Artikel kali ini akan memberikan pembahasan yang cukup menarik mengenai contoh id dalam psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan salah satu cabang dalam ilmu psikologi yang membahas mengenai keterkaitan perilaku seseorang dalam menghasilkan suatu karya seni. Ini merupakan hal yang menarik, sebab bagaimanapun juga, karakter seseorang rupanya dapat mempengaruhi “jiwa” seni yang dimilikinya. Kita bahkan pernah mungkin mendengar mengenai minat dan bakat. Seseorang yang sudah berbakat akan hal sastra bisa saja lebih mudah dalam menghasilkan karyanya. Fenomena ini termasuk dalam bagian ilmu psikologi yang bisa diamati.
Jika sastra atau karya seni berkaitan dengan psikologi, apakah mungkin di dalamnya juga akan memiliki keterkaitan dengan dasar psikologi lain seperti misalnya teori psikologi kepribadian milik Sigmund Freud? Jawabannya sangat mungkin. Freud dengan konsep psikoanalisanya membagi struktur kepribadian seseorang ke dalam tiga bagian besar yakni id, ego dan superego. Kita akan coba menghubungkan id dengan psikologi sastra. Id merupakan komponen kepribadian yang dianggap ada semenjak lahir.
Aspek ini adalah aspek yang sadar sepenuhnya dan merupakan bagian dari perilaku naluriah atau primitif. Dorongan yang ada dalam id adalah prinsip kesenangan, dimana ketika kebutuhannya tidak tercapai maka bisa menimbulkan kecemasan atau ketegangan. Lantas, seperti apa contoh id ini dalam teori psikologi sastra? Berikut adalah ringkasannya:
Konsep id dalam psikoanalisa ini dulunya diteliti melalui interpretasi mimpi oleh Freud. Ada banyak sekali karya sastra yang diterbitkan oleh Freud dalam buku-bukunya mengenai penelitian mimpi ini. Id kemudian dianggap memiliki peranan penting terutama dalam bagian mimpi. Ini menjadi sebuah hal yang cukup unik sebab pada kenyataannya, id mengambil porsi yang cukup besar dalam mempengaruhi seseorang untuk memiliki jiwa seni yang tinggi.
Sublimasi juga masih berkaitan dengan konsep ketidaksadaran. Manakala ada dorongan dari id yang berbenturan dengan norma-norma masyarakat, maka id bisa diubah bentuknya ke dalam karya-karya sastra lainnya. Inilah yang disebut dengan proses sublimasi yang ada dalam id. Id menjadi bentuk karya lain yang bisa diterima oleh masyarakat melalui sesuatu yang dianggap sebagai seni. Ini semata-mata demi memuaskan kebutuhan seseorang tadi yang mungkin terbentur dengan norma-norma dalam masyarakat.
Asosiasi merupakan salah satu bentuk id yang bisa dikembangkan ke dalam sebuah karya. Di sini seseorang akan bebas menuliskan atau menggambarkan apa pun yang ada di dalam pikirannya. Semua hal yang ada di kepalanya dituangkan sebebas-bebasnya dalam waktu tertentu hingga ia mencapai tingkat kesenangan yang cukup. Setelah itu, apa yang telah dituliskan atau digambarkannya kemudian mulai disunting satu per satu sehingga terciptalah sebuah karya dari hasil pemikirannya. (Baca juga: Hubungan antara psikologi dan sastra)
Figurasi adalah salah satu contoh id dalam psikologi sastra yang diwujudkan dalam bentuk gambar. Biasanya ini ada hubungannya dengan rekaman ingatan kita ketika sedang dalam keadaan sadar. Sebagai contoh, pada saat kita melihat suatu benda, lantas kita bermimpi, maka benda tersebut tiba-tiba muncul begitu saja dalam mimpi kita. Ini adalah sebuah konsep id yang disebut sebagai figurasi.
Id juga bisa digambarkan melalui kondensasi, yaitu menggabungkan berbagai macam karakter atau gambaran ke dalam satu wujud. Kita bisa melihatnya dalam suatu buku karya sastra tertentu, dimana mungkin ada seorang pelukis yang menggambarkan sesosok wujud dengan gabungan-gabungan beberapa makhluk (putri duyung, centaur dan lain sebagainya). Contoh lain yaitu ketika seorang penulis novel membuat karakter dengan menggabungkan sifat-sifat orang yang ada di sekelilingnya.
Konsep pemindahan atau displacement ini dalam sastra biasa dikenal sebagai metomini. Ini merupakan penggantian suatu ujaran dengan penanda yang lainnya. Seperti misalnya, seseorang melihat lukisan gambar gunung yang indah dengan nuansa biru. Nampaknya indah, namun pesan sebenarnya dari lukisan tersebut adalah kesedihan. Kira-kira id bisa menggunakan konsep ini pula dalam kesehariannya. (Baca juga: Cara kerja psikologi sastra)
Fantasi merupakan salah satu hal yang juga keluar karena id yang tidak bisa terealisasikan. Seseorang kemudian akan berkhayal sesuai dengan apa yang ada dalam idnya. Semua adalah tentang memuaskan diri sendiri dan kesenangan diri sendiri, sehingga kadang hasil yang didapatkan justru berupa fantasi-fantasi tertentu.
Hampir mirip dengan fantasi, imajinasi sebenarnya juga tidak bisa sepenuhnya disebut karena dorongan id. Imajinasi kadang muncul juga karena dipandu oleh orang lain. Namun demikian, pada umumnya imajinasi juga timbul karena adanya id yang tidak bisa ditampilkan secara nyata pula. Pendekatan tekstual dalam psikologi sastra bisa dituangkan hanya karena berawal dari imajinasi.
Jadi, bagaimana? Sudah cukup mendapatkan gambaran id dalam psikologi sastra? Penjelasan tersebut mungkin masih terlalu umum. Kita bisa mempelajarinya lagi dengan mengamati secara langsung bagaimana id ini dapat berkontribusi secara nyata dalam menggerakkan seseorang untuk menghasilkan sebuah karya. Semoga contoh id dalam psikologi sastra ini cukup bermanfaat dan jangan lupa untuk membaca artikel seputar psikologi menarik lainnya.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…