Gangguan bipolar termasuk ke dalam kelompok gangguan kepribadian psikologi klinis. Gangguan ini merupakan kondisi mental di mana individu yang mengalaminya akan merasakan perubahan suasana hati secara drastis dari sedih yang mendalam (fase depresi) ke sangat bahagia (mania) maupun sebaliknya.
Belum dapat diketahui secara pasti penyebab munculnya gangguan bipolar, tetapi faktor genetik atau adanya riwayat keluarga yang memiliki gangguan psikologis dapat menjadi salah satu penyebabnya. Orang yang mengalami gangguan bipolar akan kesulitan menjalani kehidupan sehari-harinya dengan normal karena suasana hatinya yang terus berubah tanpa bisa ditebak kapan datangnya fase depresi maupun fase mania.
Bisa jadi dalam hitungan jam, hari, minggu, atau bulan. Berikut merupakan gejala yang muncul pada penderita bipolar dan cara mendiagnosisnya. Proses diagnosis gangguan bipolar dilakukan dengan pemeriksaan awal terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan beberapa gejala pada orang dengan bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti dampak yang dirasakan orang dengan kecanduan alkohol atau penyalahgunaan narkoba.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan bertanya kepada keluarga atau orang terdekat mengenai gejala yang muncul serta waktu munculnya gejala dan intensitasnya. Apabila setelah pemeriksaan awal ditemukan gejala-gejala bipolar, selanjutnya psikolog atau psikiater dapat melakukan asesmen lebih lanjut dengan cara berikut:
Gangguan bipolar dapat disebabkan oleh kondisi fisik yang dimiliki oleh penderitanya. Misal, individu tersebut pernah mengalami pengalaman traumatis di masa lalu, seperti mendapat pelecehan seksual atau kekerasan fisik. Maka dari itu, pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui penyebab yang mungkin terdapat pada tubuh klien terkait dengan gangguan bipolar yang dimilikinya.
Setelah itu, dilakukan pula pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi medis lain yang bisa jadi menyebabkan munculnya gejala bipolar. Misalnya, melakukan tes urine untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan alkohol maupun NAPZA terhadap kondisi klien. Tes darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda penyakit fisik, seperti infeksi, gangguan hormon, termasuk mengetahui fungsi hormon tiroid.
Orang yang terlihat memiliki gejala bipolar juga akan diberikan alat ukur tes psikologi berupa kuesioner atau skala untuk mengetahui secara kuantitatif mengenai kondisi yang dialaminya, seperti dengan menggunakan Bipolar Depression Rating Scale (BDRS) atau Bipolar Spectrum Diagnostic Scale (BSDS), sehingga diketahui tingkat kecenderungan bipolar yang dimiliki.
Anamnesis merupakan kegiatan wawancara medis dengan cara memberikan pertanyaan kepada orang yang terindikasi memiliki bipolar secara langsung (autoanamnesis) atau kepada orang-orang terdekat klien (alloanamnesis), seperti keluarga, kerabat, atau teman-teman klien yang mengenal kehidupan sehari-hari klien.
Pertanyaan yang diberikan akan berlandaskan pada panduan diagnosis Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-V) oleh American Psychiatric Association atau Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi Ketiga (PPDGJ III) oleh Kementerian Kesehatan.
Bentuk diagnosis ini sangat penting karena dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif terkait bipolar yang dialami klien. Hal ini dikarenakan meski sama-sama memiliki bipolar, setiap penderitanya bisa saja memiliki kondisi yang berbeda sebab gangguan bipolar sendiri memiliki beberapa jenis yang lebih spesifik.
Metode catatan harian juga dapat dilakukan untuk melihat perubahan suasana hati klien dari hari ke hari serta aktivitas keseharian klien, seperti pola tidur, pola makan, suasana hati, maupun tingkah laku yang dapat membantu menentukan diagnosis gangguan bipolar.
Apabila berdasarkan seluruh rangkaian asesmen gejala-gejala pada seseorang menunjukkan adanya gangguan bipolar, psikolog atau psikiater akan menyarankan pengobatan. Terdapat dua bentuk pengobatan yang dapat dilakukan secara bersamaan, yakni psikoterapi (contoh: cognitive behavioral therapy dan interpersonal and social rhythm therapy) dan konsumsi obat-obatan (contoh: antidepresan, antipsikotik, dan carbamazepine). Selain itu, terdapat pula cara mengatasi gangguan bipolar lainnya yang dapat diterapkan .
Terdapat beberapa gejala pada orang dengan gangguan bipolar yang perlu pahami, yakni pada fase depresi, fase mania, dan fase hipomania. Penderita gangguan bipolar setidaknya akan mengalami 2 minggu fase depresi, 1 minggu fase mania, dan 4 hari fase hipomania.
Pada fase depresi, gejala yang dirasakan biasanya adalah :
Akan tetapi, bipolar dan depresi adalah gangguan yang berbeda. Terdapat perbedaan depresi dan bipolar yang perlu dipahami.
Pada fase mania, gejala yang muncul adalah :
Pada fase hipomania, gejala yang muncul, yaitu :
Apabila seseorang mengalami gejala-gejala gangguan suasana hati di atas, ia dapat segera mendatangi profesional, seperti psikolog atau psikiater untuk mendapat penanganan.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…