gejala

Tingkatan Depresi yang Wajib diketahui

Salah satu gangguan psikologis yang kerap terjadi pada manusia tanpa melihat usia atau tempat tinggal adalah depresi. Secara umum, depresi merupakan kondisi di mana terdapat gangguan yang ditandai dengan rasa sedih mendalam, murung, hilang gairah, rendah diri, gangguan pola tidur dan makan, serta sulit berkonsentrasi (Marsasina & Fitrikasari, 2016).

Beck (1985) menjelaskan bahwa depresi diartikan sebagai gangguan perasaan yang dapat menyebabkan rasa tertekan, tidak memiliki harapan, serta hidup hanya sia-sia. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan betapa berbahayanya proses terjadinya depresi terhadap kehidupan seseorang sebab apabila perasaan buruk tadi terus-menerus muncul, maka rasa ingin mengakhiri hidup bisa muncul.

Depresi digambarkan seperti kehilangan emosi, perasaan yang datar, dan cenderung negatif. Emosi yang dirasakan beragam sesuai dengan tingkatannya atau kondisi pemicu depresi. Berdasarkan data WHO, terdapat sekitar 350 juta orang yang mengalami depresi dan lebih dari 800.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya karena gangguan ini (Marsasina & Fitrikasari, (2016). Oleh karena itu, penting untuk memahami gangguan depresi lebih dalam. 

Dalam PPDGJ III (1993), Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi depresi ke dalam tiga tingkatan, yaitu berat, sedang, dan ringan. Hal ini disesuaikan dengan munculnya 7 gejala awal orang depresi serta pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari individu.

Gejala utama:

  1. Terus-menerus merasa tertekan
  2. Tidak memiliki semangat atau gairah untuk beraktivitas
  3. Mudah lelah sehingga kegiatan menurun

Gejala tambahan

  1. Konsentrasi menurun
  2. Kurangnya self-efficacy dan self-esteem
  3. Merasa bersalah dan tidak berguna
  4. Pesimis terhadap masa depan
  5. Sulit tidur atau tidur berlebih
  6. Hilangnya nafsu makan
  7. Keinginan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, ditentukanlah tingkatan depresi yang dialami individu dalam tiga kelompok, yakni:

  1. Depresi ringan
  • Terdapat setidaknya dua gejala utama dan dua gejala tambahan
  • Tidak ada gejala berat
  • Periode depresi kurang lebih dua minggu
  • Kesulitan untuk beraktivitas hanya sedikit
  1. Depresi sedang
  • Terdapat setidaknya dua gejala utama dan tiga atau empat gejala tambahan
  • Depresi terjadi paling tidak dua minggu 
  • Terdapat kesulitan beraktivitas dalam kegiatan sosial
  1. Depresi berat
  • Seluruh gejala utama dan minimal empat  gejala tambahan yang cukup berat
  • Lamanya depresi adalah minimal selama dua minggu atau jika gejalanya sudah berat, dapat diberikan diagnosis dalam dua minggu tersebut
  • Individu benar-benar tidak bisa melakukan aktivitas sosial kecuali yang sangat sederhana.

Kemudian, depresi ini dapat dilihat tingkatannya sesuai dengan jenis depresi yang dialami individu berdasarkan gejala-gejala yang sudah disebutkan sebelumnya. Berikut adalah tingkatan beserta jenis depresi, yaitu:

1. Depresi Mayor

Disebut juga dengan depresi berat, tingkatan depresi ini menunjukkan gejala gangguan psikologis pada individu secara jelas dan pengaruhnya cukup besar pada kehidupan individu tersebut. Individu dengan depresi berat dapat merasakan gejalanya secara jelas setiap saat dan setiap hari. Dilansir dari Anxiety and Depression Association of America, depresi mayor ditunjukkan dengan kesedihan mendalam yang terjadi dalam waktu lama. 

Depresi mayor adalah jenis depresi yang paling sering ditemukan karena gejalanya paling jelas. Namun, belum ada penyebab pasti mengapa seseorang mengalami gangguan ini. Faktor genetik, peristiwa traumatis, atau gangguan susunan biologis dan kimiawi pada otak bisa menjadi pemicu depresi pada individu.

2. Depresi Persisten

Depresi ini dapat disebut juga sebagai distimia atau kondisi depresi yang sudah kronis. Gejala yang muncul kurang lebih sama dengan depresi yang lain. Akan tetapi, orang yang mengalami gangguan depresi persisten biasanya sudah bertahun-tahun harus hidup bersama depresi tersebut. Hal yang dapat menjadi pemicu secara garis besar hampir sama dengan depresi mayor, tetapi ada satu pemicu lain, yakni gangguan bipolar.

Depresi persisten dapat berlangsung selama dua tahun berturut-turut. Apabila dibandingkan dengan depresi mayor, depresi persisten gejalanya tidak seburuk itu, tetapi karena proses yang terjadi cukup lama, depresi persisten juga dapat mengganggu individu untuk beraktivitas dan bersosialisasi dengan normal.

3. Gangguan Bipolar

Bipolar disorder dikenal juga sebagai gangguan kepribadian ganda. Individu yang memiliki kondisi bipolar, biasanya mengalami epsisode mania dan depresi. Ketika fase mania muncul, individu tersebut akan bersemangat dan antusias. Namun, saat fase depresi muncul, ia akan merasa sangat murung hingga menutup diri.

Ciri ciri bipolar kambuh yang perlu diperhatikan pada depresi jenis ini sama dengan gangguan bipolar, yakni ketika fase depresi yang datang, individu akan merasa sedih, tidak berdaya, tidak berguna, tertekan, bahkan hingga muncul halusinasi dan delusi.

4. Depresi Psikosis

Psikosis merupakan gangguan psikologis yang membuat individu kehilangan kesadaran terhadap dirinya dengan kenyataan. Depresi ini biasanya ditandai dengan halusinasi atau gangguan psikotik, misalnya mengatakan hal yang keliru atau tidak pernah terjadi serta melihat dan mendengar suatu hal yang hanya ada di pikirannya. Juga muncul delusi, yakni percaya pada hal yang tidak masuk akal. Salah satu penyebab munculnya depresi psikosis adalah peristiwa traumatis di masa lalu.

5. Depresi Postpartum

Depresi postpartum atau bisa disebut juga dengan depresi perinatal hanya terjadi pada perempuan yang telah sedang menjalani masa kehamilan atau sudah melakukan persalinan. Munculnya depresi diakibatkan oleh perubahan hormon esterogen dan progesteron yang awalnya cukup tinggi selama masa kehamilan, tetapi menurun setelah melahirkan. Depresi ini umumnya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan dan dapat bertahan cukup lama.

Kondisi tubuh yang kurang nyaman dan terganggunya pola tidur normal juga dapat meningkatkan potensi terjadinya depresi ini. Gejala yang menunjukkannya, yaitu perasaan gundah, marah, lelah, cemas terhadap kondisi bayi, hingga yang terburuk adalah muncul keinginan untuk menyakiti diri dan sang bayi. Hal tersebut menunjukkan bahwa depresi postpartum dapat mengganggu keterikatan antara ibu dan bayi sehingga perlu 10 cara mengurangi dampak postpartum depression ini.

6. PMDD

Premenstrual Dysphoric Disorder atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan depresi premenstrual juga hanya terjadi pada perempuan ketika menjelang waktu datang bulan. Gejala yang mungkin muncul, seperti emosi tidak stabil, gangguan suasana hati, mudah tersinggung, merasa cemas, tidak nafsu makan. Gejala-gejala tersebut dapat muncul sebelum atau sesudah masa menstruasi.

Umumnya, depresi ini disebabkan oleh perubahan hormon yang memang wajar terjadi ketika perempuan akan memasuki masa PMS sehingga muncul gangguan psikolgis pada saat menstruasi. Selain itu, penyebab memburuknya depresi ini adalah faktor herediter atau keturunan. Di mana perempuan tersebut memiliki anggota keluarga lain yang sebelumnya sudah punya riwayat depresi.

7. Depresi Musiman

Sesuai dengan namanya, depresi musiman terjadi pada musim-musim tertentu dengan munculnya gejala depresi yang berbeda berdasarkan musim saat itu. Biasanya, depresi ini berhubungan dengan musim dingin atau hujan dan individu akan kembali normal ketika musim panas atau musim semi ketika cuaca sudah lebih baik dan cerah.

Gejala yang muncul, seperti ingin di tempat tidur terus-menerus, tidak mau bersosialisasi, perasaan sedih dan tidak berguna, atau bisa juga dengan berat badan yang bertambah. Akibatnya, depresi dapat menyebabkan muncul keinginan untuk bunuh diri.

8. Depresi Situasional

Berbeda dengan depresi musiman, depresi situasional adalah depresi yang waktu munculnya tidak tentu, tergantung ada atau tidaknya faktor penyebab. Pada umumnya, penyebab depresi ini dipicu oleh peristiwa tertentu yang sangat bermakna pada individu. Misalnya, kehilangan orang tua atau anak, perceraian, KDRT, ada orang ketiga dalam hubungan, kehilangan pekerjaan yang tidak diduga, serta peristiwa traumatis lainnya.

Setelah peristiwa tersebut terjadi, depresi ini bisa muncul selama sekitar tiga bulan dengan perubahan perilaku menjadi tidak nafsu makan, memiliki gangguan tidur, terus menangis, tidak mau keluar dan bersosialisasi, atau bisa juga muncul rasa tidak berguna.

Pada setiap depresi di atas, terdapat tingkatan yang berbeda tergantung gejala yang sudah dipaparkan sebelumnya. Sekali pun gejalanya ringan, bukan berarti depresi tersebut bisa diabaikan. Semua jenis dan tingkatan depresi harus dikonsultasikan dengan psikiater agar mendapat penanganan yang tepat sehingga dapat segera pulih. Selain itu, untuk mengatasi berbagai gangguan depresi di atas, individu harus memiliki lingkungan yang positif dan support system baik dari keluarga, pasangan, serta teman-teman.

Share
Published by
Gendis Hanum Gumintang

Recent Posts

Chrometophobia (Fobia Uang): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…

8 months ago

Anemophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya

Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…

8 months ago

Pantophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…

9 months ago

Heliophobia : Pengertian, Penyebab, Gejala, Komplikasi dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…

9 months ago

Somniphobia : Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatannya

Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…

9 months ago

Cibophobia : Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…

9 months ago