Kognisi ialah hal hal yang berhubungan dengan pengamatan, bagian dari jiwa manusia, yakni gejala pengenalan yang terdiri dari pengayatan, pengamatan, tanggapan, dan ingatan mengenai sesuatu hal baik itu hal yang baru dikenal atau hal yang sudah lama diketahui untuk memberikan kesimpulan secara khusus terhadap apa yang telah diamati.

Gejala kognisi dalam psikologi ialah proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung namun dilihat dari perilaku atau dari tingkah laku yang ditampilkan sehingga gejala kognisi dalam psikologi terdiri dari berbagai macam yaitu antara lain :

1. Pengindraan

Ialah penyaksian indra seorang individu atas suatu rangsangan yang tidak jelas untuk diartikan menjadi sesuatu yang ia pahami, melalui pengindraan, seluruh organ yang ada dalam tubuh manusia berfungsi, yakni indra penglihatan, pendengaran, dan sebagainya semuanya bisa mengalami gejala kognisi yaitu bisa mendapatkan rangsangan yang awalnya tidak ia mengerti. (Baca juga mengenai peran psikologi dalam dunia teologi).

Rangsangan tersebut kemudian ia artikan dan ia olah berdasarkan pemikiran pribadi dan berdasarkan pengalaman yang pernah ia alami sehingga pemahaman dan tingkah laku yang tercipta akan sesuai dengan apa yang ia pikirkan dan sesuai dengan apa yang ada dalam keinginannya, gejala kognisi dalam hal pengindraan yang paling mudah diamati. (Baca juga mengenai peran psikologi dalam desain interior).

2. Pengamatan

Manusia mengenal dunia ini secara nyata atau real baik itu dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya tempat ia berkembang, hal itulah yang menjadi dasar dari sebuah pengamatan, rangsangan dan segala kondisi yang ada di sekitarnya ia tarfsirkan dalam pandangan dan dalam pengamatannya sendiri serta disimpulkan sesuai apa yang ia amati. (Baca juga mengenai peran psikologi dalam ergonomi).

Hal ini dimulai dengan dilakukannya kegiatan dengan mengenali objek yang merangsang dirinya, objek tersebut kemudian ia identifikasi dan ia terjemahkan ke dalam pemahaman pemahaman sesuai yang ia mengerti dan akhirnya timbul kesimpulan baru mengenai apa yang ia alami, hal itu akan ia ingat dan ia pelajari terus menerus. (Baca juga mengenai peran metode kualitatif dalam analisis psikologi).

3. Reproduksi

Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang berasal secara langsung dari jiwa yang dapat menimbulkan tanggapan menuju ke kesadaran seseorang, dimulai dari mengingat sesuatu yang telah diamati dan dialami menjadi sesuatu yang ia tidak mengerti dan terus diolah menjadi objek atau hal yang ia pahami dan terwuud dalam tingkah lakunya mengenai pemahaman akan hal tersebut. (Baca juga mengenai prinsip belajar menurut psikologi).

4. Asosiasi

Yaitu hubungan antara anggapan satu dengan anggapan lain dalam satu jiwa yang satu sama lain dikaitkan dan diambil mana yang terkuat atau mana yang paling benar menurutnya, misalnya ialah ketika ia mengalami peristiwa yang hampir sama dalam situasi yang berbeda, maka ia juga akan menunjukkan gejala atau tingkah laku yang berbeda sesuai kondisi lingkungannya saat itu.

5. Fantasi

Ialah pemikiran mengenai bayangan atau sesuatu yang dikembangkan dalam imajinasi. Fantasi ialah sesuatu yang tidak terbatas dan sulit diamati secara langsung gejala yang muncul, sebab tidak semua fantasi mampu ditunjukkan dalam dunia nyata. Namun fantasi bisa menjad sesuatu atau bisa menjadi motivasi yang positif jika terus dipelajari dan dikembangkan.

Misalnya ialah di jaman dahulu ketika belum ada penerangan sehingga di malam hari kondisi selalu gelap, tentu ada orang yang berfantasi seandainya bisa menciptakan sesuatu untuk menerangi malam dan ia memperhatikan serta mencari objek di lingkungan sekitarnya untuk diwujudkan hingga akhirnya tercipta penerangan yang awalnya berasal dari fantasi pribadinya.

6. Memory

Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang menunjukkan bahwa sesuatu yang diamati tidaklah langsung hilang atau lenyap begitu saja, namun akan terekam dan tersimpan di dalam memori untuk selanjutnya difikirkan dan diambil kesimpulan, objek yang disimpan dalam memori umumnya ialah objek yang menurut orang tersebut memiliki arti khusus atau nilai tersendiri.

7. Gejala Lupa

Merupakan gejala kognisi dalam psikologi yang alami pada tiap manusia dan dapat diamati tingkah lakunya secara langsung, namun terkadang tak bisa dibedakan mana yang benar dan mana yang salah kecuali dengan pendekatan psikologi yang lebih mendalam, misalnya ialah ketika seseorang berbuat kesalahan karena lupa akan sesuatu tentu tidak bisa langsung diketahui orang tersebut benar benar lupa atau karena ada alasan dan penyebab lain yang tidak ia sampaiikan.

8. Berfikir

Ialah tahap dimana seseorang ingin membuat kesimpulan atau ingin menciptakan objek yang baru dari objek lama yang merangsang dirinya, ia ingin mencari tahu lebih dalam mengenai objek tersebut dengan cara berfikir apa saja yang bisa ia kembangkan dari objek yang diamati dan apa saja manfaat yang bisa ia peroleh dari suatu objek.

9. Tanggapan

Yakni kesan kesan yang dialami setelah proses pengamatan berhenti dan setelah melalui proses berfikir, seseorang yang menerima rangsangan tentunya akan menerima terlebih dahulu dan mmeberikan persepsi secara pribadi atau pandangan seacra khusus kepada objek tersebut untuk selanjutnya difikirkan lebih mendetail dan untuk memberi tanggapan atas apa yang ia terima.

Tanggapan dapat berupa berbagai hal yang dapat diamati secara langsung misalnya ialah ungkapan setuju atau menerima, ungkapan penolakan dengan alasan khusus, atau gejala yang tidak ditimbulkan secara langsung seperti diam dengan ekspresi wajah tidak suka yang menandakan penolakan atau tersenyum senang yang berarti tingkah laku yang menjurus pada penerimaan.

10. Intuisi

Gejala kognisi dalam psikologi yang terakhir ialah adanya intuisi, yaitu kemampuan memahami sesuatu tanpa penalaran rasional dan muncul dari alam bawah sadar, hal ini tidak dapat dijelaskan secara langsung sebab berhubungan dengan perasaan pribadi serta memiliki penilaian khusus akan sesuatu hal yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain.

Contohnya adalah sebuah firasat, misalnya ketika seseorang merasa bahwa ia tidak akan aman melewati suatu jalan, ia akan menunjukkan gejala kecemasan dan gejala tidak tenang yang diiringi dengan mencari alternatif lain, dan ternyata di jalan yang ia khawatirkan ternyata ada kecelakaan atau bencana sehingga ketika ia lewat ia akan terkena bencana tersebut. Hal ini adalah sesuatu yang datang dan dapat diamati secara pribadi.

Demikian artikel kali ini, semoga mudah dipahami oleh anda dan dapat menjadi wawasan yang bermanfaat, jangan lupa selalu perbarui ilmu anda dengan membaca artikel artikel mengenai dunia psikologi di website kami. Terima kasih. Salam hangat.

Share
Published by
Arby Suharyanto

Recent Posts

Chrometophobia (Fobia Uang): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…

9 months ago

Anemophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya

Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…

9 months ago

Pantophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…

9 months ago

Heliophobia : Pengertian, Penyebab, Gejala, Komplikasi dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…

9 months ago

Somniphobia : Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…

9 months ago

Cibophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…

9 months ago