Retardasi mental, mungkin banyak orang yang tidak familiar dengan istilah ini. Menurut American Association of Mental Retardation (AAMR) retardasi mental atau disabilitas intelektual merupakan suatu bentuk ketidakmampuan atau disabilitas dari fungsi intelektual di mana kemampuan berperilaku adaptif dan menyesuaikan diri.
Hal ini ditandai dengan nilai IQ yang rendah berkisar di angka 70 kebawah. Biasanya gejalanya bisa dilihat pada orang-orang dengan rentan usia 18 tahun. AAMR menyebutkan 2-3% dari populasi masyarakat di dunia mengalami berpotensi mengalami disabilitas intelektual. Sebenarnya gangguan ini bukanlah sebuah penyakit meskipun sebuah proses patologis terdapat di dalamnya.
Berikut ini tahapan yang biasa dilalui para penderita retardasi mental, antara lain:
Yang dimaksud retardasi mental ringan mencakup keadaan seseorang di mana kemampuan atau IQ berkisar 50-70. Pada golongan ini seseorang bisa dikategorikan dalam kondisi epilepsi, autisme, dan cacat fisik.
Penyandang disabilitas intelektual ringan jika dilihat sekilas tidak memiliki banyak perbedaan dengan orang normal. Hanya saja mereka memiliki keterbatasan dan butuh latian lebih dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. (Baca juga: Efek Teknologi Komunikasi Elektronik bagi Tumbuh Kembang Anak)
Sedangkan untuk kategori ini adalah kondisi di mana IQ menjangkau angka 35-55. Penyandang dapat melakukan atau terlibat dalam kegiatan sosial namun yang sifatnya sederhana seperti mengurus diri sendiri dan mempelajari cara-cara keselamatan.
Yang dimaksud retardasi mental berat ditandai dengan adanya gangguan pada motorik. Penyandang juga memiliki perkembangan sistem saraf yang tidak wajar dengan jangkauan IQ 20-40.
Pada kategori ini penyandang biasanya sulit untuk berkomunikasi dan hanya sesekali memberikan respon. Dibutuhkan pengawasan khusus agar penyandang dapat bergabung di lingkungan sosial.
Penyandang retardasi mental sangat berat biasanya ditandai dengan IQ dibawah 20. Pada golongan ini penyandang membutuhkan bantuan yang konstan dan stabil untuk menanamkan sebuah pendidikan atau kebiasaan. Sebab penyandang retardasi mental sangat berat cenderung tidak dapat memahami sebuah instruksi sehingga sangat sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial. Penyandang retardasi mental sangat berat juga biasanya ditandai dengan bawaan cacat fisik saat lagi.
Seperti yang telah disebutkan, retardasi mental atau disabilitas intelektual bisa dilihat sejak dini. Gejala atau ciri-ciri dari penyandang retardasi mental bisa kita temukan dari sikap dan tumbuh kembang anak. Berikut gelaja retardasi mental yang bisa dilihat:
Keterlambatan dalam tumbuh kembang pada anak bisa menjadi ciri seorang anak mengalami disabilitas intelektual. Keterlambatan ini mencakup lamanya anak untuk belajar tengkurap, duduk, dan berdiri.
Biasanya di usia batita anak akan mulai belajar bicara dan meniru ucapan orang dewasa. Namun untuk anak-anak yang menyandang disabilitas intelektual, kemampuan bicara biasanya akan datang terlambat. Keadaan ini bisa dimulai dari sulitnya anak mengikuti ucapan orang tuanya dan senang berbicara sesukanya tanpa makna yang jelas.
Sedari dini seorang anak akan mulai diperkenalkan dengan anggota keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Hal inilah yang seringkali membuat seorang anak menjadi takut atau tidak nyaman dengan orang yang baru dikenalnya. Namun pada anak-anak penyandang retardasi mental hal ini tidak berlaku.
Sulitnya mereka mengenali orang-orang disekitar mereka membuat anak penyandang disabilitas intelektual tidak merasa sungkan pada orang baru atau sebaliknya merasa tidak nyaman dengan orang baru maupun orang-orang disekitarnya.
Gejala lain dari retardasi mental adalah sulitnya anak untuk menjadi mandiri. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung sulit untuk mengurus dirinya sendiri seperti berpakaian, toilet training, atau mengurus makanannya sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dan pemahaman dari diri mereka mengenai apa yang harus dilakukan.
Seperti yang telah disebutkan, penyandang retardasi mental atau disabilitas intelektual memiliki IQ yang rendah. Hal ini berpengaruh pada logika berpikir mereka yang kurang sehingga untuk penalaran, menghubungkan sebab akibat, dan rasa ingin tahu mereka menjadi sangat rendah. (Baca juga: Cara Mendiagnosis Gangguan Kesehatan Mental Pada Anak)
Selain kurangya penalaran dan logika berpikir, penyandang disabilitas intelektual juga ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan cenderung meledak-meldak. Tentunya ini sejalan dengan sulitnya membedakan mana yang baik dan buruk, sehingga apa yang mereka tidak sukai akan lebih mudah memicu emosi mereka.
Para psikolog merilis bahwa 25% dari anak-anak yang menyandang retardasi mental bersumber pada:
Adanya keluarga atau kerabat yang mengalami retardarsi mental dapat memengaruhi garis keturunan untuk mengalami hal yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kelainan gen yang dapat dibawa oleh sesama anggota keluarga.
Salah satu alasan mengapa gizi sangat wajib diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap ibu hamil adalah demi kecerdasan si jabang bayi. Sebab dengan gizi buruk yang diderita oleh si ibu akan memengaruhi tumbuh kembang bayi di dalam kandungan. Tumbuh kembang yang kurang baik dapat berakibat pada kelahiran yang buruk seperti disabilitas intelektual. (Baca juga: Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak)
Adanya trauma saat proses melahirkan dapat berdampak pada kelahiran si bayi. Trauma bisa disebabkan oleh ketidaksiapan ibu saat melahirkan, serta kurangnya bimbingan dari dokter kandungan.
Selain trauma, kurangnya oksigen saat proses melahirkan juga memengaruhi kecerdasan bayi. Sebab oksigen sangat dibutuhkan untuk pengoptimalan fungsi otak. Kurangnya suplai oksigen ke otak selama 5 menit dapat mengakibatkan tingginya potensi disabilitas intelektual dan gangguan motorik pada calon bayi.
Penanganan berupa tindakan medis masih terus dikembangkan bagi para penyandang retardasi mental atau disabilitas intelektual. Namun penanganan sedini mungkin adalah jalan terbaik untuk membuat penyandang disabilitas intelektual dapat ikut berkembang selayaknya anak normal biasa.
Seringkali orang tua mengabaikan tanda-tanda disabilitas intelektual yang terjadi pada anak di usia dini dengan asumsi keterlambatan tumbuh kembang bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan dan suatu kelumrahan.
Padahal kenyataannya dengan penanganan sedini mugkin bagi anak-anak penyandang disabilitas intelektual, kita sebagai orang tua dapat memberikan perhatian kusus dan pemahaman lebih intens lagi kepada si anak.
Khusus untuk penyandang disabilitas intelektual di usia remaja, perhatian ekstra dari orang tua sangatlah penting. Sebagai orang tua kita bisa membantu anak kita untuk masuk di lingkungan sosial dengan mengajaknya berkumpul bersama orang-orang.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…