Saat ini perbincangan mengenai poligami memang cukup trending di Indonesia, bahkan sudah banyak sekali kasus-kasus mengenai poligami yang ada. Poligami sendiri merupakan praktek pernikahan lebih dari satu istri atau suami sekaligus dalam suatu saat. Hal ini berlawanan dengan prinsip monogami, yang mana seseorang hanya memiliki satu istri atau suami. Ada 3 bentuk poligami yang ada yaitu poligini yang mana seorang pria memiliki lebih dari satu istri, poliandri yaitu seorang wanita yang memiliki lebih dari satu suami, dan pernikahan kelompok. Namun saat ini masyarakat lebih banyak mengenal tentang poligami, sebagai bentuk pernikahan antara satu suami dengan lebih dari satu istri.
Ada banyak faktor pendorong yang mana seringkali dijadikan alasan bagi seseorang yang melakukan poligami, diantaranya adalah:
- Istri yang mengalami sakit keras, sehingga tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya kepada suami. Ataupun kondisi istri yang mandul, tidak setia, dan tidak berperilaku baik kepada suami.
- Kondisi suami yang memiliki gangguan seksual, seperti tingkat seks yang tinggi menyebabkan dirinya tidak cukup hanya dengan satu orang istri saja.
- Suami memiliki keinginan untuk memiliki keturunannya yang banyak ataupun memiliki perasaan cinta dengan perempuan lainnya.
- Kondisi yang sedang krisis dalam sebuah daerah yang mana membutuhkan banyak laki-laki dikarenakan jumlah pertambahan wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki.
- Penyebab pribadi, misalnya ada keluarga yang menjanda dan memiliki tanggungan banyak anak. Sehingga dengan melakukan poligami dapat membantu kondisi kesulitan ekonomi tersebut.
Praktek poligami sendiri dilegalkan oleh beberapa agama, termasuk Islam, dengan tujuan yang baik untuk sesamanya. Namun saat ini banyak praktek-praktek poligami yang tidak sesuia dengan syariat yang ada yang mana memberikan dampak negatif, baik itu kepada istri, anak, maupun keluarga lainnya. Kali ini akan membahaas mengenai dampak psikologis dari poligami pada anak dan istri.
Dampak Psikologis Pada Istri
- Munculnya perasaan bersalah atau bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas pilihan suaminya untuk melakukan poligami diakibatkan ketidak mampuannya dan kegagalannya dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai istri.
- Memicu rasa ketidak adilan bagi sang istri karena suami kini harus membagi perasaan, harta, dan lainnya kepada wanita lainnya.
- Menjadi pemicu munculnya kasus-kasus KDRT dalam rumah tangga, tak hanya pada istri namun juga bisa terhadap anak.
- Istri merasa malu dengan lingkungan sekitar sehingga sering menghindari aktivitas sosial di lingkungan masyarakat.
- Memicu rasa stress dan depresi berat bagi istri yang belum siap menerima kondisi yang ada.
Dampak Psikologis Bagi Anak
- Anak merasa kurang kasih sayang dan perhatian, tak jarang kondisi ini dapat menjadi faktor penyebab kenakalan anak.
- Merasa tidak memiliki pegangan hidup dari kedua orang tuanya, sehingga mereka merasa tidak ada sandaran hidup dalam diri mereka.
- Memicu kerenggangan hubungan yang terjalin antara anak dan orang tua, terutama pada ayah.
- Dapat menyebabkan kemerosotan pada moral anak dikarenakan kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepada anak.
- Memicu rasa benci anak kepada ayahnya sendiri, hal ini karena mereka merasa jika ibu yang disayanginya mengalami pengkhianatan dan disakit oleh ayahnya nya sendiri. Hal ini juga dipicu dari rasa ketidakadilan kepadanya sehingga memunculkan rasa benci tersebut.
- Anak mulai tidak percaya dengan keluarganya, baik itu kepada orang tua dan saudara-saudaranya.
- Anak mulai memberontak dikarenakan tekanan pada kondisi keluarganya, dampak psikologis anak yang tidak diinginkan ini tentu saja menjadi pemicu kerenggangan hubungan anak dan ayah. Bahkan tak jarang akan menyebabkan terjadi kekerasan pada anak. Dampak kekerasan pada anak ini akan berlanjut hingga menginjak usia dewasa.
- Anak merasa malu dan enggan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, munculnya gangguan kepribadian antisosial.
- Anak mengalami penurunan pada nilai-nilai akademik, tidak berkeinginan sekolah entah karena rasa malu ataupun rasa stress dan depresi yang dihadapinya.
Dampak Psikologis Bagi Keluarga
- Kondisi keluarga menjadi sering tidak harmonis akibat pertikaian yang terjadi, entah istri kepada suami ataupun anak kepada ayah. Sehingga tak heran keluarga menjadi berantakan dan tidak pernah akur satu sama lainnya.
- Memutuskan perceraian, dan menyebabkan anak menjadi korban broken home. Penting mengetahui dampak broken home terhadap anak