita bahagia. Namun kebahagiaan yang ditimbulkan hanya beraifat sementara. Menurutnya, ada satu faktor yang dapat membuat kita bahagia dalam rentang kehidupan yang lama, yaitu rasa syukur. Karena rasa syukur akan selalu membuat kita merasa bahagia. Itu lah kiranya faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan.

Jika kalian telah memahami makna dan faktor yang memengaruhi kebahagiaan. Coba renungkan, adakah dari beberapa faktor tersebut yang sedang memengaruhi atau menghambat kebahagiaan kalian? Karena sejatinya kebahagiaan itu kalian sendiri yang ciptakan.

You may also like