Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 10 Contoh Atribusi dalam Psikologi Sosial

10 Contoh Atribusi dalam Psikologi Sosial

by Barzam

Contoh atribusi dalam psikologi sosial memang menjadi kajian yang menarik. Sebagaimana kita ketahui, psikologi sosial akan lebih banyak membicarakan mengenai bagaimana hubungan seseorang dalam berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Di dalamnya ada salah satu perilaku yang kita juga mungkin pernah mengalaminya, yaitu memperhatikan orang lain untuk mencari alasan-alasan tertentu mengapa orang tersebut melakukan sesuatu hal. Inilah yang kemudian dikenal sebagai atribusi. Proses ini merupakan suatu hal yang memang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. (Baca juga: Ruang lingkup psikologi sosial)

Konsep mengenai teori atribusi ini dalam dunia psikologi sudah dikenal sejak lama. Tokoh pertama yang melakukan kajian hal ini adalah Fritz Haider pada tahun 1925. Ia memandang bahwa setiap pribadi adalah ilmuwan semu (pseudo scientist), dimana masing-masing memiliki keinginan untuk mengetahui tingkah laku orang lain dengan mengidentifikasi potongan informasi tertentu hingga mereka bisa menemukan kesimpulan. Atribusi ini kemudian menjadikan seseorang menjadi observer bagi orang lain, terutama jika ia ingin mengetahui alasan seseorang dalam bertingkah laku. Supaya lebih jelas, berikut ini adalah beberapa macam contoh dari atribusi yang ada di dalam psikologi sosial:

  1. Konsensus

Konsensus merupakan salah satu atribusi dimana ketika seseorang melakukan suatu tindakan, itu karena memang ada “kesepakatan” yang menyatakan memang sewajarnya seperti itu. Contohnya yaitu ketika seorang wanita menangis karena dikhianati pasangannya, kita akan memberikan atribusi berupa konsensus yang menyatakan wanita tersebut menangis wajar karena mengalami perselingkuhan.

  1. Korespondensi Inferensial

Sebenarnya bentuk korespondensi inferensial ini merupakan bentuk teori yang dikemukakan oleh Jones dan Davis(1965). Konsep atribusi yang dinyatakan dalam teori ini yaitu seseorang bisa disimpulkan melakukan sesuatu bisa karena faktor kepribadian atau faktor tekanan situasi yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, seseorang yang berkepribadian baik mungkin akan terpaksa mencuri karena sangat kelaparan dan mengalami pemasalahan keuangan. (Baca juga: Teori atribusi dalam psikologi komunikasi)

  1. Konsistensi

Konsistensi masih ada kaitannya dengan konsensus. Atribusi ini menyatakan bahwa seseorang bisa saja mengalami kecenderungan tindakan yang sama bila mengalami pengalaman serupa. Sebagai contoh, orang akan menganggap bahwa seorang wanita menangis bersedih karena diselingkuhi, sebab sebelumnya ia pernah mengalaminya. Emosi dalam psikologi mencakup pola konsistensi seperti ini.

  1. Non Common Effect

Non common effect merupakan atribusi yang dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab tindakan seseorang merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain. Sebagai contoh, ada seorang pria yang sudah berusia lanjut menikah dengan gadis usia remaja. Orang lain akan cenderung memberikan atribusi pada gadis remaja tersebut sebagai gadis materialistis yang mengincar harta lansia tersebut.

  1. Freely Choosen Act

Atribusi dalam bentuk freely choosen act bisa dipahami sebagai tindakan yang dipilih karena keinginan sendiri. Contoh atribusi dalam psikologi sosial kategori ini yaitu saat orang bisa saja menyebut wanita materialistis ketika ia memutuskan untuk menikah dengan duda kaya raya.

  1. Distingsi

Distingsi (distinctiveness) merupakan atribusi yang menunjukkan derajat perbedaan reaksi terhadap situasi-situasi yang berbeda. Sebagai contoh kita ambil lagi masalah perselingkuhan. Wanita bisa saja sama-sama menangis apabila diselingkuhi atau disakiti sahabatnya. Jika wanita menangis saat diselingkuhi, akan tetapi tidak pad saat disakiti sahabatnya, maka ada perbedaan derajat atribusi yang cukup signifikan.

  1. Low Social Desirability

Istilah mudah untuk menggambarkan low social desirability adalah ketika seseorang menyimpang dari kebiasaan umum. Katakanlah ada seseorang yang sedang menyaksikan acara lawak. Ketika yang lainnya tergelak tertawa, dia justru menunjukkan rasa sedih atau malah menangis. Akan ada atribusi tertentu yang timbul kepadanya.

  1. Kesalahan Atribusi Fundamental

Pada saat seseorang melakukan pengamatan terhadap tindakan orang lain, ia bisa saja salah melakukan kesimpulan. Sebut saja ketika seseorang menggeleng saat mengiyakan sesuatu, itu dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan padahal memang ia membawa faktor budaya yang demikian. (Baca juga: Teori persepsi)

  1. Efek Pengamat

Seseorang akan menilai penyebab orang lain mengalami sesuatu berdasarkan apa yang ia amati. Sebagai contoh, ketika seseorang terpeleset, kita bisa saja mengatakan bahwa ia kurang berhati-hati saat berjalan. Namun jika kita sendiri yang terpeleset, maka kita mengatakan bahwa lantainya yang licin. (Baca juga: Teori psikologi humanistik)

  1. Self-serving Biss

Ini merupakan kecenderungan seseorang dalam mengatribusi perilaku positif dari faktor internal dan perilaku negatif dari faktor eksternal. Contohnya yaitu ketika kita berhasil memenangkan kompetisi melukis, kita bisa menyebut bahwa kita berhasil karena kita berbakat. Namun saat kita gagal, bisa saja kita mengatakan bahwa jurinya tidak adil.

Itulah tadi beberapa macam contoh atribusi yang bisa kita perhatikan. Sebenarnya hal-hal demikian memang sering kita lakukan dan itu sudah menjadi bagian dari pengamatan dalam psikologi. Masih ada banyak contoh atribusi dalam psikologi sosial yang tentu saja bisa kita perdalam lagi sesuai dengan beragam teori yang ada.

You may also like