Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Warna » Sebagai Penengah, 9 Karakter Penyuka Warna Abu-Abu Menurut Psikologi

Sebagai Penengah, 9 Karakter Penyuka Warna Abu-Abu Menurut Psikologi

by Gendis Hanum Gumintang

Pada beberapa orang, mereka mungkin akan memilih pakaian atau alat-alat rumah tangga dengan warna yang sekiranya dapat menarik perhatian orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa warna dapat menjadi bagian dari hidup seseorang dan berdampak pada bagaimana kita merasa dan menanggapi. Oleh sebab itu, preferensi seseorang pada warna tertentu bisa saja menjadi salah satu gambaran dari karakteristik mereka.

Sebagai salah satu warna yang tak lekang oleh waktu, warna abu-abu adalah warna netral yang sempurna dan sering kali tidak terlihat. Warna abu-abu berada di antara dua kutub, yaitu warna hitam dan warna putih. Menurut perspektif psikologi warna, warna abu-abu adalah warna kompromi, karena bukan warna hitam atau putih, melainkan transisi antara dua warna non-warna itu. 

Selain itu, karena warna abu-abu menjadi warna transisi, ketika warna abu-abu lebih dekat ke warna hitam, makna yang ditimbulkan akan lebih dramatis dan misterius, sedangkan semakin dekat warna abu-abu dengan warna perak atau putih, maka akan semakin cerah dan meriah kelihatannya.

Kemudian, warna akromatik memang cenderung kurang menonjol dibandingkan warna lain, tetapi secara keseluruhan, mereka memiliki kemampuan meredam suasana hati. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai karakter penyuka warna abu-abu menurut psikologi.

1. Kemampuan menjadi Penengah yang Baik

Warnanya yang sangat alami membuat warna abu-abu memberi kesan diplomatis karena berada di rentang antara dua sisi, yaitu warna hitam dan warna putih. Hal tersebut juga membuat orang yang menyukai warna abu-abu cenderung dapat menjadi penengah atau mediator di antara dua pihak ketika terdapat perbedaan pendapat atau perdebatan.

Penyuka warna abu dianggap sebagai orang yang mampu bersikap netral dan dapat menggunakan cara mengendalikan emosi secara psikologi, tidak berat sebelah ke salah satu pihak saja, sehingga kedua belah pihak sama-sama percaya untuk dimediatori oleh mereka. Mereka akan berusaha mencarikan jalan tengah dengan cara-cara yang bijaksana agar akhirnya dapat diputuskan sebuah kesepakatan yang terbaik bagi setiap pihak.

2. Memiliki Kebijaksanaan

Warna abu-abu sering kali dihubungkan dengan hal-hal yang sudah ada sejak lama dan terlihat menunjukkan fakta yang sudah diuji coba kebenarannya. Maka dari itu, orang yang menyukai warna abu-abu terlihat lebih memiliki kebijaksanaan dibandingkan orang lain. Mereka seperti sudah melewati waktu hidup yang lama, sehingga sudah tidak ada kecenderungan impulsif atau hanya ingin senang-senang.

Bayangkan saja orang tua yang memiliki rambut mulai memutih. Meskipun tidak selalu, tetapi sebagai orang yang lebih tua dari kita, kita tentu cenderung menaruh kepercayaan kepada pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki sejak lama. Keterkaitan di antara keduanya sangat kuat, sehingga orang yang lebih tua sering mewarnai rambut mereka agar terkesan tampak lebih muda.

3. Kesungguhan dan Keseriusan

Sangat jarang warna abu-abu dianggap sebagai warna kesenangan atau kesembronoan. Contohnya dapat dilihat pada orang-orang yang memakai pakaian bisnis berwarna abu-abu, mereka mengenakan pakaian tersebut kemungkinan besar bukan untuk hanya tertawa, bersenang-senang, atau berdansa, melainkan untuk mendiskusikan suatu hal yang penting dalam sebuah pertemuan.

4. Selera Berpakaian dan Fesyen

Warna abu-abu jarang dihubungkan sesuatu yang trendi atau mengikuti zaman dan cenderung diasosiasikan dengan masa lalu. Hal ini dapat menunjukkan karakter yang positif maupun negatif terkait dengan pilihan pakaian, padahal pakaian menjadi salah satu aspek yang akan dilihat pertama kali oleh orang lain dan sedikit banyak menggambarkan orang tersebut.. 

Terkadang penyuka warna abu-abu menunjukkan selera yang klasik, tetapi tidak buruk karena bukan klasik yang terlalu kuno atau norak, melainkan seperti perhiasan yang terbuat dari perak maupun stainless steel dengan desain dan kualitas yang bagus. Namun, di sisi lain terkadang juga menunjukkan gaya pakaian yang kuno atau jadul dan suda tidak cocok dengan zaman lagi.

5. Mampu Menjaga Ketenangan

Orang yang menyukai warna abu-abu cenderung menjadi seperti orang yang kurang pergerakan dan kurang emosi. Hal tersebut dikarenakan warna abu-abu yang solid dan stabil menciptakan rasa tenang dan lega dari kacaunya dunia yang berjalan di sekitar mereka.

Tidak hanya itu, warna abu yang tenang menyebabkan tidak adanya upaya, seperti menstimulasi, memberi energi, meremajakan, atau menggairahkan. Bagi orang yang menyukai warna abu-abu, semuanya dibiarkan berjalan seperti dengan semestinya saja. Mereka tidak berusaha untuk memancing perhatian atau keramaian.

6. Terlihat Misterius

Warna abu-abu menunjukkan ambiguitas, tidak heran mengapa terdapat sebutan “gray area” yang menunjukkan bagian dalam hidup yang masih belum jelas atau tidak pasti. Begitu pula dengan orang yang menyukai warna abu-abu, mereka sering kali tidak dapat ditebak oleh orang lain bagaimana jalan pikirannya maupun perasaannya. Hal tersebut membuat mereka disebut sebagai orang yang misterius.

Karakter ini juga didukung karena penyuka warna abu yang tidak terlalu mengekspresikan perasaannya atau mengungkapkannya secara langsung kepada orang lain, terlebih bagi orang yang kurang mengenal dekat mungkin akan lebih kesulitan dalam memahami. Meskipun demikian, sebenarnya mereka adalah orang yang penyayang dan berusaha untuk melindungi orang-orang di sekitarnya, tetapi dengan cara mereka sendiri.

7. Kemampuan Kontrol Diri

Berdasarkan warnanya, warna abu-abu memiliki efek stabil pada warna lain yang berkaitan dengan warna ini, yakni dengan meredupkan warna yang lebih kuat dan cerah lalu menerangi warna yang lebih lembut. Hal tersebut membuat orang-orang di sekitar penyuka warna abu melihat mereka sebagai orang yang memiliki kemampuan kontrol diri, sehingga dipercaya untuk memberikan saran, pendapat, wejangan, dan sebagainya.

Di sisi lain, biasanya warna abu-abu tidak hanya gabungan antara warna hitam dan putih, melainkan terdapat elemen warna lain, seperti warna biru, hijau, merah muda, lembajinan, atau kuning yang mengangkat warna abu-abu ini menjadi terlihat lebih berenergi. Oleh karena itu, penyuka warna abu membutuhkan orang lain agar dapat lebih mampu mengekspresikan dirinya dibanding menjadi orang yang stabil-stabil saja.

8 Terkadang Membosankan

Hampir mirip seperti penyuka warna hitam, orang yang menyukai warna abu-abu sering kali dianggap konservatif, di mana mereka terlalu mempertahankan nilai atau budaya lama, sehingga kurang dapat menerima budaya baru atau bahkan cenderung menganggap sesuatu yang baru adalah hal yang justru mengganggu.

Di satu sisi, hal tersebut membuat penyuka warna abu menjadi terlihat sebagai orang yang reliabel dan independen terlebih dalam lingkungan kerja yang memiliki tuntutan tinggi untuk bersikap profesional agar minim kekeliruan. Namun, di sisi lain, mereka juga terkadang dapat terlihat sebagai orang yang membosankan karena hanya berfokus pada apa yang harus dikerjakan saja.

9. Mudah Sedih dan Merasa Sendiri

Terlalu banyak warna abu-abu dapat menciptakan kesedihan atau bahkan gejala depresi terselubung yang berkaitan dengan rasa kesendirian dan isolasi. Orang yang menyukai warna abu-abu mungkin juga sering merasa sedih karena tidak banyak juga hal yang menggairahkan hidup mereka. Penyebabnya mungkin karena merasa tidak ada orang yang bisa menemani mereka, sehingga mereka merasa merekalah yang ditinggalkan.

Pada kenyataannya, hal tersebut belum tentu benar, tetapi penyuka warna abu-abu ini sudah telanjur mengambil kesimpulan seperti itu. Oleh sebab itu, sebaiknya orang-orang di sekitar mereka dapat lebih memahami kondisi ini, sehingga tidak berhenti untuk melakukan pendekatan dan lebih merangkul sehingga pikiran dan perasaan tersebut dapat berubah.

You may also like