Pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat di seluruh dunia harus memasuki kenormalan baru dengan berbagai aturan serta pembatasan, ditambah dengan kondisi saat ini yang masih tidak stabil dan berbagai permasalahan lainnya. Hal-hal tersebut tentu saja dapat membuat kondisi mental kita menjadi kurang stabil. Ketidakstabilan ini wajar kita rasakan sebab memang banyak hal yang tiba-tiba terjadi dan harus disesuaikan. Akan tetapi, kita harus menjaga kesehatan mental dengan 7 manfaat menjaga kesehatan mental yang penting saat ini.
Menurut World Health Organization (2001), kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan yang disadari oleh individu dan di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres wajar, bekerja secara produktif, serta memiliki peran di antara komunitasnya (Dewi, 2012). Berikut adalah dampak pandemi pada kesehatan mental:
1. Kecemasan dan Rasa Takut
HIMPSI (2020) menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 memberi dampak negatif terhadap kondisi psikologis seseorang, yakni post-traumatic stress symptoms yang meliputi kecemasan, kebingungan, dan kemarahan. Kecemasan adalah rasa khawatir yang berlebihan, samar, dan tidak terarah pada suatu objek tertentu akibat frustrasi atau kekecewaan mendalam sehingga memunculkan pikiran-pikiran negatif.
Sedangkan rasa takut merupakan respons alami manusia ketika menghadapi suatu hal yang menakutkan sebagai cara untuk melindungi diri dan objek yang ditakuti itu jelas bentuknya. Apabila kecemasan dan rasa takut ini dibiarkan, maka dapat mengarah pada gangguan mental. Namun, apabila individu mampu mengatasi kedua hal ini, akan tercipta resiliensi.
2. Stres dan Depresi
Stres adalah hal yang wajar kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, terdapat perbedaan stres dan depresi. Terdapat beberapa perbedaan stres dan depresi yang perlu dipahami. Stres merupakan tekanan baik dari dalam diri maupun dari luar, serta permasalahan lainnya dalam kehidupan yang memunculkan respons pada kognisi, perilaku, juga perasaan individu (Sarafino, 1994).
Sementara depresi sudah merupakan gangguan psikologis terkait dengan suasana hati (mood) yang berbahaya bagi penderitanya jika tidak segera diatasi. Situasi yang ada selama pandemi sangat mudah menjadi stressor dan bisa membuat kondisi seseorang memburuk secara mental dan fisik.
3. Perubahan Rutinitas Normal
Kita sudah terbiasa dan nyaman dengan kemudahan hidup sebelum pandemi. Perubahan pola hidup, yakni sesuai dengan kenormalan baru membuat masyarakat mau tidak mau menerima berbagai peraturan serta larangan yang tidak mengenakan. Individu yang belum terbiasa atau belum mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini dapat mengalami hambatan dalam menjaga kestabilan kondisi mentalnya.
Biasanya, ini menimbulkan rasa tertekan hingga stres. Meskipun demikian, masih ada rutinitas positif yang harus dipertahankan, seperti bangun sebelum matahari terbit yang memiliki 11 Manfaat Bangun Pagi bagi Mental.
4. Menurunnya Kemampuan Kognitif
Pendidikan menjadi salah satu sektor besar di seluruh negara yang mengalami perubahan akibat pandemi COVID-19. Model pembelajaran daring membuat pelajar dan mahasiswa sempat mengeluhkan perubahan ini. Di sisi lain, orangtua atau wali pun merasakan kesulitan yang sama sebab harus mendampingi anak mereka sekolah jika usianya masih anak-anak atau belum bisa mandiri.
Berdasarkan penelitian pada siswa SMP dan mahasiswa, memang bisa dilihat terdapat peningkatan hasil belajar dari sebelum pandemi. Namun, banyak yang mengeluhkan kurangnya pemahaman mengenai materi yang dipelajari karena tidak dapat melakukan praktik atau diskusi secara langsung (Sari, Tusyantari, & Suwandari, 2021). Cobalah untuk mempelajari 5 Cara Melatih Intuisi yang Ampuh untuk mengatasi permasalahan kemampuan kognitif
5. Munculnya Gangguan Psikosomatik
Gangguan psikosomatik merupakan kondisi di mana tekanan psikologis secara negatif mempengaruhi fungsi fisiologis yang mengakibatkan muncul gejala sakit fisik. Misalnya, di masa pandemi seperti ini kita mengetahui gejala-gejala apa saja yang dapat menimpa penderita COVID-19. Apabila gejala-gejala itu terlalu dikhawatirkan atau menimbulkan kecemasan, lama kelamaan kita mungkin merasakan beberapa gejala COVID-19 seperti sakit tenggorokan atau sesak, padahal sebenarnya kita tidak terpapar virus (Khairani, Mawarpury, & Meinarno, 2020).