Apakah anda pernah menemukan anak yang senang berlari, berteriak di tengah kelas saat pelajaran? Atau mungkin anak akan tetap bergerak dan beraktifitas entah pagi, siang, sore, malam, ataupun dalam situasi ataupun kondisi sekitarnya? Bisa saja anak tersebut termasuk dalam golongan anak yang hiperaktif.
Secara umum anak yang mengalami hiperaktif akan kesulitan dalam melakukan kegiatan seperti sekolah ataupun bekerja, hal ini di karenakan anak yang tidak bisa berdiam di satu tempat dengan jangka waktu yang lama. Walaupun bukan sebuah penyakit, tetapi adanya hiperaktif dapat menjadi tanda adanya suatu kondisi kesehatan seperti gangguan pemusatan perhatian, penigkatan hormone tiroid, kelainan system syaraf atau otak, gangguan jiwa tertentu, ataupun masalah psikologis.
Ketika anak menunjukkan gejala seperti berbicara tanpa menunggu giliran atau mengatakan sesuatu secara prontan, tiba tiba memukul temannya, ataupun tampak lebih aktif dibandingkan temannya yang lain bisa jadi anak tersebut hiperaktivitas. Gelaja yang biasanya dilami orang dewasa sendiri tidak begitu jauh dengan anak anak, seperti kesulitan untuk konsentrasi dalam bekerja dan sulitya mengingat suatu nama, angka ataupun menangkap informasi tertentu. Jika gejala yang ada di rasa telang mengganggu kehidupan sehari hari, mintalah bantuan ahli untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan baik orang tua maupun keluarga :
1. Jauhkan anak dari hal yang mengganggu konsentrasi anak
Berkonsentrasi sangat sulit dilakukan oleh anak hiperaktif. Maka, sebagai orang tua yang mendampingi anak perlu paham jika anak butuh suasana yang kondusif dan nyaman untuk anak beraktifitas seperti belajar atau mengerjkan tugas. Mengatur suasana sekitar anak disini bukan berarti anak dipaksa untuk duduk tenang dan mengerjakan tugasnya sendiri. Karena dengan adanya pemaksaan anak hiperaktif untuk tenang dapat menyebabkn anak menjadi semakin gelisah. Orang tua dapat melakukan seperti pengaturan meja belajar atau tempat belajar agar tidak dekat dengan jendela, pintu, atau tempat tempat yang dapat mengalihkan perhatian anak.
2. Rutin mendampingi anak berolahraga
Olahraga seperti sepatu roda, bersepeda, berlari, ataupun beladiri dapat menjadi salah satu ajang bagi anak mengatur energinya. Dengan olahragapun anak dapat menjaga keseinbangan konsentrasinya selain belajar mengatur energy, disiplin, control diri dan menjaga kebugaran tubuh. Orang tua juga dapat mengajak anak ikut dalam pertandingan seperti sepakbola, kasti, basket agar anak dapat berinteraksi dengan banyak anak lain untuk mengasah keterampilan sosialnya.
3. Adanya jadwal harian yang terstruktur
Anak yang hiperaktif cenderung akan mudah meracakan kecemasan ketika tidak melakukan apapun. Dengan ini diharapkan orang tua dapat mengarhakan anak untuk membuat jadwal harian yang terstruktur. Jadwal yang dibuat sederhana saja asalkan terstruktur dan jelas. Seperti kapan waktu untuk mandi, kapan waktu untuk makan, kapan waktu untuk tidur, kapan waktu untuk bermain, dan kapan waktu untuk belajar. Anak diharapkan dapat menjadi lebih tenang dalam melaksanakan kegiatan dengan adanya jadwal tersebut, karena terbiasa dengan kegiatn yang terstruktur.
4. Buat peraturan yang konsisten
Dengan adanya jadwal yang telah ada, selanjutnya orangtua perlu menetapkan adanya peraturan disiplin yang mendidik bagi anak. Peraturan yang ada tentu perlu adanya kejelasan dan konsistensi baik dari siswa maupun dari orang tua sendiri. Orang tua mungkin memiliki banyak pilihan dalam mendidik anak anaknya, baik dengan cara yang santai maupun dnegan cara yang disiplin ketat. Untuk mendidik anak hiperaktif diperlukan orang tua yang disiplin walaupun tidak mengekang anak. Dimana dengan adanya peraturan peraturan, diharapkan akan adanya pujian ketika anak mejalankan dengan tertip dn konekuensi jika anak melanggar apa yang telah menjadi aturan.
5. Biasakan anak bermain diluar rumah
Kegiatan diluar rumah seperti berkemah, berkebun, jalan jalan disekitar rumah, atau naik gunung dapat dilakukan anak anak. Permainan outdoor seperti yang telah dicontohkan dapat membantu anak terbiasa dengan bermain diluar, dan bukan disetiap tempat. Permainan outdoor juga dapat memberikan semangat juga kreatifitas anak.
6. Pastikan anak makan makanan yang bergizi
Dalam mendampingi anak hiperaktif, bukan hanya dengan perhatian luar saja. Asupan yang dikonsumsi anak juga sering disebut menjadi factor anak menjadi semakin hiperaktif. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, gizi dari maknan yang dikonsumsi anak perlu kita perhatikan. Seperti asupan gula yang berlebih dapat menjadi factor meningkatnya kadar karbohidrat sederhana yang mudah diserap tubuh untuk menjadi sumber tenaga. maka pengaturan pola makan yang seimbang seperti 4 sehat 5 sempurna perlu diperhatikan orangtua.
7. Berlatih sabar menghadapi anak yang hiperaktif.
Hal terahir yang dapat dilakukan orang tua dalam menghadapi anak hiperaktif adalah dengan melatih kesabaran diri terlebih dahulu. Sikap yang ditunjukkan anak hiperaktif terkadang akan menguji kesabaran orang tua maupun orang orang disekitar, entah karena anak yang suka berteriak teriak, mengganggu temannya, ataupun senang berlarian. Tetapi menanggapi kelakuan anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Mengangat cara yang keempat, yaitu adanya peraturan yang dilanggar aka nada konsekuensi. Orang tua diharapkan tidak memberikan konsekuensi fisik seperi memukul kepada anak. Kata kata kasar ataupun hukuman fisik tidak akan mendisiplinkan anak, melainkan hanya akan membuat anak semakin sulit dikendalikan.
Pencegahan anak agar tidak hiperaktif belum diketahui caranya. Yang dapat kita lakukan saat ini adalah bagaimana dapat mendampingi anak hiperaktif agar lebih mudah dalam menjalani kehidupannya baik saat ini maupun untuk masa depannya. Jika pendampingan mandiri kluarga belum dpat membantu meringankan gejala anak hiperaktif, orang tua dapat melakukan konsultasi kepada ahli psikis.